Kamis, 20 November 2008

fungsi keluarga

HANDOUT FUNGSI KELUARGA
BY RIDWAN SETIAWAN,M.Kes

1. Pengertian fungsi keluarga
Setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada di dalamnya memiliki tugas masing-masing. Satu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Menurut Wu et al. (1997) fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar keluarga.
Fungsi di sini mengacu pada peran individu dalam mewujudkan hak dan kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis. Munculnya krisis dalam rumah tangga dapat juga sebagai akibat tidak berfungsinya salah satu fungsi keluarga (Yusuf, 2001).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi keluarga adalah serangkaian aktifitas yang dilakukan antara orang tua dengan anak dan sebaliknya, di dalam sebuah keluarga berdasarkan peran masing-masing.

2. Aspek fungsi keluarga
Aspek fungsi keluarga dapat di tinjau dari psikologis dan sosiologis. Menurut Yusuf (2001) aspek fungsi keluarga secara psikososiologis adalah sebagai: a) pemberi rasa aman bagi anak dan anggotanya keluarga lainnya; b) sumber pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis; c) sumber kasih sayang dan penerimaan; d) model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik; e) pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat; f) pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan; g) pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri; h) stimulator bagi perkembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi baik di sekolah maupun di masyarakat; i) pembimbing dalam mengembangkan aspirasi; dan j) sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.
Aspek fungsi keluarga di tinjau dari sudut pandang sosiologis (Yusuf, 2001) adalah sebagai berikut :
a, Fungsi biologis
Keluarga di pandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi: 1) pangan, sandang, dan papan; 2) hubungan seksual suami istri, dan 3) reproduksi atau pengembangan keturunan.
b, Fungsi ekonomis
Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban untuk menafkahi anggota keluarganya (istri dan anak). 
c. Fungsi edukatif 
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai “ transmitter budaya atau mediator” sosial budaya bagi anak. Menurut UU No. 2 tahun 1989 bab IV Pasal 10 Ayat 4 menyebutkan bahwa : 
“Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan”. 

Berdasarkan undang-undang tersebut, maka fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembiasaan nilai-nilai agama, budaya dan keterampilan-keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak. Tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak tidak hanya sebatas anak mampu mempertahankan hidupnya, namun lebih dari itu adalah mampu memaknai hidupnya atau memahami misi suci hidupnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi ini. Sebagai efek dari perubahan fisik pada remaja ialah kematangan pada kelenjar kelamin dengan perubahan hormonal serta munculnya tanda-tanda karakteristik seks sekunder yang diikuti pula timbulnya hasrat (dorongan) yang bersifat kenikmatan seksual. Pendidikan mengenai seksualitas, kematangan dan dorongan seks, masalah masturbasi, pergaulan heteroseksual, perlu diberikan oleh orang tua agar mendorong anak untuk berperilaku sehat dan bertanggung jawab.
d. Fungsi sosialisasi  
Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk sikap, perilaku dan kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, nilai atau peran-peran hidup dalam masyarakat yang harus dijalankan mereka. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk mentaati peraturan (disiplin), mau bekerja sama dengan orang lain, bersikap toleran, menghargai pendapat orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang heterogen.
e. Fungsi religius 
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Alquran, surat 
Al-Tahrim:6, difirmankan: “Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”. Ayat ini memberikan isyarat kepada orang tua bahwa mereka diwajibkan memelihara diri dan keluarganya dari murka Tuhan. Salah satu cara untuk menghindari siksa api neraka atau murka Tuhan adalah dengan beribadah dengan benar. Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing atau membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Para anggota keluarga yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang sehat, yakni mereka akan terhindar secara beban psikologis dan mampu menyesuaikan dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam memberikan kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan atau kesejahteraan masyarakat.
f, Fungsi perlindungan
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidak nyamanan (fisik - psikologis) para anggotanya.
g, Fungsi rekreatif 
Untuk melaksanakan fungsi ini, keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya. 
Keluarga bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan fisik, psikologi dan sosial bagi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini di peroleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Idealnya sebuah keluarga dapat menjalankan semua fungsi-fungsi seperti tersebut di atas dengan baik, namun pada kenyataannya keberfungsian keluarga di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti struktur keluarga, status sosial ekonomi, budaya, politik dan sebagainya.
Pada keluarga yang tidak utuh, misalnya keluarga dengan orang tua tunggal, maka fungsi pengawasan terhadap aktivitas anak akan menurun karena dilakukan oleh satu orang saja (ibu atau ayah). Keluarga dengan status sosial ekonomi yang tinggi mungkin kasih sayang lebih banyak tercurah kepada pemenuhan materi dan cenderung lebih permisif pada perilaku anak yang melanggar. Sebaliknya pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, orang tua lebih memprioritaskan pada kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga fungsi-fungsi yang lain terabaikan. Keluarga yang fungsional (normal) adalah yang memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai agama dan budaya, dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Yusuf, 2001). 
Ciri-ciri keluarga yang disfungsional menurut Hawari (1997) adalah: 1) kematian salah satu atau kedua orang tua; 2) kedua orang tua berpisah atau bercerai; 3) hubungan kedua orang tua dengan anak tidak baik; 4) suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan; 5) orang tua sibuk dan jarang berada di rumah; dan 6) salah satu atau kedua orang tua mempunyai kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan. 
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek fungsi keluarga dapat di tinjau dari psikologis dan sosiologis. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pandangan di antara keduanya. Dari Aspek fungsi keluarga yang telah diuraikan, yang terkait langsung dengan perilaku seksual remaja antara lain fungsi keluarga sebagai sumber kasih sayang (cinta, keintiman, penerimaan, perhatian, kehangatan dan persahabatan), fungsi sebagai pembimbing spritual, fungsi pembimbing sikap dan perilaku dalam pergaulan dan fungsi pengawasan atau kontrol terhadap aktivitas anak.

Rabu, 19 November 2008

contoh kasus keluarga

BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian 
a. Pengkajian Keluarga
1) Data Umum
Nama Puskesmas : Pasirkaliki
Tanggal Pengkajian : 8 Agustus 2005
Jarak untuk mencapai Puskesmas : + 3 Km
Nama Kepala Keluarga : Tn. A
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Status Marital : Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Jl. Industri RT.07 RW.08 Kelurahan Arjuna Kota Bandung





2) Daftar Anggota Keluarga
N
O Nama Anggota keluarga Hubungan Keluarga L/P Umur (thn) Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan Kesehatan KB Immunisasi
1 Ny. I Istri P 26 SMA IRT Islam Sehat Pil -
2 An.F Anak L 21 bulan - - - Sehat - BCG,DPT, Polio, Campak, Hepatitis

3) Data Khusus Keluarga
a) Type Keluarga
Keluarga Tn. A termasuk kedalam type Nuclear family (Keluarga inti), dimana dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak.
b) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Tn A berdasarkan siklus perkembangan menurut Duvalls termasuk kedalam tahap II yaitu keluarga mengasuh anak, karena anak pertamanya berusia kurang dari 30 bulan ( 21 bulan ).
c) Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga dari keluarga Tn.A yang belum terpenuhi adalah membentuk keluarga muda yang mantap terutama dari segi ekonomi, karena saat ini Tn.A sebagai kepala keluarga tidak bekerja sehingga fungsi ekonomi dari keluarga Tn.A terhambat. Dan memperluas persahabatan dengan keluarga besar karena kakek nenek sudah meninggal dan saudara tinggal berjauhan.
4) Keadaan Biologis Keluarga
a) Keadaan Kesehatan
Dalam keluarga Tn.A ada yang menderita penyakit TB paru yaitu Tn.A, sedangkan anggota keluarga yang lain dalam keadaan sehat.
b) Kebersihan Keluarga
Kebiasaan dalam membersihkan diri anggota keluarga Tn. A seperti mandi sebanyak 2 kali sehari dengan menggunakan sabun mandi, menggosok gigi setiap kali mandi dan sebelum tidur, kebiasaan mencuci rambut 2-3 kali dalam seminggu dengan menggunakan shampo. Kebersihan badan dan pakaian anggota keluarga cukup. Keadaan rumah tampak bersih.
c) Penyakit yang Sering Diderita
Penyakit yang sering diderita oleh anggota keluarga adalah demam, batuk dan pilek biasa.
d) Penyakit Kronis / Menular
Menurut Tn.A dan keluarga, di keluarga hanya Tn.A saja yang menderita penyakit TB paru.
e) Kecacatan Anggota Keluarga 
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kecacatan
f) Pola Makan 
Frekwensi makan keluarga Tn.A dalam sehari sebanyak 2-3 kali, jenisnya nasi, protein hewani / nabati dan sayuran.


g) Pola Istirahat
(1) Tidur Malam
Tn. A dan Ny.I tidur malam dari jam 21.00 sampai jam 04.30. dan tidak ada gangguan tidur. An.F tidur malam dari jam 19.00 sampai jam 05.00, kadang-kadang terbangun pada malam hari.
(2) Tidur Siang
Tn.A dan Ny.I kadang-kadang tidur siang kurang lebih 1-2 jam
h) Reproduksi / Akseptor KB
Keluarga Tn.A mempunyai 1 orang anak, dan berencana untuk mempunyai anak lagi setelah anak pertama berumur 3 tahun. Tn.A dan Ny.I adalah pasangan usia subur. Ny.I mengikuti program KB dengan menggunakan metode pil sejak 5 bulan yang lalu, sebelumnya Ny.I menggunakan metode suntik 3 bulan tetapi karena merasa tidak cocok yaitu badan menjadi gemuk dan merasa repot harus disuntik ke bidan, Ny.I berhenti menggunakan metode suntik dan beralih ke metode pil.

5) Psikologis Keluarga
a) Keadaan Emosi / Mental
Keadaan emosi seluruh angggota keluarga tampak stabil, menurut keluarga jarang sekali terjadi pertengkaran di dalam rumah.
b) Koping Keluarga
Menurut keluarga bila timbul suatu masalah, biasanya dibicarakan bersama anggota keluarga (istri) dan dicari jalan keluarnya.
c) Kebiasaan Buruk
Tn. A mempunyai kebiasaan buruk yaitu kebiasaan merokok sejak sekolah di STM, menurut Tn.A bisa habis 1 bungkus dalam sehari tapi sejak Tn.A menderita TB paru kemudian berhenti merokok.
d) Rekreasi
Menurut keluarga, keluarga jarang sekali mengadakan rekreasi keluar rumah secara khusus, hanya ke tempat saudara atau jalan-jalan ke Mall. Sarana rekreasi yang ada dirumah antara lain televisi dan radio.
e) Pola Komunikasi Keluarga
Dalam keluarga, komunikasi antar anggota keluarga cukup baik, dimana anggota keluarga berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan terkadang menggunakan bahasa Sunda.
f) Pengambil Keputusan
Dalam hal pengambilan keputusan, biasanya selalu dimusyawarahkan bersama istri dan yang paling sering mengambil keputusan terakhir adalah Tn. A sebagai kepala keluarga.
g) Peran Informal
Menurut keluarga setiap anggota keluarga memiliki perannya masing-masing, seperti Ny. I selalu mengikuti dan menuruti keputusan Tn.A. Tn.A sebagai educator dan motivator dengan tujuan agar keluarganya tetap harmonis.


6) Sosial Ekonomi Keluarga 
a) Hubungan Dengan Orang lain
Hubungan dengan orang lain cukup baik terbukti dengan Tn.A dan keluarga mau berkomunikasi dan berinteraksi dengan tetangganya.
b) Kegiatan Organisasi Sosial
Anggota keluarga tidak ada yang mengikuti kegiatan organisasi sosial di lingkungannya, dikarenakan kesibukan mengurus anaknya.
c) Keadaan Ekonomi
Saat ini Tn.A tidak bekerja, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Tn.A dibantu oleh keluarga / saudara yang lain.

7) Spiritual Kultural Keluarga
a) Keadaan Beribadah
Keluarga Tn. A beragama Islam dan kebiasaan menjalankan ibadah shalat 5 waktu setiap harinya oleh seluruh anggota keluarga.
b) Keyakinan Tentang Kesehatan
Menurut keluarga sehat itu penting, Tn.A berharap agar penyakitnya cepat sembuh sehingga bisa bekerja lagi dan bisa seperti orang lain lagi yang sehat.
c) Nilai dan Norma
Nilai dan norma keluarga sama dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat, tidak ada yang bertentangan.
d) Adat yang Mempengaruhi Kesehatan
Dalam keluarga tidak ada adat yang bertentangan dengan kesehatan.
8) Lingkungan Rumah
a) Kebersihan dan Kerapihan
Terdapat lorong untuk menuju pintu rumah yang gelap dan terasa pengap. Lantai rumah di tegel keramik dan di pel setiap hari. Kerapihan cukup, barang-barang di tempatkan pada tempatnya. Kebersihan masih kurang terlihat banyak lalat.
b) Penerangan
Penerangan di dalam rumah kurang, sinar matahari di siang hari hanya masuk lewat genting kaca, sehingga walaupun siang hari di dalam rumah tampak gelap dan harus menyalakan lampu. 
c) Ventilasi
Ventilasi rumah kurang dari 20 % dari luas lantai, tidak ada jendela di dalam rumah, pertukaran udara terjadi bila pintu depan di buka, keadaan rumah sangat tertutup sehingga udara dalam rumah terasa kurang segar. 
d) Jamban
Jamban / WC yang digunakan oleh keluarga Tn. A adalah milik sendiri dan terletak di dalam rumah bagian belakang. Air limbah mengalir kesungai melalui paralon, keadaan WC bersih dan tidak licin.
e) Sumber Air Bersih dan Minum
Sumber air bersih yang digunakan keluarga Tn.A berasal dari pabrik yang dialirkan melalui selang. Keadaan air baik, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak keruh. Sedangkan untuk air minum, kadang-kadang keluarga menggunakan air mineral, karena keluarga mempunyai anak kecil..
f) Pemanfaatan Halaman
Keluarga Tn. A tidak memiliki halaman rumah.
g) Pembuangan Air Kotor
Menurut keluarga air limbah / kotor bekas cucian atau mandi di buang ke lubang comberan melalui selokan kecil sedangkan kotoran tinja dari WC dibuang ke sungai 
h) Pembuangan Sampah
Keluarga Tn.A biasa membuang sampah dengan dikumpulkan dulu lalu disimpan di depan rumah dan kemudian di bawa oleh petugas sampah.

9) Genogram












Keterangan :

 : Laki-laki

: Perempuan
 : Klien

: Laki-laki / perempuan yang sudah meninggal

: Hubungan perkawinan

: Tinggal serumah


10) Denah Rumah

  



   

Skala : 1 : 100
Keterangan 
1 : Ruang tamu  
2 : Kamar mandi
3 : Kamar tidur 
4 : Dapur
5 : Tangga
b. Pengkajian Individu
1) Identitas
Nama : Tn.A
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Jln. Industri RT 07 RW 08 Kelurahan Arjuna
Kota Bandung

2) Riwayat Kesehatan
a) Masalah Kesehatan yang Pernah Dialami
Tn.A menderita TB paru sejak tahun 2003, pada saat Tn.A masih bekerja di pabrik kimia bagian pengecatan. Selama sakit Tn.A sudah dirawat 2 kali di RS Cibadak pada tahun 2003 dan RS Ciumbuleuit pada bulan September tahun 2004. Tn.A minum obat secara teratur dan berhenti minum obat sejak 2 bulan yang lalu, karena pada saat Tn.A kontrol ulang pada bulan Mei, Tn.A sudah tidak diberi obat TB paru hanya diberi OBH saja. Keluhan saat ini yaitu masih batuk-batuk berdahak, terutama bila kedinginan dan kelelahan, dahak berwarna putih kental, keringat malam tidak ada, kadang-kadang demam dan sering merasa lemas bila beraktivitas. Nafsu makan sudah mulai membaik dibanding saat sakit pertama kali, hanya sering mual-mual, terutama setelah minum obat OBH. Pada saat terakhir kontrol ke RS sekitar bulan Mei, dilakukan pemeriksaan dahak, dan pada pemeriksaan tersebut dahak dinyatakan negatif.
Keluarga mengatakan TB paru adalah penyakit menular yang gejalanya batuk, demam, keringat pada malam hari. Saat di tanya bagaimana cara untuk mencegah penularan TB paru Tn.A menjawab harus menutup mulut saat batuk dan bersin dan memisahkan barang-barang pribadi seperti alat makan dengan keluarga lain. Tn.A biasa buang dahak di kamar mandi, bila buang dahak di jalan selalu ditutup dengan daun atau kertas. Keluarga mengatakan tidak mengetahui perawatan dirumah pada Tn.A terutama mengenai pemberian makanan.

b) Masalah Kesehatan Keluarga (Keturunan)
Menurut keluarga, dikeluarga tidak ada yang menderita sakit TB paru seperti yang dialami Tn.A, orangtua Tn.A mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan penyakit jantung .

3) Kebiasaan Sehari-hari
a) Biologis
(1) Pola Makan
Menurut Tn.A pola makannya sehari adalah 2 atau 3 kali, tapi kadang-kadang tidak habis karena merasa mual, Tn.A mengatakan nafsu makannya sekarang sudah lebih baik dibanding dengan waktu pertama kali sakit. Selama Tn.A sakit dan mengikuti program pengobatan TB paru berat badannya turun hingga berat badan mencapai 36 Kg. Menu makanan yang disajikan adalah nasi, sayur dan tahu/tempe. Keluarga tidak pernah memberikan menu khusus untuk Tn.A karena tidak tahu makanan apa yang terbaik untuk penderita TB, dan bila Tn.A tidak mau makan karena mual, keluarga hanya membiarkan saja.
(2) Pola Minum
Tn.A minum 7-8 gelas sehari, jenis minuman air putih dan air teh, 
(3) Pola Tidur
Tn.A tidur malam jam 21.00 – 04.30 WIB (+ 8 jam semalam), tidurnya selalu nyenyak, kecuali kalau anaknya nangis karena ngompol. Tidur siang kadang-kadang sekitar 30 menit sampai 1 jam.
(4) BAB / BAK
Menurut Tn.A, dirinya BAB sekali dalam sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning dan baunya khas, tidak ada gangguan dalam BAB, begitu juga dengan BAK yang rata-rata 5-6 kali sehari dengan warna kuning jernih, tidak ada keluhan dalam proses pengeluarannya.



(5) Aktifitas Sehari-hari
Menurut Tn.A aktivitasnya saat ini hanya membantu istri mengasuh anaknya karena sekarang Tn.A tidak bekerja, setiap pagi Tn.A sering berjemur sambil mengasuh anaknya.
(6) Rekreasi
Tn.A jarang melakukan perjalanan khusus untuk berekreasi, hanya kadang-kadang bepergian ke rumah saudara-saudaranya. Sarana rekreasi dirumah antara lain TV dan radio.

b) Psikologis
(1) Keadaan Emosi
Tn.A tampak tenang. Dalam menjalani sakitnya ini Tn.A mengatakan menerima dan berusaha untuk berobat karena ingin segera sembuh .

c) Sosial
(1) Hubungan Antar Keluarga
Hubungan Tn.A dengan seluruh anggota keluarga baik, menurut pengakuan keluarga tidak pernah terjadi pertengkaran antar anggota keluarga
(2) Hubungan Dengan Orang Lain
Hubungan Tn.A dengan tetangga sekitar baik terutama dengan tetangga yang berdekatan dengan rumahnya, terbukti Tn.A sering bertegur sapa saat bertemu dan berbincang-bincang dengan tetangga dekat rumahnya.

d) Spiritual / Kultural
(1) Pelaksanaan Ibadah
Tn.A adalah seorang yang beragama Islam, menurut pengakuannya Tn.A sering sholat 5 waktu.
(2) Keyakinan Tentang Kesehatan
Tn.A meyakini bahwa kesehatan itu penting bagi setiap orang, dan lebih penting mencegah dari pada mengobati, karena biaya yang dikeluarkan lebih besar.

4) Pemeriksaan Fisik
No Aspek yang Dinilai Tn.A Ny.I An.F

1 2 3 4 6
1 Keadaan Umum Sedang sakit Sehat Sehat
 Kesadaran Compos mentis Compos mentis Compos mentis
 Suhu 37,2 o C 36,8 o C 37,1 o C
 Nadi 88 x/mnt 80 x/mnt 100 x/mnt
 Tensi 120/80 mmHg 120/70 mmHg -
 Pernafasan 24 x/menit 18 x/menit 26x /menit
 Berat badan 45 kg 62 kg 11 kg
 Tinggi badan 166 cm 168 cm -
2. Head to toe
a. Kepala
 Kulit kepala Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan
 Rambut Warna hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut Warna hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut Warna hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut
 Bentuk Simetris Simetris Simetris
 Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
b. Mata
 Bentuk Simetris Simetris Simetris
 Konjungtiva Warna merah muda Warna merah muda Warna merah muda
 Sclera Warna putih Warna putih Warna putih
 Refleks pupil ++/++ ++/++ ++/++
 Fungsi penglihatan Tn.A bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm tanpa alat bantu Baik, terbukti Ny. I mampu membaca papan nama perawat pada jarak 30 cm tanpa alat Bantu 
 Gerakan bola mata Dapat digerakkan ke segala arah Dapat digerakkan ke segala arah Dapat digerakkan ke segala arah
c. Telinga
 Bentuk Simetris, ujung pina sejajar dengan sudut bola mata Simetris, ujung pina sejajar dengan sudut bola mata Simetris, ujung pina sejajar dengan sudut bola mata
 Warna Sama dengan warna kulit sekitar Sama dengan warna kulit sekitar Sama dengan warna kulit sekitar
 Kelenturan dan kebersihan Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, di dalam lubang telinga tidak tampak kotoran telinga Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, di dalam lubang telinga tidak tampak kotoran telinga Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, di dalam lubang telinga tidak tampak kotoran telinga
 Fungsi pendengaran Baik, terbukti Tn.A mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik Baik, terbukti Ny. I mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik Baik, terbukti An.F menoleh saat namanya dipanggil
d. Hidung
 Bentuk Simetris, tidak ada secret, septum berada di tengah Simetris, tidak ada secret, septum berada di tengah Simetris, tidak ada sekret, septum berada di tengah
 Fungsi penciuman Baik, terbukti Tn. A dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau kopi dengan mata tertutup, Tes kepatenan pada kedua hidung sama Baik, terbukti Ny. I dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau kopi dengan mata tertutup, Tes kepatenan pada kedua hidung sama 
e. Mulut
 Bentuk Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih
 Fungsi pengecapan Baik, terbukti Tn. A mampu membedakan rasa asin dan manis Baik, terbukti Ny. I mampu membedakan rasa asin dan manis -
 Gigi Jumlah 32 buah, tidak terdapat caries gigi Jumlah 32 buah, tidak terdapat caries gigi Gigi susu 15 buah
 Fungsi menelan Baik, tidak ada keluhan dalam menelan Baik, tidak ada keluhan dalam menelan 
f. Lecher
 Bentuk Simetris, JVP tidak meninggi, KGB tidak teraba Simetris, JVP tidak meninggi, KGB tidak teraba 
 Pergerakan Baik, leher Tn.A dapat digerakkan ke segala arah, tidak ada nyeri saat digerakan, tidak ada kaku kuduk Baik, leher Ny. I dapat digerakkan ke segala arah, tidak ada nyeri saat digerakan. 
g. Dada
 Bentuk Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan
 Bunyi nafas Vesikuler, terdengar ronkhi pada area paru terutama segmen atas Vesikuler, tidak terdengar ronkhi pada semua area paru Vesikuler, tidak terdengar ronkhi pada semua area paru
 Vokal fremitus Vibrasi teraba sama di kedua lobus paru Vibrasi teraba sama di kedua lobus paru -
 Ekspansi paru Simetris Simetris 
 Jantung S1 dan S2 terdengar murni regular S1 dan S2 terdengar murni regular 
h. Abdomen
 Bentuk Datar lembut, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, hati tidak teraba, ginjal tidak teraba, Datar lembut, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, hati tidak teraba, ginjal tidak teraba, Datar dan lembut
 Bising usus (+) 12 x /menit (+) 10 x /menit 
i. Punggung
 Bentuk Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada lesi atau benjolan Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada lesi atau benjolan Tidak ada kelainan tulang belakang
J. Ekstermitas
 Ekstremitas atas Bentuk simetris, tidak ada lesi, oedema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tangan bebas bergerak, refleks trisep dan bisep ++/++, Bentuk simetris, tidak ada lesi, oedema dan benjolan, warna kulit sawo matang,, kedua tangan bebas bergerak, refleks trisep dan bisep ++/++ Bentuk simetris, tidak ada lesi, oedema dan benjolan, warna kulit sawo matang,, kedua tangan bebas bergerak
 Ekstremitas bawah Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak, refleks patella ++/++ Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak, refleks patella ++/++ Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak
 Kekuatan otot 5 5
5 5
5 5
5 5

k. Integumen
 Warna Sawo matang Sawo matang Sawo matang
 Keadaan Bersih Bersih Bersih
 Turgor Cepat kembali dalam 2 detik Cepat kembali dalam 3 detik Cepat kembali dalam waktu < 3 detik
 Sensasi Dapat membedakan sensasi tajam dan tumpul Dapat membedakan sensasi tajam dan tumpul 

c. Analisa Data
No Data Masalah kesehatan Masalah keperawatan

1 2 3 4














 DS :
- Keluarga mengatakan Tn.A menderita TB paru sejak tahun 2003 dan sudah 2 kali dirawat karena TB paru
- Tn.A mempunyai riwayat merokok sejak sekolah STM
- Tn.A mengatakan saat ini masih batuk-batuk berdahak, sesak nafas bila beraktifitas berat, dan lemah
- Tn.A mengatakan bulan Mei Tn. A kontrol dan kemudian dilakukan pemeriksaan dahak, hasilnya dinyatakan negatif
- Tn.A sudah tidak minum obat TB paru hanya di beri OBH yang dibeli di warung
DO :
- Tn.A tampak kurus dan lemah
- Tn.A tampak batuk-batuk
- Keadaan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan
 TB paru 
 DS :
- Tn.A mengatakan porsi makannya jarang habis
- Tn.A mengatakan tidak mengetahui tentang jenis makanan yang harus diberikan
- Tn.A mengatakan frekwensi makan 2 x dan kadang kadang 3 x, nafsu makannya sudah mulai membaik dibanding saat pertama kali sakit tapi sekarang sering merasa mual terutama setelah minum OBH
- Keluarga mengatakan hanya menyajikan makanan seadanya, menu makanan yang biasa diberikan adalah nasi, sayur, kadang tahu dan tempe.
- Keluarga mengatakan belum tahu cara mengatur makanan untuk Tn.A yang menderita TB paru
DO :
- BB 45 Kg, TB 166 cm
- Tn.A tampak lemah
- Tn.A tampak kurus Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
 DS :
- Tn.A mengatakan keluhan saat ini yaitu masih sering batuk-batuk berdahak, terutama bila kedinginan atau kelelahan.
- Selama 2 bulan ini Tn.A hanya mengkonsumsi OBH yang dibeli di warung dengan alasan dokter hanya memberi OBH saja
- Tn.A mengatakan setiap hari mengasuh anaknya yang masih balita
- Keluarga mengatakan tidak punya tempat khusus untuk menampung dahak Tn.A
- Keluarga mengatakan alat makan Tn.A sudah terpisah dengan anggota keluarga lain
DO :
- Tn.A mempunyai anak balita
- Tn.A masih batuk-batuk
- Saat batuk Tn.A tidak menutup mulut atau memalingkan muka
- Keadaan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi < 15 %, sinar matahari tidak masuk kedalam rumah hanya masuk lewat genting kaca, keadaan rumah gelap, terdapat lorong menuju pintu yang gelap dan pengap.
  Resiko terjadi penularan penyakit









d. Pengkajian Data Fungsi keluarga
TGL Masalah Data Fungsi Perawatan Keluarga Kesimpulan

1 2 3 4
08-08-05



























 Masalah Kesehatan :
TB paru 

Masalah Keperawatan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan


 - Keluarga mengatakan gangguan nutrisi adalah kekurangan gizi sehingga berat badan turun dan kurus
- Keluarga mengatakan penyebabnya karena makan yang sedikit dan makanan yang dimakan kurang bergizi 
- Keluarga mengatakan faktor yang mempengaruhi gangguan nutrisi adalah karena tidak nafsu makan dan adanya mual
- Keluarga mengatakan setelah berobat TB paru terlihat sudah ada perbaikan pada Tn. A
 
- Keluarga merasakan keadaan Tn.A sebagai masalah tapi tidak tahu harus diapakan
- Keluarga mengatakan salah satu akibat dari tidak mau makan, badan Tn.A menjadi kurus dan lemah sehingga tidak bisa bekerja
- Keluarga mengatakan keluarga belum bisa memutuskan apa yang akan dilakukan pada Tn.A selanjutnya

- Keluarga mengatakan akan membawa Tn..A kontrol ulang bila sudah ada biaya 
- Keluarga hanya membiarkan saja bila Tn.A tidak mau makan
- Keluarga mengatakan tidak tahu cara mengatur makanan bagi Tn.A dan hanya menyajikan makanan seadanya saja.
 Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada Tn.A









Ketidakmauan keluarga mengambil tindakan untuk mengatasi gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada Tn.A


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada Tn.A dengan TB paru
08-08-05 Masalah Kesehatan :
TB paru 

Masalah Keperawatan:
Resiko terjadi penularan penyakit - Keluarga mengatakan tidak menjadi masalah karena Tn.A sudah merasa sembuh dan anaknya sehat-sehat saja.
- Keluarga mengatakan Tn.A sering mengasuh anaknya yang masih balita
- Keluarga mengatakan akibat yang akan terjadi jika Tn.A tidak melakukan pencegahan anak dan keluarganya akan tertular 
- Keluarga mengatakan sejak sakit TB paru alat makan di pisahkan dari anggota keluarga lain

- Keluarga mengatakan Tn.A membuang dahaknya di jamban dan bila membuang dahaknya di jalan, dahaknya selalu ditutup daun/kertas dan keluarga tidak tahu cara pembuangan dahak yang aman
- Keluarga akan membawa Tn.A ke RS bila sudah ada biaya
- Keluarga mengatakan kadang-kadang saja membuka pintu rumah supaya ada udara masuk ke dalam rumah.
 Ketidakmaun keluarga mengatasi masalah pencegahan penularan TB paru










Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan TB paru



Pengkajian Keluarga Mandiri
Tanggal Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan Kriteria Keluarga Mandiri Kategori Simpulan
  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 
8/8/2005 TB Paru Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan pada TN.A dengan TB paru √ √ √ √ √ KM II
8/8/2005 TB Paru Resiko terjadi penularan TB paru pada anggota keluarga Tn.A √ √ √ √ √ KM II

Keluarga Tn.A berada pada kemandirian tingkat II





e. Penapisan / Prioritas Masalah
1) Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada Tn.A dengan TB paru
No Kriteria Perhitungan Skore Pembenaran
1 Sifat masalah 
Aktual (tidak /kurang sehat)
 3/3 x 1 1 Masalah kurang / tidak sehat, keluarga merasakan sebagai masalah karena saat ini berat badan Tn.A kurang dari normal dan memerlukan tindakan yang segera
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Sebagian
 ½ x2 1 Kemungkinan masalah dapat diubah sebagian karena adanya keterbatasan sumber dana dan pengetahuan keluarga
3 Potensi pencegahan
Cukup
 2/3 x 1 2/3 Cukup, masalah sudah terjadi dalam waktu yang lama dan untuk mencapai perbaikan status nutrisi dibutuhkan waktu yang lama
4 Penonjolan masalah
Ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani
 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari adanya masalah dan harus segera ditangani
Total Skore 3 2/3 




2) Resiko terjadi penularan penyakit pada seluruh anggota keluarga Tn. A
No Kriteria Perhitungan Skore Pembenaran
1 Sifat masalah 
Ancaman kesehatan
 2/3 x 1 2/3 Masalah merupakan ancaman kesehatan, karena belum terjadi tapi kemungkinan besar akan terjadi 
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah
 2/2 x 2 2 Mudah, tingkat pendidikan anggota keluarga cukup, keluarga mempunyai kartu sehat untuk berobat, keluarga dapat memanfaatkan fasilitas yang ada dirumah
3 Potensi pencegahan
Cukup 2/3 x 1 2/3 Cukup, penyakit sudah diderita lama, dalam keluarga ada anak balita yang menjadi resiko tinggi penularan, keadaan lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan
4 Penonjolan masalah
Masalah tidak dirasakan 0/2 x 1 0 Masalah tidak terlalu dirasakan oleh keluarga 
Total Skore 2 4/3 

Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada Tn.A dengan TB paru 
2. Resiko terjadi penularan penyakit pada seluruh anggota keluarga Tn.A 

home care

TUJUAN HOME CARE DI MASYARAKAT 
Smith (1995), mengidentifikasi pelayanan keperawatan di rumah ( HC) memiliki lima tujuan dasar, yaitu :
1. Meningkatkan “support system” yang adekuat dan efektif serta mendorong digunakannya pelayanan kesehatan.
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.
3. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggota keluarga dan keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan.
4. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatananantar keluarga 
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan.

INDIKASI
Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di RS adalah :
• Klien dengan COPD
• Klien dengan penyakit gagal jantung
• Klien dengan gangguan oksigensi
• Klien dengan mengalami perlukaan kronis
• Klien dengan diabetes
• Klien dengan gangguan fungsi perkemihan
• Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan ( rehabilitasi)
• Klien dengan terapi cairan infus di rumah
• Klien dengan gangguan fungsi persyarafan
• Klien dengan AIDS
 Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
• Klien dengan post partum 
• Klien dengan gangguan kesehatan mental 
• Klien dengan kondisi Usia Lanjut
• Klien dengan kondisi terminal ( Hospice and Palliative care)


KONSEP YANG MENDASARI
Pengertian, dan perkembangan HC
 Home Care (HC) merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D & Eric B.L.,1993). Sedangkan menurut Rice, (2001) Home Care sendiri dapat diartikan sebagai ilmu dan seni yang berupaya memberikan layanan kesehatan dan perawatan bermutu yang dilakukan di rumah klien dan pada area di komunitas. Pengertian lain Home Care atau Home Health Nursing adalah interaksi yang dilakukan perawat di tempat tinggal keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan keluarga dan anggotanya.
 Bila dilihat dari perspektif sejarahnya maka kegiatan home care merupakan pelayanan yang dilakukan oleh para perawat dimana mereka melakukan kunjungan rumah bagi masyarakat miskin yang menderita sakit dan tidak di bawa ke rumah sakit. Hal ini telah dimulai di Amerika Serikat sekitar tahun 1796 di Boston dan pada tahun 1885 di New York telah ada semacam agen home care, yang akhirnya pada tahun 1886 di bentuk organisasi perawat kunjungan rumah atau Visiting Nurse Association (VNAs) dimana organisasi ini sejak tahun 1909 telah bergabung dengan lembaga asuransi dengan memperkejakan 1416 orang tenaga perawat kunjungan rumah. Sedangkan pemerintah USA memperkejakan sebanyak 12.000 perawat terlatih untuk memberikan asuhan keperawatan di rumah pada keluarga miskin melalui kegiatan Public Health Nurse/Community Health Nursing.
 Di Inggris, Home Care berkembang sejak di kenalkan Florence Nigthtingale (1820-1910) dan pada pertengahan abad 19 berkembanglah konsep district nursing yang diawali oleh para biarawati yang merawat orang-orang miskin di rumah. Peran district nurse terus berkembang mulai dari merawat orang sakit dan merawat orang dengan sakaratul maut di rumah, sampai mengajarkan keterampilan keperawatan dasar agar keluarga bisa mandiri.
 Perkembangan home care di Indonesia tidak banyak dicatat, namun sebenarnya telah ada sejak dikenalkan konsep Puskesmas sekitar tahun 70-an, dimana Public Health Nursing (PHN) saat itu dijadikan kegiatan pokok Puskesmas yang wajib dilaksanakan di setiap Puskesmas. Namun karena saat itu tenaga perawat di Indonesia masih belum memadai maka perkembangan kegiatan Home Care melalui program PHN menjadi tidak optimal. Pada saat ini seiring dengan pesatnya perkembangan pendidikan tinggi keperawatan dan perkembangan legislasi praktek keperawatan melalui dikeluarkannya SK Menkes No 1239 Thn 2002 tentang registrasi dan praktik keperawatan, maka kegiatan home care ke depan akan mengalami perkembangan yang pesat, apalagi banyak institusi rumah sakit yang mulai menyadari peluang kedepan tentang kegiatan hospital home care ini.

Tujuan program HC
 Smith (1995), mengidentifikasi pelayanan keperawatan di rumah ( HC) memiliki lima tujuan dasar, yaitu :
1. Meningkatkan “support system” yang adekuat dan efektif serta mendorong digunakannya pelayanan kesehatan.
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.
3. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggota keluarga dan keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan.
4. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatananantar keluarga 
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan.
Kelima tujuan dasar dari pelayanan keperawatan di rumah pada hakekatnya bertujuan untuk membantu keluarga menyelesaikan masalahnya, yang oleh Simmons (1980), dikatagorikan menjadi ;
1. Sikap hidup dan sumber-sumber pelayanan kesehatan
2. Penyimpangan status kesehatan
3. Pola dan pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan
4. Dinamika dan struktur keluarga. 
Disamping hal tersebut, menurut Suharyati, (2004) program ini juga mempunyai dampak yang menguntungkan baik bagi klien dan keluarganya maupun bagi tenaga yang terlibat dalam pelayanan home care. Bagi klien dan keluarganya dapat membantu secara efisien dalam mengurangi beban biaya rawat inap di rumah sakit yang makin mahal, disamping pula meningkatkan kemandirian keluarga dalam perawatan klien di rumah. Sedangkan bagi para petugas yang terlibat terutama dalam pelayanan langsung di rumah klien program ini dapat memberikan variasi lingkungan kerja dan mampu menambah penghasilan bagi para perawat yang bekerja di rumah sakit.


Jenis kasus yang dilayani HC 
 Rice. R, (2001) mengidentifikasi jenis kasus yang dapat dilayani pada program home care yang meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus klinik dan yang biasa dijumpai di komunitas.
 Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di RS adalah :
• Klien dengan COPD
• Klien dengan penyakit gagal jantung
• Klien dengan gangguan oksigensi
• Klien dengan mengalami perlukaan kronis
• Klien dengan diabetes
• Klien dengan gangguan fungsi perkemihan
• Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan ( rehabilitasi)
• Klien dengan terapi cairan infus di rumah
• Klien dengan gangguan fungsi persyarafan
• Klien dengan AIDS
 Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
• Klien dengan post partum 
• Klien dengan gangguan kesehatan mental 
• Klien dengan kondisi Usia Lanjut
• Klien dengan kondisi terminal ( Hospice and Palliative care)
(Rice R , 2001.,Allender &Spradley, 2001)

Provider dan peran perawat dalam program HC
 Dalam memberikan pelayanan kepada klien, program HC melibatkan berbagai multidisiplin baik tenaga medis, perawat, ahli gizi, fisioterapi, sosial worker dll, yang merupakan tenaga yang langsung berhubungan dengan pemberian pelayanan kepada klien, sedangkan yang lainnya adalah tenaga administratur program HC. 
Dari semua jenis tenaga tersebut maka tenaga keperawatan merupakan tenaga utama dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah. Menurut Triebsch &Brueckner dalam Lerman and Linne,(1993); Rice R ,(2001)., Allender &Spradley, (2001) posisi perawat dalam home care merupakan tenaga utama yang memberikan pelayanan pada klien di rumah, oleh karena itu perawat dapat berfungsi sebagai koordinator dalam pelayanan dan memerankan diri sebagai case manager, dan harus terlibat sejak rencana klien pulang (discharge planning).
Sebagai koordinator perawat harus mempunyai pengetahuan tentang pelayanan home care (termasuk kriteria klien), keterampilan komunikasi dan sensitif terhadap kebutuhan klien termasuk kebutuhan rencana klien pulang dari perawatan di RS. Disamping itu perawat juga harus mampu menguasai keterampilam kerja tim, organisasi serta kemampuan membaca peluang dan pemasaran produk HC. 
Perawat Home Care bekerja dengan berbagai macam klien yaitu klien-klien lansia dengan penyakit kronis, ibu dengan bayi baru lahir, klien-klien terminal, dan lain-lain. Fokus utama dalam pelayanan keperawatan Home Care adalah untuk memandirikan klien dan keluarga, meningkatkan status kesehatan klien dan keluarga dengan berperan sebagai pendidik, advokat bagi klien, sebagai manajer kasus, serta memberikan spirit pada klien dan keluarganya.
Sedangkan untuk menunjang dan mengaplikasikan peran tersebut diperlukan ketrampilan adalah:
• Keterampilan dalam mengkaji dan mengevaluasi 
• Keterampilan dalam komunikasi yang efektif
• Keterampilan dalam pengambilan keputusan
• Keterampilan dalam pendokumentasian yang efektif
• Berfikir kreatif/fleksibel dan kritis
• Pengembangan diri


 Strategi Pengelolaan HHC (Hospital-based Home Care)
 Untuk mengelola program Hospital-based Home Care dengan sukses diperlukan komitmen semua pihak baik pengelola agensi home care, rumah sakit maupun para pemberi pelayanan. Komitmen ini sangat diperlukan mengingat banyaknya hambatan dalam pengelolaan HHC ini, terutama para pengelola harus memiliki jiwa kewirausahaan yang benar-benar tinggi.
 Menurut Ficks. W.J (1993) ada beberapa kendala/hambatan dalam mencapai sukses dalam pengelolaan HHC, yaitu dilihat dari aspek internal dan eksternal. Hambatan dari faktor internal terdiri dari product life cycle, wage and benefits, administrivia, dan hospital large-scale mind-set. Sedangkan hambatan eksternal menyangkut sistem pembayaran yang tidak lancar, meliputi reimbusment changes, prospective payment dan case management yang tidak hati-hati.
  Untuk menanggulangi hambatan faktor internal dan eksternal HHC tersebut maka strategi pengelolaan HHC menurut Lerman and Linne,(1993) diarahkan kepada :
1. Menetapkan strategi MIA ( Mission, Innovation, and Autonomy) untuk mengatasi hambatan internal
M =Mission
Antara agen/unit home care dan rumah sakit harus saling bersinergi dan mempunyai kesamaan pandangan dalam hal :
• Meningkatkan kunjungan klien, dimana bersama-sama berusaha secara aktif dan proaktif, sehingga akan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan dalam pelayanan program HHC sehingga akan berdampak pada peningkatan kunjungan ke rumah sakit (klien rawat jalan)
• Penghematan biaya; HHC didesain untuk memaksimalkan penghematan biaya rumah sakit dengan menurunkan Lenght of stay (LOS). Penghematan biaya ini menggunakan rumus sbb:
Penghematan
Biaya RS melalui =
penurunan LOS 
Rata-rata LOS - 
LOS RS Aktual x Biaya-biaya lain RS per klien perhari

I =Innovation
Agensi/unit Hospital-Based Home Care harus dapat mendorong menciptakan inovasi-inovasi terbaru berkaitan dengan pemasaran dan pelayanan. Dalam konteks ini Rumah Sakit harus mendukung kegiatan HHC tersebut dengan memberikan reward yang positif dan memadai. Ada dua prinsip yang harus dipegang untuk mengembangkan hal tersebut adalah :
• Jika RS memiliki program ionovasi yang dapat diimplementasikan tanpa mengganggu operasional HHC, maka sebaiknya unit HHC mengadaptasi program RS tersebut
• Dan sebaliknya jika agensi/unit HHC memiliki proses dan sistem inovasi sendiri dan tidak mengganggu sistem RS, maka RS sebaiknya mengadaptasi sistem HHC tersebut.

A = Autonomy
Karena dalam mengembangkan program HHC mengandung unsur bisnis (profit oriented), maka sebaiknya pengelola HHC diberi otonomi dalam mengembangkan tehnik-tehnik euntrepreneurship (kewirausahaan), oleh karena itu sebaiknya yang menjadi administratur HHC adalah seorang euntrepreneur. Dengan demikian akan mampu mengingkatkan penampilan HHC yang profesional.

2. Untuk mengatasi hambatan eksternal, direkomendarisakan 4 hal yang perlu diperhatikan :
• Administrator harus memastikan semua informasi yang dibutuhkan oleh staff dan tersedia dengan lengkap, meliputi akunting, laporan pelayanan,dan monitor produktifitas pelayanan.
• Untuk meningkatkan efisiensi operasional HHC, maka pengelola HHC harus mampu mengembangkn sistem pembiayaan yang efektif dan efisien (dihitung berdasarkan unit cost/kunjungan)
• Program HHC harus mampu menciptakan sistem referal (rujukan) sebagai upaya mengembangkan net-working yang mendukung peningkatan kunjungan ke HHC.
• Kunci sukses yang paling penting adalah menciptakan service/pelayanan yang berorientasi pada customers/pelanggan. Oleh karena orientasi kalkulasi bisnis harus berubah dari :

Keuntungan (profit) = Revenue – Biaya (cost)
  Menjadi ..
Long term profit (dari cutomer yang puas) - Biaya =Profit plus
 
 Akhirnya faktor kunci sukses strategi pengelolaan dan pemasaran HHC menurut Lerman, (1993) yang paling tepat adalah dengan mengutamakan customer yaitu selain ongkos yang terjangkau dan memadai, perawatan yang berfokus pada klien, dan kepatuhan klien untuk kontrol yang teratur juga seperti di bawah ini:
• Aspek Pelayanan
- Keberhasilan pemberi pelayanan (provideer) yang selalu memegang nilai-nilai, misi dan etika RS untukk menjamin bahwa program Home Care dapat meningkatkan reputasi RS di masyarakat.
- Provider memberdayakan karyawannya untuk mengembangkan dan meningkatkan lingkup dan kualitas pelayanan.
- Provider memiliki komitmen terhadap pelayanan konsumen yang terbaik.
• Manajemen dan perencanaan strategi
- Administrator Home Care yang berhasil selalu mengembangkan rencana strategi yang memberi arah terhadap pelayanan
- Administrator dapat mengatasi hambatan organisasi RS guna keberhasilan program
- Administrator membangun koalisi internal RS dengan penyandang dana, manajer, dokter, staf klinik dan koordinator pemulangan klien untuk memasukkan Home Care sebagai komponen kunci dan tim yang penting di dalam sistem pelayanan RS yang terintegrasi
- Administrator selalu mengikuti teknologi dan inovasi, mencari target pasar yang baru, melayani berbagai jenis klien baru, mengubah pola praktek profesional jika kondisi klinik memungkinkan
- Administrator menggunakan data bisnisdan marketing untuk tujuan manajemen strategi
- Administrator menganalisa hasil provider lain dalam pasar, memeriksa siklus kehidupan hasil Home Care, mengidentifikasi kesenjangan di dalam pelayanan dan melaksanakan program baru
- Administrator berkolaboratif dan menekankan kemitraan dan hubungan kerjasama dengan provider lain jika diperlukan
• Manajemen Operasional
- Manajer Home Care yang berhasil memandang agen pelayanan Home Care dengan pemikiran Home Care dan bukan pemikiran RS tradisional
- Manajer Home Care siap untuk berubah dan mengenali bahwa tidak ada satu rahasia untuk sukses, fleksibilitas adalah kuncinya dan perubahan dalam arah harus dilakukan pada jalan menuju sukses
- Manajer Home Care mengevaluasi kembali hasil dan pelayanan yang ditawarkan dan merestrukturisasi kegiatan operasional jika diperlukan untuk mencapai tujuan RS
- Manajer Home Care mengimplementasi pemanfaatan dan sistem manajemen biaya dengan baik dalam persiapan kontrak perawatan dan kemungkinan sistem pembayaran Home Care secara prospektif
- Manajer Home Care melacak keakuratan klien dan mengidentifikasi total cost dan unit cost untuk setiap hasil dan pelayanan yang diberikan
- Manajer Home Care mengembangkan produktivitas dan sistem monitoring manajemen mutu yang kuat
- Manajer Home Care menyewa orang dengan bakat terbaik dan memberikan insentif yang sesuai dengan penampilan yang dilakukan
- Manajer Home Care secara efisien rencana pemulangan klien dan melakukan proses koordinasi
- Manajer Home Care mengimplementasikan manajemen sistem informasi yang canggih untuk meningkatkan manajemen operasional dan pengambilan keputusan dalam manajemen strategi secara klinis dan fiskal
- Manajer Home Care mengatur berbagai pelayanan dan hasil tanpa mengikuti pola pemikiran penggantian biaya (reimbursement) medicare
- Manajer Home Care mengimplementasikan kebijakan personil yang fleksibel untuk tujuan rekruitmen dan retensi
- Manajer Home Care menghilangkan program yang tidak berhasil, mengurangi kerugian dan terus maju ke depan dengan kesempatan baru
• Marketing/pembuatan kontrak
- Administrator Home Care yang berhasil secara afgresif memasarkan pelayanannya baik secara internal maupun eksternal untuk membangun dan mengembangkan dasar rujukan
- Administrator Home Care mengumpulkan dan mengemas pelayanan RS dan Home Care secara komprehensif dan terintegrasi bagi perusahaan asuransi swasta dan pemerintah untuk meningkatkan volume bisnis pada tingkat yang diharapkan
- Administrator Home Care memperkecil konsumen yang tergantuung pada pembayaran Medicare dan memperluas secara agresif ke dalam pasar asuransi swasta, manajemen kasus, self-pay (konsumen yang membayar sendiri)
Langkah-lngkah/prosedure Home Care.
 Untuk melaksanakan Home Care dengan baik maka perlu melihat hubungan perawat dengan klien/keluarga. Ada beberapa fase dalam melaksanakan pelayanan keperawatan di keluarga/rumah :
1. Fase Pre inisiasi/persiapan.
Pada fase pertama, perawat mendapat data tentang keluarga yang akan di kunjungi dari Puskesmas atau ibu kader. Perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan. Kontrak waktu kunjungan perlu dilakukan pada fase ini .
2. Fase Inisiasi/perkenalan.
Fase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan. 
3. Fase implementasi.
Pada fase ini, perawat melakukan pengkajian dan perencanaanuntuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga. Lakukan intervensi sesuai rencana,. Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannnya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannnya dan sediakan pula informasi tertulis.
4. Fase terminasi 
Fase ini, perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.Menyususn rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkindialami keluarga, penting dilakukan di fase terminasi.Tinggalkan nama dan alamat perawat dengan nomor telepon.
5. Fase pasca kunjungan 
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokumentasi legkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas. 

Mekanisme Operasional Perawatan Pasien di Rumah
 Menurut Helwiyah (2004) Klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap RS maupun Puskesmas. Namun klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan perorangan untuk memperoleh pelayanan.
 Mekanisme yang harus dilakukan adalah:
• Klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk dirawat di rumah atau tidak.
• Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola/agensi perawatan kesehatan di rumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga akan menentukan masalahnya dan membuat perencanaan, membuat kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, peralatan dan sistem pembayaran serta jangka waktu pelayanan.
• Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan di rumah baik dari pelksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan di rumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh korrdinator kasus.
• Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatyan.

Persyaratan klien yang menerima pelayanan keperawatan di rumah
• Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggung jawab atau menjadi pendamping bagi klien dalam berinteraksi deengan pengelola.
• Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (informed consent).
• Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan di rumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Allender J.A & Spardley., 2001., Community Health Nursing., Philadelphia: Lippincott.
Helwiyah Ropi., 2004., Home Care sebagai bentuk praktik keperawatan mandiri., Bandung: Majalah Keperawatan PSIK-FKUP.
Lerman D. & Linne E.B., 1993., Hospital Home Care., USA: AAAHP Inc.
Lukman M., 2002., Penanganan Keperawatan Komunitas sebagai Mitra Kedokteran Keluarga., Bandung: Pertemuan Ilmiah Tahunan Kedokteran Keluarga FKUP.
Rice R., 2001., Home Care Nursing Practice., St. Louis: Mosby Company.
Suharyati S., 1998., Analisis Peluang Pasar Program “Hospital Home Care” di RSHS Bandung tahun 1998.,Tesis: PPS IKM UI., Jakarta.  












PANDUAN UNTUK PENGAJAR


1. Standar Kompetensi

Kode Unit :
Judul Unit : Home Care di Masyarakat
Uraian Unit :  

Elemen/Subkompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1. Fase Pre inisiasi/persiapan 





2. Fase Inisiasi/perkenalan Perencanaan

3. Fase implementasi Pelaksanaan








4. Fase terminasi 










5. Fase pasca kunjungan 1.1. Perawat mendapat data tentang keluarga yang akan di kunjungi dari Puskesmas atau ibu kader
1.2. Membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan.
1.3. Kontrak waktu kunjungan

2.1 Perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan. 

3.1 Melakukan pengkajian
3.2 Perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga
3.3 Lakukan intervensi sesuai rencana
3.4 Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannnya.
3.5 Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannnya dan sediakan pula informasi tertulis.

4.1 Perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.
4.2 Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga
4.3 Meninggalkan nama dan alamat perawat dengan nomor telepon.


5.1. Mencatat hasil pengkajian yang telah dilakukan
5.2 Melaporkan hasil kegiatan yang telah dilakukan dan rencana tindak lanjut kepada pihak puskesmas dan kecamatan. 
5.3 Mencatat dengan jelas, ditandatangani disertai nama jelas
5.4 Tulisan yang salah dicoret kemudian diparaf
5.5 Catatan dibuat dengan menggunakan ballpoint atau tinta.

Persyaratan/Kondisi Unjuk Kerja :
1. Komunikasi dan pendekatan pada keluarga
2. Kerja sama lintas program dan lintas sektoral
3. Melakukan upaya pemberdayaan dan peran serta aktif keluarga

Acuan Penilaian :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan : 
a. Tahapan pengorganisasian home care di masyarakat

2. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan :
a. Pengkajian pada keluarga
b. Pendekatan pada keluarga 
c. Pelaksanaan home care di masyarakat
















2. Standar Evaluasi

MATRIKS PENILAIAN
HOME CARE DI MASYARAKAT  

(ELEMEN) SUBKOM PETENSI DOMAIN METODE PENILAIAN KET
KRITERIA UNJUK KERJA S K A O D Q LIS LAP 
1.1. X X X X  
1.2. X X X  
1.3. X X X X X 
2.1. X X X  
3.1. X X X  
3.2. X X X  
3.3. X X X  
3.4. X X X  
3.5. X X X  
4.1. X X X  
4.2. X X X  
4.3. X X X  
5.1. X X 
5.2. X X 
5.3. X X 
5.4. X X 
5.5. X X 
 
 Keterangan :
 S = skill K = kognitif A = afektif
O = observasi D = demonstrasi Q = quis Lis = lisan Lap = laporan 









FORMAT PENILAIAN
(OBSERVASI PRAKTIKUM DI MASYARAKAT)


Judul Kompetensi : Home Care di Masyarakat
Nama Kandidat :

NO. PROSEDUR SKALA KET
  0 1 2 
1. Membina trust dengan keluarga  
2. Melakukan pengkajian keluarga (data primer dan sekunder)  
3. Melakukan pengkajian  
4. Membuat perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga  
5. Melakukan intervensi sesuai rencana  
6. Mengeksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannnya.  
7. Memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannnya dan sediakan pula informasi tertulis.  
8. Membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.  
9. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga  
10. Meninggalkan nama dan alamat perawat dengan nomor telepon  

Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna

  Nilai batas lulus  80%


Bandung, ………………
Peserta Ujian Evaluator


  ( ) ( )

Catatan Penilaian Keperawatan
Studi Dokumentasi


Judul Kompetensi : Home Care di Masyarakat 
Nama Kandidat :

ASPEK YANG DINILAI
 SKALA KET
 0 1 2 
1. Mencatat hasil pengkajian Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam melaksanakan home care di keluarga.
2. Mencatat respon keluarga sasaran dengan adanya tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
3. Menandatangani catatan yang telah dibuat. 
4. Melaporkan hasil pengelolaan keperawatan komunitas di masyarakat kepada pihak terkait
5. Tulisan :
 Jelas
 Mudah dibaca
 Ditandatangani
 Terdapat nama jelas
 Tidak ada bekas menghapus

6. Diketahui oleh tokoh masyarakat setempat  


Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna

  Nilai batas lulus  80%

Bandung, ………………
  Peserta Ujian Evaluator



( ) ( )

Catatan Penilaian Keperawatan
Bank Question


Judul Kompetensi : Home Care di Masyarakat 
Nama Kandidat :

Pertanyaan
 Jawaban yang diharapkan Ket
1. Apa tujuan penge-lolaan home care di masyarakat ?

















2. Bagaimana langkah- langkah mengelola home care di masyarakat ?






















 Smith (1995), mengidentifikasi pelayanan keperawatan di rumah ( HC) memiliki lima tujuan dasar, yaitu :
1. Meningkatkan “support system” yang adekuat dan efektif serta mendorong digunakannya pelayanan kesehatan.
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.
3. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggota keluarga dan keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan.
4. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatananantar keluarga 
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan.

Ada beberapa fase dalam melaksanakan pelayanan keperawatan di keluarga/rumah :
1. Fase Pre inisiasi/persiapan.
Pada fase pertama, perawat mendapat data tentang keluarga yang akan di kunjungi dari Puskesmas atau ibu kader. Perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan. Kontrak waktu kunjungan perlu dilakukan pada fase ini .
2. Fase Inisiasi/perkenalan.
Fase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan. 
3. Fase implementasi.
Pada fase ini, perawat melakukan pengkajian dan perencanaanuntuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga. Lakukan intervensi sesuai rencana,. Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannnya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannnya dan sediakan pula informasi tertulis.
4. Fase terminasi 
Fase ini, perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.Menyususn rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkindialami keluarga, penting dilakukan di fase terminasi.Tinggalkan nama dan alamat perawat dengan nomor telepon.
5. Fase pasca kunjungan 
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokumentasi legkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas. 

latihan exercise keluarga

KONSEP YANG MENDASARI EXERCISE/LATIHAN FISIK PADA LANJUT USIA

 Lanjut Usia (lansia) merupakan satu fase kehidupan yang telah dimulai dalam kandungan rahim ibu. Proses menua (aging) yang tidak lain adalah perubahan yang terus menerus bersamaan dengan berlalunya waktu. Proses menua adalah proses kompleks yang melibatkan berbagai variabel seperti genetik, faktor pola hidup, dan penyakit kronik, yang berinteraksi satu sama lain dan menentukan tingkat kemunduran fungsi tubuh. Menurut para ahli kemunduran tersebut setelah usia 30 tahun dapat mencapai 0,75% sampai 1% per tahun. Sebaliknya partisipasi dalam olahraga atau aktifitas fisik secara teratur merupakan upaya yang telah dibuktikan oleh banyak peneliti, bermanfaat bagi kesehatan dan dapat memperlambat jalannya proses menua sampai menjadi sekitar rata-rata 0,30% per tahun.
 Latihan olahraga yang efektif dan aman adalah yang dilakukan secara terukur, teratur, dan berkesinambungan. Dalam hal ini terukur sesuai dengankondisi dan terutama usia kita, teratur sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah olahraga, dan berkesinambungan dalam arti olahraga tersebut harus menjadi pola hidup yang terus dilakukan sebagai kebiasaan.

Tujuan dan Manfaat Olahraga bagi Lansia
 Tujuan dan manfaat utama olahraga bagi lansia bukan prestasi melainkan peningkatan kualitas hidup yang meliputi perbaikan dalam derajat kesehatan, kapasitas fungsional (kebugaran jasmani) dan kemandirian. Peningkatan dan pemeliharaan kapasitas fungsional tidak lain adalah upaya promotif, yaitu tercapai dan terpeliharanya tingkat keugaran/kesegaran jasmani yang optimal. Kemandirian disini dimaksudkan adalah terutama kemandirian dalam melakukan aktifitas sehari-hari yang berupa gerak fisik dinamis, yang menurun karena melemahnya fleksibilitas dan kekuatan otot akibat proses menua. Hal itu mengakibatkan juga terganggunya stabilitas postur tubuh sehingga lansia kehilangan keseimbangan wktu berdiri atau terjatuh pada saat melakukan aktivitas dinamis. Dalam hal ini olahraga, latihan atau aktivitas fisik yang merangsang sistem koordinasi dan keseimbangan tubuh sangat bermanfaat.

Olahraga dan Latihan Fisik
 Pada lansia dan penderita penyakit kronik, karena memiliki risiko berolahraga yang tinggi, penting membedakan olahraga (permainan) atau sport dan latihan fisik (physical training). Dalam melaksanakan latihan olahraga, prinsip-prinsip dasar latihan pada umumnya sama, baik untuk olahraga kesehatan atau prestasi, maupun bagi lansia atau usia muda, serta juga penderita penyakit degeneratif kronik atau orang sehat yaitu :
- latihan harus spesifik pada organ/sistem tubuh yang akan dikembangkan atau dilatih.
- Beban latihan ahrus cukup merangsang (overload)
- Bersifat progresif (bertahan meningkat)
- Pengulangan (frekuensi) latihan memadai
- Adanya pemenasan (warming-up) dan pendinginan (cooling-down) pada tiap sesi latihan.

Penerapan prinsip-prinsip dasar tersebut pada lansia tentu saja harus lebih hati-hati secara kualitas maupun kuantitas. ARtinya pemberian beban latihan dimulai dengna intensitas yang lebih ringan, waktu (durasi) latihan lebih pendek, dan peningkatan beban lebih lambat.

Latihan Olahraga yang Dianjurkan
 Dari tujuan dan manfaat olahraga bagi lansia, dewasa ini para ahli merekomendasikan sekurang-klurangnya 4 (empat) jenis bentuk latihan yang perlu dilakukan para lansia. Aktivitas fisik tersebut diantaranya berupa : latihan/olahraga erobik (endurance), latihan kekuatan (strength training), latihan fleksibilitas (kelentukan), dan latihan koordinasi dan keseimbangan.
 Latihan aerobik merupakan latihan terpenting bagi lansia karena melalui latihan ini tercapai training effect yang berpengaruh positif terhadap praktis semua sel organ tubuh kota. Positif dalam arti baik aliran darah maupun metabolismenya menjadi lebih baik. Agar latihan ini efektif dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, kebugaran, dan kemampuan kerja fisik, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Gerakan hendaknya bersifat dinamis dan melibatkan kelompok otot cukup besar minimal kedua tungkai
2. Intensitas latihan mencapai training zone dengan batas minimal dan optimalnyua ditentukan dari kapasitas aerobik maksimal atau bilangan nadi yang nilainya tergantung dari umur.
3. Lama latihan berlangsung antara 15-60 menit
4. Frekuensi latihan per minggu minimal 3 kali dan optimal 5 kali.

Lama dan frekuensi latihan sangat tergantung dari intensitas. Jika intensitas latihan rendah perlu diimbangi dengan waktu (durasi) latiahan dan atau frekuensi latihan yang lebih lama atau sering.
 Latihan kekuatan dibedakan dalam latihan statis dan dimanis. Latihan statis relatif berbahaya bagi lansia terutama sehubungan dengan kemungkinan terjadinya reaksi peningkatan tekanan darah yang cukup tajam. Karena kekuatan sangat tergantung dari kualitas otot dan susunan saraf pusat, maka latihan ini disamping menguatkan otot-otot yang penting untuk aktivitas fisik juga berefek positif terhadap kerja insulin, densitas tulang, metabolisme energi dan fungsi persendian tertentu.
 Latihan fleksibilitas meliputi latihan fleksibilitas meliputi gerakan yang melibatkan satu sendi atau lebih. Di samping meregangkan otot/kelompok otot tertentu sehingga dapat menambah jangkauan gerak sendi, aktivitas seperti jalan, senam aerobik, secara tidak langsung meningkatkan juga fleksibilitas tubuh. Latihan ini sangat bermanfaat bagi lansia yang mempunyai keluhan (kelainan) persendian (rematik). Disamping itu latihan peregangan statis yang banyak dianjurkan, bermanfaat untuk menjadikan otot-otot terlatih yang kuat dan keras, lebih supel (elastis) sehingga tidak mudah robek atau cedera.
 Latihan koordinasi dan keseimbangan adalah melatih kerjasama antara susunan saraf pusat dengan otot dalam bentuk gerakan tertentu. Dalam prakteknya aktivitas ini dikenal sebagai latihan keterampilan, yang dapat melibatkan otot-otot besar ataupun kecil. Bentuk latihan ini sedikit sekali melibatkan organ jantung dan paru-paru, akan tetapi aktivitas aerobik seperti jalan, dan latihan beban, berpengaruh positif pula terhadap koordinasi dan keseimbangan.
 Tentang olahraga permainan (sport) yang cocok bagi lansia, disamping perlu memperhatikan bentuk dan intensitas gerakannya sangat tergantung juga dari kebiasaan yang telah dilakukan. Artinya jika olahraga tersebut sudah ditekuninya sejak usia muda, maka meneruskan kegiatan tersebut secara teratur dan terukur menurut kemampuannya akan merupakan pemeliharaan kondisi fisik yang cukup baik. Dalam hal ini perlu diperhatikan jenis gerakan pada masing-masing olahraga. Pada tenis misalnya lari sprint memburu bola, menggunakan kekuatan penuh pada waktu smash, serta tiba-tiba berhenti dan bergerak beralih arah merupakan gerakan yang cukup stress untuk jantung, otot, dan sendi lansia.

Seleksi, Kontrol, dan Evaluasi Kondisi Badan
 Untuk dapat melaksanakan olahraga/latihan secara teratur, efektif, dan aman sangat penting artinya pemeriksaan kesehatan awal (seleksi), pengontrolan atau check-up secara periodik. Hal ini disamping penting sebagai pemeliharaan kesehatan dan pencegahan timbulnya penyakit, berlaku juga sebagai evaluasi bahwa aktivitas yang dilaksanakan telah tepat dan benar. Dalam hal ini langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan medis yang meliputi :
a. Tanya jawab yang mendalam tetntang riwayat penyakit.
b. Fisik diagnostik untuk mengidentifikasi tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler, pernapasan, persendian dan tulang.
c. EKG istirahat 12 hantaran
d. Tekanan darah sistolik dan diastolik istirahat
e. Gula darah puasa, kolestrol dan trigliserida
f. Melakukan tes pembebanan jantung atau stress test dengan monitor EKG.
2. Menentukan kualitas dan kuantitas latihan sesuai dengan kondisi dan situasi lansia masing-masing.
3. Latihan rutin secara teratur dan terukur yang idealnya selalu di bawah pengawasan medis dan bimbingan pelatih. Hal itu semua akan dapat dilaksanakan secara lebih baik dan efisien jika para lansia terorganisir dalam bentuk klub-klub atau perhimpunan, sehingga dapat melakukan latihan bersama-sama secara teratur di bawah bimbingan dan pengawasan para pelatih dan tenaga medis yang kompeten

Akhirnya perlu ditegaskan lagi bahwa olahraga/latihan fisik hanyalah salah satu upaya untuk mengontrol proses menua serta pemeliharaan kesehatan pada umumnya, sehingga upaya-upaya lainnya seperti gizi seimbang, kesadaran akan lingkungan (polusi), dan pengelolaan stres harus pula dilaksanakan bersama-sama secara holistik.

 





KEPUSTAKAAN

American College of Sports Medicine. 1998. Position Stand : Exercise and Physical Activity for Older Adults. Med Sci Sports Exerc. Vol.30 No. 6 pp. 992-1008
Karhiwikarta, W. 1987. Faktor Biologis dalam Proses Ketuaan. Simposium Sehari Olahraga dan Proses Ketuaam dalam rangka hari Olahraga Nasional. Jakarta 15 September 1987.



PANDUAN UNTUK PENGAJAR


1. Standar Kompetensi

KODE UNIT :
JUDUL UNIT : Exercise/Latihan-Latihan Fisik pada Lansia
URAIAN UNIT : Unit ini mencakup kemampuan dalam melaksanakan exercise/latihan-latihan fisik pada lansia. Keterampilan ini digunakan untuk dapat melakukan latihan fisik dengan tepat. 
ELEMEN Kriteria Unjuk Kerja (KUK)
1. Pengkajian
  1.1 Mengkaji kondisi fisik dan mental lansia untuk menentukan jenis latihan yang sesuai.
1.2 Menentukan training zone bagi lansia yang akan mengikuti latihan
1.3 Menentukan jenis latihan yang cocok sesuai kondisi lansia.
1.4 Menentukan peralatan yang diperlukan dan tempat latihan
2. Pelaksanaan 2.1 Melaksanakan latihan aerobik secara tepat
2.2 Melaksanakan latihan kekuatan secara tepat
2.3 Melaksanakan latihan fleksibilitas secara tepat
2.4 Melaksanakan latihan koordinasi dan keseimbangan secara tepat
3. Evaluasi 3.1 Memeriksa denyut nadi lansia setelah latihan
3.2 Memeriksa kesesuaian training zone lansia setelah latihan
3.3 Memeriksa tekanan darah lansia
3.4 Menanyakan respon lansia setelah latihan
4. Dokumentasi 1.1 Mencatat hasil pengkajian .
1.2 Mencatat hasil latihan yang dilakukan 
PERSYARATAN / KONDISI UNJUK KERJA
 Bahasa yang digunakan dalam proses disesuaikan dengan latar belakang budaya dan pendidikan klien.
 Pelaksanaan latihan fisik disesuaikan dengan waktu dan kondisi klien.
ACUAN PENILAIAN
Tindakan ini membutuhkan keterampilan berkomunikasi, membina saling percaya dan pendekatan kepada klien, kemampuan memotivasi lansia agar mau mengikuti exercise/latihan fisik yang dapat diuji dengan uji tulis, dan ujian praktik.

Keterampilan :
 Kemampuan observasi perilaku dan lingkungan klien dalam melaksanakan latihan.
 Kemampuan dalam mengantisipasi berbagai respon dari klien.
 Kemampuan melakukan exercise/latihan fisik secara tepat 

 Kemampuan :
 Mengumpulkan data melalui observasi dan pengukuran dalam mengkaji serta menggali berbagai potensi atau sumber daya yang dimiliki klien.
 Membimbing dan memotivasi lansia untuk melakukan latihan fisik



























2. Standar Evaluasi

MATRIKS PENILAIAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA  

(ELEMEN) SUBKOM PETENSI DOMAIN METODE PENILAIAN KET
KRITERIA UNJUK KERJA S K A O D Q LIS LAP 
1.1. X X X X  
1.2. X X X  
1.3 X X X  
1.4 X X X  
2.1. X X X  
2.2. X X X  
2.3. X X X  
2.4 X X X  
3.1. X X X  
3.2. X X X  
3.3. X X  
3.4. X X X X  
4.1. X X X 
4.2. X X X 
 
 Keterangan :
 S = skill K = kognitif A = afektif
O = observasi D = demonstrasi Q = quis Lis = lisan Lap = laporan 













FORMAT PENILAIAN
(OBSERVASI PENGKAJIAN GERONTIK)


Judul Kompetensi : Exercise/Latihan-latihan Fisik pada Lansia
Nama Kandidat :

NO. PROSEDUR SKALA KET
  0 1 2 
1. Membina trust dengan lansia  
2. Menyampaikan tujuan latihan fisik dengan keluarga  
3. Membuat kontrak  
4 Melakukan pengkajian dan identifikasi kondisi status fisik dan mental lansia yang sebelum latihan fisik  
5. Melakukan kegiatan latihan fisik sesuai kondisi lansia  
6. Memotivasi lansia agar melakukan latihan dengan benar.  
7. Mengevalusi pencapaian training zone pada saat latihan  
8. Mengevaluasi denyut nadi, tekanan darah, respirasi dan respon lansia setelah melakukan latihan.  

Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna

  Nilai batas lulus  80%
Bandung, ………………
Peserta Ujian Evaluator




  ( ) ( )



Catatan Penilaian Keperawatan Observasi
( BERMAIN PERAN )

Judul Kompetensi : Exercise/Latihan Fisik pada Lansia
Nama Kandidat :

Aspek yang dinilai
 Skala Penilaian Ket
 0 1 2 
1. Salam terapeutik
2. Menyampaikan tujuan interaksi dengan keluarga
3. Membuat kontrak
4. Melakukan pengkajian dan identifikasi kondisi status fisik dan mental lansia yang sebelum latihan fisik
5. Melakukan kegiatan latihan fisik sesuai kondisi lansia
6. Memotivasi lansia agar melakukan latihan dengan benar.
7. Mengevalusi pencapaian training zone pada saat latihan
8. Mengevaluasi denyut nadi, tekanan darah, respirasi dan respon lansia setelah melakukan latihan.
   

Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna

  Nilai batas lulus  80%

Bandung, ………………

  Peserta Ujian Evaluator




( ) ( )

Catatan Penilaian Keperawatan
Studi Dokumentasi


Judul Kompetensi : Exercise/Latihan Fisik pada Lansia 
Nama Kandidat :

ASPEK YANG DINILAI
 SKALA KET
 0 1 2 
1. Mencatat hasil pengkajian sebelum latihan fisik
2. Mencatat exercise/latihan fisik yang telah dilakukan
3. Mencatat denyut nadi, tekanan darah, respirasi rate dan respon klien setelah latihan fisik
4. Menandatangani catatan yang telah dibuat. 
5. Melaporkan hasil pengkajian keperawatan gerontik kepada pihak terkait
6. Tulisan :
 Jelas
 Mudah dibaca
 Ditandatangani
 Terdapat nama jelas
 Tidak ada bekas menghapus  


Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna

  Nilai batas lulus  80%

Bandung, ………………
  Peserta Ujian Evaluator



( ) ( )





Catatan Penilaian Keperawatan
Bank Question


Judul Kompetensi : Exercise/Latihan Fisik pada Lansia
Nama Kandidat :
Pertanyaan
 Jawaban yang diharapkan Ket
1. Apa tujuan exercise/latihan fisik pada lansia ?




2. Apa yang harus dikaji ketika akan melakukan exercise/latihan fisik pada lansia ?



3. Jelaskan jenis exercise/latihan fisik pada lansia


















 Tujuan dan manfaat utama olahraga bagi lansia bukan prestasi melainkan peningkatan kualitas hidup yang meliputi perbaikan dalam derajat kesehatan, kapasitas fungsional (kebugaran jasmani) dan kemandirian.

- Mengkaji kondisi fisik dan mental lansia untuk menentukan jenis latihan yang sesuai.
- Menentukan training zone bagi lansia yang akan mengikuti latihan
 -Menentukan jenis latihan yang cocok sesuai kondisi lansia

  Latihan kekuatan dibedakan dalam latihan statis dan dimanis. Latihan statis relatif berbahaya bagi lansia terutama sehubungan dengan kemungkinan terjadinya reaksi peningkatan tekanan darah yang cukup tajam. Karena kekuatan sangat tergantung dari kualitas otot dan susunan saraf pusat, maka latihan ini disamping menguatkan otot-otot yang penting untuk aktivitas fisik juga berefek positif terhadap kerja insulin, densitas tulang, metabolisme energi dan fungsi persendian tertentu.
 Latihan fleksibilitas meliputi latihan fleksibilitas meliputi gerakan yang melibatkan satu sendi atau lebih. Di samping meregangkan otot/kelompok otot tertentu sehingga dapat menambah jangkauan gerak sendi, aktivitas seperti jalan, senam aerobik, secara tidak langsung meningkatkan juga fleksibilitas tubuh. Latihan ini sangat bermanfaat bagi lansia yang mempunyai keluhan (kelainan) persendian (rematik). Disamping itu latihan peregangan statis yang banyak dianjurkan, bermanfaat untuk menjadikan otot-otot terlatih yang kuat dan keras, lebih supel (elastis) sehingga tidak mudah robek atau cedera.
 Latihan koordinasi dan keseimbangan adalah melatih kerjasama antara susunan saraf pusat dengan otot dalam bentuk gerakan tertentu. Dalam prakteknya aktivitas ini dikenal sebagai latihan keterampilan, yang dapat melibatkan otot-otot besar ataupun kecil. Bentuk latihan ini sedikit sekali melibatkan organ jantung dan paru-paru, akan tetapi aktivitas aerobik seperti jalan, dan latihan beban, berpengaruh positif pula terhadap koordinasi dan keseimbangan.
  Latihan aerobik merupakan latihan terpenting bagi lansia karena melalui latihan ini tercapai training effect yang berpengaruh positif terhadap praktis semua sel organ tubuh kota. Positif dalam arti baik aliran darah maupun metabolismenya menjadi lebih baik. 
Buku Ajar 
TEKNIK MEMOTIVASI KELUARGA DALAM KESEHATAN

Deskripsi: Intervensi adalah suatu proses dengan berbagai segi dalam bekerja dengan keluarga, berbagai intervensi digunakan secara fleksibel dan dinamis. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan di keluarga merupakan salah satu intervensi keperawatan yang paling utama dilakukan pada saaat kunjungan rumah di keluarga. Tujuan utama penyluhan di keluarga adalah untuk merubah perilaku keluarga dalam bidang kesehatan.

Tujuan Belajar :
1. Peserta didik mampu memahami konsep dasar intervensi keperawatan : Penyuluhan kesehatan di keluarga
2. Peserta didik mampu memahami langkah-langkah dalam kegiatan penyuluhan di keluarga
3. Peserta didik mampu merancang kegiatan penyuluhan kesehatan di keluarga
4. Peserta didik mampu mendemontrasikan kegiatan penyuluhan di keluarga


KONSEP DASAR PENYULUHAN KESEHATAN DI KELUARGA

Merupakan salah satu intervensi keperawatan utama yang mengajarkan keluarga tentang sistem kesehatan, sakit dan sistem kesehatan dan manusia, dinamika keluarga, pengasuhan anak, perlakuan perawatan kesehatan, dan bidang-bidang terkait lainnya melalui strategi belajar sebagai metode untuk mempermudah proses belajar. Tujuan dari belajar adalah untuk mendukung perilaku-perilaku yang sehat atau mengubah perilaku-perilaku yang tidak sehat, meskipun perubahan perilaku tidak bisa langsung terjadi / Harus terus diobservasi. Tujuan pengajaran kesehatan menurut Steiger dan Lipson (1985):
1. Untuk memberikan informasi sehingga klien mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam hubungannya dengan kesehatan dan sakit.
2. Untuk membantu klien agar berpartisipasi secara efektif dalam perawatan maupun penyembuhan.
3. Untuk membantu klien beradaptasi terhadap realita penyakit dan pengobatannya.
4. Untuk membantu klien agar mengalami rasa puas dengan usah-usaha mereka sendiri yang menunjang perbaikan kesehatan.
Penyuluhan menyediakan informasi bagi klien dam dengan demikian membantu mereka mengatasi perubahan hidup dan kejadian-kejadian dalam hidup secar lebih efektif (Watson, 1985). Memperoleh informasi yang bermakna membantu anggota keluarga merasa memiliki perasaan kontrol dan mengurangi stress serta membuat mereka mampu mendefinisikan pilihan-pilihan mereka sendiri dan pemecahan masalah.
Penyuluhan kesehatan sekarang perlu diarahkan untuk membantu pasien dan keluarga agar mereka terlibat dalam perawatan diri dan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Anggota keluarga yang dewasa diharapkan dapat memahami bahwa mereka memiliki kapasitas untuk merawat diri mereka sendiri dan keluarga mereka, dan hak untuk mendapatkan informasi yang cukup sehingga mereka dapat membuat keputusan mereka sendiri. Dalam hal ini peran perawat adalah sebagai fasilitator dan nara sumber dari para klien yang akan memutuskan pilihan-pilihan apa yang paling baik bagi mereka. Penyuluhan keterampilan keperawatan untuk memberi asuhan keluarga cukup berkembang seiring dengan banyaknya kebijakan baru yang mengijinkan kepulangan pasien sakit parah dimana perawat-perawat kesehatan keluarga dengan basis di rumah bertanggung jawab dalam mengajarkan pembari asuhan tentang bagaimana merawat anggota keluarga mereka post rawat inap di rumah sakit.

Tipe-tipe belajar dalam Penyuluhan kesehatan

 Belajar meliputi usaha untuk memperoleh pemikiran-pemikiran, ide-ide (belajar kognitif), sikap (belajar efektif), dan perilaku (akusisi keterampilan psikomotorik) (Bloom, 1956). Pengenalan ketiga jenis tipe balajar tersebut sangat diperlukan, khususnya ketika merencanakan intervensi belajar tersebut sangat diperlukan, khususnya ketika merencanakan intervensi belajar, karena ketiga tipe belajar tersebut penting (Lester, 1986). Lebih jauh lagi ketiga tipe belajar tersebut saling tergantung. Misalnya, jika sikap kita terhadap makanan dan nutrisi berubah, maka sering diikuti oleh perubahan-perubahan perilaku. Usaha untuk memperoleh keterampilan-keterampilan perawatan diri menghasilkan sikap positif terhadap perawatan diri.

Pengajaran informal: penyediaan informasi
 Merupakan perpindahan informasi dalam pertemuan spontan antara perawat dan anggota keluarga dimana informasi dikomunikasikan dengan keluarga dengan cara-cara tidak tersusun. Doherty dan Campbell (1988) merincikan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh kaum professional perawatan kesehatan ketika mereka memberikan informasi dan nasihat-nasihat medis yang berkesinambungan kepada keluarga-keluarga. Keterampilan tersebut adalah:
Mengkomunikasikan temuan-temuan dalam bdang kesehatan dan pilihan-pilihan pengobatan dengan anggota keluarga. 
Mendengar dengan penuh perhatian terhadap pertanyaan-pertanyaan dan persoalan-persoalan anggota keluarga.
Memberi nasihat kepada keluarga bagaimana menangani kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan rehabilitasi dari pasien.
Tipe kualitas informasi kesehatan bervariasi tergantung dengan siapa kita berbicara dalam anggota keluarga. Akurasi informasi sangat penting, tetapi siapa yang akan menyampaikan informasi dan materi informasinya harus dikoordinasikan dahulu bila tim perawatan kesehatan dan keperawatan terlibat.

Menyediakan informasi untuk keluarga dengan anggota keluarga sakit kritis

 Praktik-praktik klinis dan riset keluarga menunjukkan bahwa di semua setting perawatan kesehatan, keluarga lebih banyak mengiginkan informasi ini meninggi ketika anggota keluarga dirawat di rumah sakit dan sakit kritis (Wright dan Leahey,1987). Keluarga mengignginkan agar mereka diberi informas secara teratur tentang kondisi, penanganan kemajuan dari seseorang yang mereka cintai. Satu startegi yang dianjurkan (Bozett dan Gibbons,1983) adalah agar perawat melakukan hubungan telepon secara teratur dengan keluarga tersebut. Startegi ini bermanfaat bagi perawat yang sekarang mengontrol penyebaran informasi dan tidak lagi melihat keluarga sebagai pengganggu atau menyusahkan dan keluarga yang merasa bahwa tidak perlu lagi berada di rumah sakit secara konstan dan tidak perlu cemas karena adanya informasi yang bersifat suportif, yang diberikan secara teratur(bozett dan gibbons, 1983).

Pemodelan peran

 Merupakan modalitas kuat untuk mengajarkan anggota keluarga bagaimana mengubah perilaku mereka. Pendekatan ini secara khusus penting bagi perawat pediatri yang berpusat pada keluarga yang berfungsi sebagai model peran ketika mereka mengajar orang tua, untuk perawat perawatan primer dan komunitas, ketika mereka mengajarkan anggota keluarga bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi lebih fungsional. “tidak ada yang kurang memotivasi daripada seorang pemberi asuhan kesehatan yang mendorong klien untuk berhenti merokok dan mneurunkan berat badan, namun berbadan gemuk dan tercium bau tembakau di badannya” (steiger dan lipson, 1985, hal. 15)

Bimbingan antisipatori

 Merupakan salah satu tipe intervensi yang paling sentral, namun, kaum tenaga kesehatan perlu mengingat bahwa pengetahuan dalam dan tentang dirinya tidak harus mengubah perilakunya. Seperti yang diulas the Health Belief Model (Rosenstockm 1974; Pender, 1987), perubahan-perubahan dalam perilaku kesehatan karena berbagai faktor. Meta analisa (Sebuah sintesis dari berbagai studi) tentang riset terhadap pengajaran pada pasien menunjukkan bahwa pendidikan terhadap pasien cenderung menjadi positif dan jelasnya lebih baik daripada hasil-hasil yang dicapai oleh pasien-pasien tidak mendapat pengajaran (Mumford et al, 1982). Meta analisa ini juga menegaskan bahwa dalam mengajar, prestasi dari pengetahauan itu sendiri bukanlah pilihan yang paling efektif, misalnya pendekatan yang mengkombinasikan informasi dengan dukungan emosional untuk menghilangkan rasa cemas dalam satu meta-analisa (Mumford et al, 1982) dilaporkan lebih hebat daripada penyedia informasi itu sendiri. 
 Bimbingan antisipatori dilaksanakan dengan mendiskusikan kejadian, perasaan dan situasi dengan keluarga memberikan klarifikasi tentang ide-ide, reduksi ansietas dan kemampuan mengadaptasi perubahan peran di masa mendatang. Disamping itu, mempersiapkan keluarga dalam menghadapi kejadian traumatis sehingga keluarga dapat mengatasi stressor dengan lebih baik.



Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Keefektifan Belajar-Mengajar
Faktor-faktor klien
- Motifasi anggota keluarga. Motivasi merupakan kekuatan atau dorongan yang sangat penting, yang mengaktifkan individu tersebut berubah.
- Usia anggota keluarga.
- Keadaan psikologis anggota keluarga (misalnya ansietas, tingkat depresi).
- Persepsi anggota keluarga terhadap masalah-masalah kesehatan.

Faktor-faktor komunikasi
Komunikasi termasuk pertukaran informasi antara pengirim dan penerima. Rintangan-rintang komunikasi meliputi:
- Kurangnya pemahaman terhadap masalah-masalah.
- Rintangan-rintangan bahasa dan kebudayaan.
- Rintangan-rintangan sosioekonomi.
- Ketidakmampuan berkomunikasi secara jelas dengan guru dan satu sama lain.

Faktor-faktor situasional
- Lingkungan dimana proses belajar-mengajar berlangsung.
- Timing belajar.
- Modalitas pengajaran yang digunakan.

Partisipasi keluarga aktif

 Partisipasi keluarga aktif adalah suatu pendekatan esensial yang dimasukkan dalam setiap strategi intervensi keperawatan keluarga terkait dengan konsep bahwa keluarga memiliki hak dan tanggung jawab untuk membuat keputusan menyangkut kesehatan mereka sendiri.
 Tujuan dilibatkannya keluarga dalam tahap intervensi agar keluarga terlibat dalam memecahkan masalah, mendiskusikan tentang pendekatan-pendekatan yang paling tepat atau paling mungkin untuk digunakan agar tercapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Menyertakan keluarga sebanyak mungkin dalam sesi-sesi konseling/ suportif dan pendidikan yang terencanabersifat sangat membantu (doherty dan Campbell, 1988; Drotar, Crawfors dan Bush, 1984). Cara ini memberikan kesempatankepada anggota keluarga untuk mengekspresikan diri mereka sendiri dan mendukung satu sama lain. Selain itu, cara ini juga merangsang diskusi kelompok dan umpan balik yang sangat diperlukan serta menjamin bahwa semua anggota yang hadir memperoleh informasi yang dibutuhkan.
 Dalam keluarga yang memiliki seorang anak penderita penyakit kronis, seringkali hanya melibatkan ibu dalm mengurus anak tersebut. Hal ini mengakibatkan perasaan “diabaikan” yang datangnya dari ayah dan anak-anak lain yang sehat karena perhatian ibu hanya tercurah pada anak yang sakit (Drotter et al, 1984). Keadaan ini menciptakan jarak antar anggota keluarga sehingga menghambat tranformasi informasi tentang masalah kesehatan dan bagaimana penanggulangan bagi anak yang sakit. Selain itu hilang pula kesempatan untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi seluruh anggota keluarga dan tidak tercapainya proses dukungan antara anggota keluarga.
 Dalam merawat seorang anggota keluarga di rumah sakit atau dirumah, khususnya jika sakit tersebut membahayakan kehidupan, anggota keluarga sering merasa tidak berdaya, dan stress. Sehingga dibutuhkan intervensi yang dapat mengikutsertakan anggota keluarga dan mengurangi stressnya. Intervensi menurut Wright dan Leahey (1987) meliputi:
- Teknik memberikn perawatan
- Teknik menyentuh dan memegang pasien tanpa mengganggu perawatan
- Teknik mendorong anggota keluarga untuk menanggung peran-peran perawatan
Keterlibatan keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang sakit memberikan keluarga suatu perasaan kompotensi (Powar dan Dell Orto, 1988). Kompotensi adalah konsep empowerment Yaitu memberikan kekuasaan kepada keluarga sehingga mengetahui kemampuan dan kapasitas untuk memecahkan permasalahan kesehatan mereka sendiri, mengubah hidup mereka sendiri dan mencapai tujuan-tujuan kesehatan mereka sendiri.

LANGKAH-LANGKAH PENYULUHAN/PENDIDIKAN KESEHATAN 

 Memiliki langkah-langkah dasar: pengkajian, pernyataan masalah (dalam penyuluhan disebut ‘kebutuhan belajar’), tujuan, implementasi dan evaluasi.
Pengkajian
 Pengkajian dilakukan terhadap kesiapan anggota keluarga untuk belajar. Kesiapan ini terdiri dari:
1. Kesiapan emosional meliputi motivasi untuk belajar
2. Kesiapan pengalaman meliputi memadainya latar belakang pengetahuan, penguasaan keterampilan tertentu dan pengetahuan, sikap serta nilai-nilai yang berkaitan dengan belajar (Steiger dan Lipson, 1985)
Mengkaji kesiapan anggota keluarga untuk belajar cukup sulit karena berbeda-beda tiap anggota keluarga. Kaum dewasa, secara khusus belajar lebih baik ketika mereka siap dan berkeinginan untuk belajar (Knowles, 1973). Perlu adanya penekanan lebih banyak terhadap proses belajar dari klien (Watson, 1985). Dalam mengkaji kesiapan anggota keluarga, perawat keluarga harus bekerja dalam kerangka kerja dari keluarga agar didapatkan persepsianggota keluarga dan kebutuhan-kebutuhan informasi dan keterampilan.

Identifikasi Masalah
 Kebutuhan keluarga akan belajar biasanya berhubungan erat dengan masalah-masalah kesehatan dan sakit yang sifatnya serius dan kompleks. Akan tetapi, kurangnya pengetahuan dalam bidang peningkatan kesehatan keluarga dan semua hal yang ada didalamnya hendaknya tidak harus dipandang sebagai pusat perhatian pengajaran.

Perencanaan
 Merumuskan tuuan jangka panjang dan jangka pendek yang realistis, objektif dengan mempertimbangkan kemampuan dan berorientasi pada tujuan. Selain itu juga menentukan strategi-strategi penyuluhan yang dapat mempermudah proses belajar.

Implementasi Perencanaan Penyuluhan
 Pnyuluhan dalam keperawatan keluarga merupakan penyampaian informasi secara formal (sesuai perencanaan) maupun informal (dalam suasana yang fleksibel, interaktif dan spontan dalam suatu interaksi perawat klien) dan terstruktur sesuai dengan kondisi keluarga. Pengajaran meliputi pemodelan, memperagakan, strategi-strategi yang berkaitan dengan pengalaman yang membantu keluarga mempelajari kompetensi baru atau memperoleh definisi yang lebih positif dalam situasi mereka (disebut reframing).

Dokumentasi dan Evaluasi
 Merupakan proses pencatatan tentang penyuluhan yang telah dilaksanakan terdiri dari : respon-respon klien selama penyuluhan berlangsung, sejauh mana pencapaian tujuan telah tercapai (menurut keluarga dan perawat) dan bagaimana proses keperawatan yang berlangsung. Apabila tujuan tidak tercapai sepenuhnya, dibuat analisa terhadap hambatan-hambatan secara berurutan dalam mengidentifikasi. Rintangan-rintangan, biasanya modifikasi rencana belajar-mengajar dapat dilakukan (Steiger dan Lipson, 1985).


PANDUAN UNTUK PENGAJAR


1. Standar Kompetensi

KODE UNIT :
JUDUL UNIT : Konseling
URAIAN UNIT : Unit ini mencakup kemampuan dalam melaksanakan teknik konseling, yang meliputi proses konseling, kemampuan yang harus dimiliki oleh konselor, hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses konseling. Keterampilan ini digunakan dalam membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami oleh individu, keluarga maupun kelompok (komunitas).

ELEMEN Kriteria Unjuk Kerja (KUK)
1.Pembinaan hubungan baik

 • Wajah menghadap ke klien
• Memberikan senyum dan mengangguk
• Ekspresi muka menunjukan sikap terbuka dan tidak menilai
• Tubuh condong ke depan
• Kontak mata
• Santai dan sikap bersahabat
 2. Penggalian informasi • Mendorong klien untuk berbicara
• Mendengar secara aktif
• Menunjukan minat dan perhatian terhadap klien
• Mengamati komunikasi nonverbal klien
• Menggunakan teknik klarifikasi dan validasi
• Tidak melakukan penilaian
 3. Pemberian informasi • Memberikan informasi sesuai kebutuhan
• Menggunakan teknik personalizing
 4. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan • Mengidentifikasi kondisi masalah yang dihadapi
• Menyeleksi setiap alternatif pemecahan masalah
• Membantu memilih alternatif yang sesuai
• Membantu menyusun tujuan
• Membantu dan mengarahkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan.
 5. Terminasi dan rencana tindak lanjut • Menyimpulkan hasil pertemuan
• Menentukan rencana pertemuan berikut
• Membuat dokumentasi hasil pertemuan
 PERSYARATAN / KONDISI UNJUK KERJA
• Proses konseling dilaksanakan berdasarkan kebutuhan klien.
• Untuk pelaksanaan konseling diperlukan ruangan yang menjamin kerahasiaan klien dan memberikan rasa nyaman bagi klien.
• Diperlukan keterampilan dan kwalitas kepribadian bagi konselor yang meliputi mengenal diri sendiri, memahami orang lain, mampu berkomunikasi dengan orang lain, mempunyai etika sebagai konselor dan bertanggung jawab. .

ACUAN PENILAIAN

Tindakan ini membutuhkan keterampilan berkomunikasi, kemampuan dalam menggali permasalahan klien, mengarahkan dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan kondisi klien, kemampuan dalam mencari penyelesian masalah dengan segala konsekwensinya. 
   
Keterampilan :
Jenis keterampilan yang diperlukan meliputi attending skill, responding skill, teknik personalizing dan teknik intiating.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2. Standar Evaluasi

MATRIKS PENILAIAN
PENGKAJIAN KOMUNITAS

(ELEMEN) SUBKOM PETENSI DOMAIN METODE PENILAIAN KET
KRITERIA UNJUK KERJA S K A O D Q LIS LAP 
1.1. X X X X  
1.2. X X X  
1.3. X X X X  
1.4. X X X X  
1.5. X X X X  
1.6. X X X X  
2.1. X X X  
2.2. X X X  
2.3. X X X  
2.4. X X X  
2.5. X X X  
2.6. X X X  
3.1. X X X  
3.2. X X X  
4.1. X X X  
4.2. X X X  
4.3. X X X  
4.4. X X X  
4.5. X X X  
5.1. X X 
5.2. X X 
5.3. X X 
 
 Keterangan :
 S = skill K = kognitif A = afektif
O = observasi D = demonstrasi Q = quis Lis = lisan Lap = lapora






Catatan Penilaian Keperawatan Observasi
( BERMAIN PERAN )
Judul Kompetensi : Proses Penyuluhan Keluarga
Nama Kandidat :
TINGKAH LAKU YANG DIAMATI SKOR KET
 0 1 2 
1. Menyapa klien dengan ramah  
2. Menyapa klien dengan ramah  
3. Duduk menghadap klien  
4. Senyum / mengangguk  
5. Ekspresi wajah menunjukan perhatian  
6. Tubuh condong ke klien  
7. Kontak mata sesuai budaya  
8. Santai dan dikap bersahabat  
9. Volume suara memadai  
10. Intonasi dan kecepatan suara memadai  
11. Memberikan penghargaan  
12. Memperhatikan tingkah laku verbal/nonverbal  
13. Menggunakan teknik klarifikasi  
14. Mendengar secara aktif  
15. Memberikan respon terhadap komunikasi nonverbal klien  
16. Memberikan informasi sesuai kebutuhan  
17. Membenatu merumuskan masalah  
18. Membantu merumuskan alternatif pemecahan masalah  
19. Membantu proses perencanaan pemecahan masalah  
20. Merangkum pembicaraan  
21. Melakukan terminasi dan membuat rencana tindak lanjut.  
Total  

Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna
  Nilai batas lulus  80%


Bandung, …………………..
  Peserta Ujian Evaluator




( ) ( )

















Catatan Penilaian Keperawatan
Studi Dokumentasi

Judul Kompetensi : Melakukan Penyuluhan Keluarga
Nama Kandidat :

Aspek yang dinilai
 CEK Ket
 0 1 2 
1. Mencatat semua tindakan yang dilakukan selama melaksanakan kegiatan penyuluhan pada catatan perawat.
2. Mencatat respon keluarga selama penyuluhan pada catatan perawat.
3. Menandatangani catatan yang telah dibuat.
4. Tulisan :
 Jelas
 Mudah dibaca
 Ditandatangani
 Terdapat nama jelas
 Tidak ada bekas menghapus
 Tulisan yang salah dicoret
 Ditulis dengan tinta / ballpoint.  

Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna

  Nilai batas lulus  80%


Bandung, ………………
  Peserta Ujian Evaluator




( ) ( )






Catatan Penilaian Keperawatan
Bank Question


Judul Kompetensi : Penyuluhan Keluarga
Nama Kandidat :

ELEMEN KUK Pertanyaan
 Jawaban yang diharapkan Ket
1.







2





3. 1




















 1. Apa tujuan penyuluhan ?





2. Apa indikasi melakukan penyuluhan ?



3. Bagaimana prosedur melakukan terapi keluarga dengan pendekatan sistem?




 Untuk membantu klien dalam mengidentifikasi masalah, proses pengambilan keputusan dan penyusunan rencana atau langkah dalam menyelesaikan masalah baik masalah individu, keluarga maupun kelompok.

2. Klien individu, keluarga maupun kelompok yang memiliki masalah baik yang teridentifikasi maupun tidak dan memiliki keinginan untuk mengatasinya.

1.Untuk memberikan informasi sehingga klien mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam hubungannya dengan kesehatan dan sakit.
2.Untuk membantu klien agar berpartisipasi secara efektif dalam perawatan maupun penyembuhan.
3. Untuk membantu klien beradaptasi terhadap realita penyakit dan pengobatannya.
4. Untuk membantu klien agar mengalami rasa puas dengan usah-usaha mereka sendiri yang menunjang perbaikan kesehatan.

1. Menyediakan lingkungan yang nyaman
2. Menyambut klien dengan ramah
3. Duduk menghadap klien
4. Senyum / mengangguk
5. Ekspresi wajah menunjukan perhatian
6. Tubuh condong ke klien
7. Kontak mata sesuai budaya
8. Santai dan sikap bersahabat
9. Volume suara memadai
10. Intonasi dan kecepatan suara memadai
11. Memberikan penghargaan
12. Memperhatikan tingkah laku verbal/nonverbal
13. Menggunakan teknik klarifikasi dan Mendengar secara aktif
14. Memberikan respon terhadap komunikasi nonverbal klien
15. Memberikan informasi sesuai kebutuhan
16. Membantu merumuskan masalah
17. Membantu merumuskan alternatif pemecahan masalah
18. Mengidentifikasi konsekwensi setiap alternatif
19. Membantu proses perencanaan pemecahan masalah
20. Merangkum pembicaraan
21. Melakukan terminasi dan membuat rencana tindak lanjut.