Kamis, 06 November 2008

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI
POLI KIA RSUD CIBINONG BOGOR TAHUN 2008








OLEH :

HILLY TISVA
NIM .AK.2.07.19.




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG 2008



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Air Susu Ibu adalah makanan paling bergizi untuk bayi baru lahir, ASI memberikan perkembangan fisik dan mental yang optimal, memberikan rasa aman dan memperkuat sistem kekebalan, kualitas ASI tidak dapat ditiru. ASI juga steril, mudah dibawa-bawa, suhu yang tepat untuk bayi dan tersedia setiap saat. (Suharjo, 2003:68)
ASI ekslusif atau lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif adalah bayi yang hanya diberikan ASI saja, tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim.pemberian ASI secara ekslusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya 4 bulan bila mungkin 6 bulan. (Roesli, 2000:3).
Pada tahun 1999 setelah pengalaman selama 9 tahun World Health Organization (WHO)/United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) memberikan klasifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI ekslusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Asembli (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan. (Roesli, 2000:3).
Selama perang dunia ke dua ketika sedang banyak wanita yang bekerja di luar rumah, pemberian susu formula meningkat dan bahkan semakin meningkat pada tahun 1950 an dan 1960 an. Pada akhir 1966 hanya ada 18% bayi yang disusui ibunya sesaat setelah meninggalkan rumah sakit dan persentase ini turun secara tajam begitu bayi sudah di rumah. Pada tahun 1970 an ibu menyusui di Amerika Serikat menyentuh angka terendah. (Nichol, 2003:6).
Program peningkatan penggunaan ASI khususnya ASI ekslusif merupakan program perioritas karena dampak yang keluar terhadap status gizi dan kesehatan balita : Derklarlasi Innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap penggunaan ASI, disepakati pula untuk pencapaian ASI ekslusif sebesar 80% pada tahun 2000. KTT atau Kompresi Tingkat Tinggi tentang kesejahteraan anak pada tahun 1990 berisi pentingnya mendukung wanita dalam tugas pemberian ASI saja pada 4-6 bulan pertama kehidupan anak. (Roesli, 2000:4).
Di Indonesia Pada bulan Juli 1984 organisasi non pemerintah, PERINASIA dan BKPP ASI. Mengorganisasikan lokakarya mengenai ASI telah dihasilkan suatu rekomendasi tentang kebijakan dan aktifitas tentang pendidikan serta promosi penggunaan ASI. Menteri Kesehatan menekankan pada usaha pendidikan secara teknis dalam peningkatkan pemeliharaan ibu hamil dan ibu yang menyususi bayinya. Kebijakan Departemen Kesehatan Republik Indonesia tentang usaha peningkatan penggunaan ASI dinyatakan dalam seminar Perinatologi PERINASIA bulan Mei 1985 di Palembang dalam Invitational ASI Regional Lactation menajemen Work Shop Juli 1988 di Bali yang diselenggarakan PERINASIA dan Wall Start Sandiego Lactation Program. Dilakukan evaluasi hasil kerja yang dilakukan alumni Wall Start. Salah satu hasil dari Wall Start perluasan untuk penggunaan ASI dalam tahun 1988-1991 PERINASIA telah siap dengan program traveling seminar di 12 ibu kota propinsi di Indonesia sebagai perluasan program ASI. Semua program usaha di bawah koordinasi departemen kesehatan melalui Kantor Wilayah. (Sarwono, 2002:264).
Dari penelitian terhadap 900 ibu disekitar Jabotabek 1995 diperoleh fakta bahwa yang dapat memberikan ASI ekslusif selama 4 bulan hanya sekitar 5% padahal 98% ibu-ibu tersebut menyusui. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 37,9% dari ibu-ibu tidak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% pernah mendengar info tentang ASI ekslusif. (Roesli, 2000:2).
Selain itu juga situasi di Indonesia mempunyai statistik yang berbeda antar daerah. Analisa keseluruhan masih kurang jelas, tetapi data yang ada menunjukan bahwa sebagian besar bayi hanya diberikan ASI secara parsial dan hanya 20% bayi mulai diberikan ASI pada 24 pertama setelah melahirkan, selain itu hanya 10-15% ASI ekslusif. Dibeberapa daerah walaupun angka nasional 39% pemberian makanan pendamping ASI dini sangat umum kadang dimulai dari bayi 30 minggu selain itu juga banyak ibu yang merasa ASInya tidak cukup. (Sigit Sidi, 2006).
Dari penelitian para peneliti ditemukan banyak manfaat ASI bagi bayi. Dibandingkan bayi-bayi yang diberi susu formula. Studi menunjukan kalau bayi-bayi yang diberi ASI lebih jarang diserang gangguan pancernaan yang parah, gangguan pernafasan ataupun infeksi telinga, kematian mendadak saat tidur (Sudden Dead Infant Syndrome) atau penyakit serius. ASI juga melindungi bayi dari serangan virus dan bakteri karena si ibu dengan cepat mengembangkan anti body (partikel-pertikel dalam darah yang dihasilkan untuk memerangi infeksi) dan membagi kekebalan itu pada si bayi lewat susu yang diberikan. Zat kekebalan ini melindungi bayi, bahkan ketika si ibu menderita deman atau flu. (Balaskas, 2001:38).
Bidan sebagai praktisi mandiri mempunyai peran penting untuk mendorong para ibu dalam memberikan ASI ekslusif dengan jalan melakukan penyuluhan mengenai pentingnya pemberian ASI ekslusif, sehingga dapat menghasilkan bayi-bayi yang sehat sebagai calon sumber daya manusia (SDM) yang handal berdasarkan hal-hal di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI tidak ekslusif di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008.

1.2 Perumusan Masalah
Faktor–faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI tidak ekslusif di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008. ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI tidak ekslusif di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya distribusi pemberian ASI tidak ekslusif dengan pendidikan,pekerjaan, akses media massa di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008..
2. Diketahuinya faktor pendidikan berhubungan dengan pemberian ASI tidak ekslusif di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008.
3. Diketahuinya faktor perkerjaan ibu berhubungan dengan pemberian ASI tidak ekslusif di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008.
4. Diketahuinya faktor akses media masa berhubungan dengan pemberian ASI tidak ekslusif di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008.

Manfaat Penelitian
1. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat dijadikan motivasi para petugas kesehatan khususnya Bidan untuk lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang pemberian ASI ekslusif.
2. Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pemberian ASI ekslusif.
3. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivator bagi tenaga kesehatan agar lebih aktif dalam memberikan penyuluhan tentang ASI.
4. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang ASI dan memberikan sumbangan pemikiran terhadap masyarak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
Pemberian air susu ibu secara ekslusif menurut WHO bahwa semua bayi harus mendapatkan ASI secara ekslusif sejak lahir, sesegera mungkin sampai setidaknya usia 4 bulan dan bila mungkin hingga usia 6 bulan. ASI diberikan sebanyak dan sesering yang diinginkan untuk bayi, siang maupun malam Setidaknya 8 jam dalam sehari. (Roesli, 2000).
ASI secara ekslusif untuk bayi hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. (Roesli, 2001:3 ).
ASI ekslusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. (Purwati, 2004).
ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi lahir sampai sekitar usia 6 bulan. (Sigit Sidi, 2004).
2.2 Manfaat ASI
Menurut Sigit Sidi (2004) Manfaat ASI dibagi menjadi 3 yaitu: Bagi bayi, Ibu, Keluarga dan Negara.
a. Manfaat untuk bayi
1. Nutrien (zat besi) yang sesuai untuk bayi : lemak, karbonhidrat, protein, garam dan mineral, vitamin.
2. Mengandung zat proaktif seperti laktoferin, lisozim, komplemen, C3 dan C4, faktor anti streptokokus anti body imunitas seluler tidak menimbulkan alergi.
3. Mempunyai psikologis yang menguntungkan.
Waktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini ini sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang lebih besar dengan memberikan susu formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar, selain itu akan menimbulkan rasa aman bagi bayi.
4. Menyebabkan pertumbuhan yang baik.
Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan sesudah perinatal baik dan mengurangi obesitas.
5. Mengurangi kejadian karies dentis.
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibandingkan yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisi susu pormula dan menyebabkan asam yang terbentuk yang akan merusak gigi. Kecuali jika ada anggapan kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis.
6. Mengurangi kejadian maloklusi.
Maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akbiat menyusui dengan botol dan dot.
b. Manfaat untuk ibu
1. Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofise. Oksitosin uterus dapat mencegah terjadinya pendarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berukurangnya pendarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibandingkan yang tidak menyusui.

2. Aspek keluarga berencana
Menyusui secara murni (ekslusif) dapat menjarangkan kehamilan. Ditemukan perataan jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi berkerja menekan hormon untuk evolusi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali terjadi beban bagi ibu sendiri, juga merupakan resiko tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan penyakit seperti anemia, resiko kesakitan dan kematian akibat persalinan.

3. Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

c. Manfaat untuk keluarga
1. Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu, penghematan disebabkan karena bayi yang dapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
2. Aspek psikologis
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
3. Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus selalu dibersikan, tidak perlu minta pertolongan orang lain.

d. Manfaat untuk negara
1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Adanya faktor proteksi dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah.
2. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapatkan ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula.
3. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp.8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
4. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
2.3 Sifat-Sifat Unggul ASI
Menurut Wiryo (2000:17) sifat-sifat unggul yang terkandung dalam ASI adalah sebagai berikut:
a. Makanan alam (natural), ideal dan psikologik.
b. Mengandung nutrien yang lengkap dengan komposisi yang sesuai untuk keperluan pertumbuhan bayi yang sangat cepat, yaitu pada bulan pertama berat badan dapat bertambah dengan kira-kira 30%.
c. Nutrien selalu diberikan dalam keadaan segar dengan suhu yang optimal dan bebas dari kuman patogen.
d. Mengandung zat anti (anti body) dan zat yang dapat mempercepat pembentukan kekebalan. ASI mengandung faktor zat anti yaitu : faktor sesuler (Limfosit, netrofil, makrofag) dan faktor humoral (imunoglobulin Slg.A, laktoferin, lisosim, dan faktor bifidus). Faktor seluler terutama banyak terdapat pada kolostrum. Makrofag mengadakan fagositosis kolostrum dan ASI juga mengandung berbagai jenis hormon yang mempunyai efek terhadap pertumbuhan dan perkembangan susu yaitu hormon Epidermal Growth Factor (EGF) dan prostaglandin.
Secara teoritis ASI tidaklah cukup mengandung kalori bagi pertumbuhan bayi yang normal setelah usia 3 – 6 bulan (Jeliffe, 1979).
e. ASI mengandung asam lemak tidak jenuh yaitu asam decosa hexaenoic yang sangat berguna untuk pertumbuhan sel saraf, axon dan dendrit sehingga pertumbuhan otak dan mata menjadi sempurna. Zat tersebut merupakan salah satu variabel sangat penting untuk meningkatkan IQ seseorang. Sebagaimana diketahui otak tumbuh dengan optimal sampai bayi berumur 2 tahun.
2.3.1 ASI cukup untuk bayi bila :
Menurut Wiryo (2002:17) ASI cukup untuk bayi jika terdapat hal-hal seperti dibawah ini:
Berat badan waktu lahir telah tercapai kembali sekurang-kurangnya pada akhir 2 minggu setelah lahir dan selama itu tidak terjadi penurunan berat badan yang lebih dari 10 %.
Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukan kenaikan berat badan sebagai berikut : selama triulan ke 1 : kenaikan berat badan 150-250 gr setiap minggu; selama triulan ke 2 : 500-600 gr setiap bulan; selama triulan ke 3 : 350-450 gr setiap bulan; selama triulan ke 4 : 250-350 gr setiap bulan; atau berat badan menjadi 2 kali lipat berat badan waktu lahir pada umur 4-5 bulan dan tiga kali lipat pada umur satu tahun.
Kecukupan ASI dapat pula dirasakan oleh ibu (subyektif), sebagai berikut : bayi tampak puas dan tidur nyeyak setelah menyusu dan ibu merasa perubahan tegangan pada payudara sebelum dan sesudah menyusu, dan merasakan pengaliran ASI yang cukup selama menyusui.

2.4 Fisiologi Laktasi
Proses pembentukan ASI dipengaruhi oleh kerja sistem hormon di dalam tubuh. Terdapat 3 proses pembentukan ASI, yaitu mamogenesis atau pertumbuhan kelenjar susu, laktogenesis atau permulaan sekresi air susu, dan galaktorpoesis atau permulaan sekresi air susu, dan galaktopoesis atau kelangsungan produksi ASI. Sekresi telah dimulai pada trimester pertama kehamilan dibawa pengaruh hormon prolaktin dan dukungan oleh hormon lain dari lipofisis, ovarium, tiroid, adrenal, dan pankreas. (www.mkionline.net, 2004).
Pada waktu kelahiran, dengan lahirnya plasenta, hormon plancental lactogen akan menghilang dalam beberapa jam. Demikian juga konsentrasi hormon esrogen dan progesterone mendadak menurun, sedangkan konsentrasi hormon prolaktin tetap tinggi. Penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone dalam sirkulasi menyebabkan hilangnya hambatan terhadap hormon prolaktin dan peristiwa ini mengawali laktasi. Kerja sebagai sistem hormon di dalam tubuh dalam tubuh dapat berlangsung optimal apabila zat-zat gizi terdapat dalam jumlah yang adekuat, sehingga dapatlah disimpulkan status gizi ibu menyusui harus dalam keadaan optimum. (www.mkionline.net, 2004).

2.5 Anatomi Payudara Dan Proses Pembentukan ASI
Menurut Roesli (2000:18) payudara wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: bagian luar (eksternal) dan bagian dalam (internal).
Bagian luar terdiri dari :
· Sepasang buah dada yang terletak di dada.
· Puting susu.
· Daerah kecokelatan disekitar puting susu (areola mammae).

Bagian dalam terdiri dari empat jaringan utama :
· Kelenjar susu (mammary alveoli) merupakan pabrik susu.
· Gudang susu (sinus lactiferous) yang berfungsi menampung ASI, terletak di bawah daerah bawah daerah kecokelatan di sekitar puting susu.
· Saluran susu (ductus lactiferous) yang mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang susu.
· Jaringan penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikatdan sel lemak yang melindungi.
Air susu ibu diproduksi/dibuat oleh jaringan kelenjar susu atau pabrik ASI. Kemudian disalurkan melalui saluran susu ke dalam gudang susu yang terdapat di bawah daerah yang berwarna gelap/coklat tua disekirar puting susu. Gudang susu ini sangat penting artinya, karena merupakan tempat penampungan ASI. Puting susu mengandung banyak sekali saraf sensoris sehingga sangat peka.

A. Hormon dan Refleks yang Menghasilkan ASI
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama kehamilan, terjadilah perubahan pada hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan kadang-kadang mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan pada hormon yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai mengisap ASI, akan menjadi dua refleks yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dengan jumlah yang tepat pula, yaitu refleks pembentukan/produksi ASI atau refleks prolaktin yang di rangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengaliran/pelepasan ASI (let down reflex).
Pengetahuan mengenai refleks ini akan dapat membantu ibu untuk berhasil menyusui karena akan menerangkan mengapa dan bagaimana seorang ibu dapat memproduksi ASI.

2.6 Komposisi ASI
Menurut Manuaba (1998) komposisi yang terkandung dalam ASI adalah sebagai berikut:
a. Kolostrum Pelindungan yang Kolosat
“Kolostrum adalah cairan pelindungan emas, cairan pelindungan yang kaya zat anti-infeksi dan Berprotein tinggi”
b. ASI Transisi/Peralihan
· ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang.
· Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbonhidrat dan lemak makin meninggi.
· Volume akan makin meningkat.
c. ASI matang (mature)
· Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisi relatif konstan.
· Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
d. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit
ASI yang keluar pada lima menit pertama dinamakan foremilk. Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga Hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi.
e. Lemak ASI makanan terbaik otak bayi
1. Lemak ASI, lemak yang tepat bagi bayi
2. Lemak ikatan panjang ASI, makanan untuk Otak
3. Kolestrol baik atau buruk untuk bayi
f. Karbohidrat ASI terasa manis dan segar
Coba bedakan rasa ASI dengan susu formula. Rasa ASI segar, karna laktosa ASI memang manis dan segar rasanya, sedangkan susu formula rasanya seperti tercampur aroma kaleng.
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih banyak laktosa dibandingkan dengan susu mamalia lainya atau sekita 20-30 % lebih banyak dari susu sapi.
g. Protein ASI, Protein Perkasa
Protein adalah baku untuk tumbuh. Kualitas protein sangat penting selama tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saat ini pertumbuhan bayi paling cepat. Air susu ibu mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan bayi manusia.
Susu sapi dan ASI mengadung dua macam protein utama, yaitu whey dan kasien (casein). Whey adalah protein yang halus, lembut, dan mudah dicerna. Kaisen adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi. .
h. Faktor Pelindung Dalam ASI
Pada waktu lahir sampai usia bayi beberapa bulan bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI mampu memberikan perlindungan secara aktif maupun pasif. ASI tidak saja menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi., tetapi juga merangsang perkembangan sistim kekebalan bayi itu sendiri. ASI memberikan zat kekebalan yang belum di dapat oleh bayi. Dengan adanya zat anti infeksi dari ASI maka bayi ASI Eksklusif akan terlindung dari berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit. ASI juga ternyata mengandung zat anti infeksi, antara lain :
1. Sel darah putih
2. Imonoglubulin atau antibiotika alamia
3. Imunisasi aktif dan pasif oleh ASI
4. Sistem perlindungan tubuh yang selalu diperbaharui
i. Vitamin, Meniral dan zat besi ASI
ASI merupakan zat nutrisi yang bersifat unik, karena sebagian besar zat yang ada dalam ASI dapat dipergunakan oleh tubuh. Berikut ini perbandingan ASI dengan susu formula :
· ASI mengandung vitamin dan mineral yang lengkap.
· Kadar mineral ASI relatif rendah, tetapi cukupuntuk bayi sampai umur 6 bulan.
· Hampir semua vitamin dan mineral dalam ASI akan diserap oleh tubuh bayi.
· Zat makanan yang tidak diserap oleh bayi akan memperberat kerja usus.
· Satu hal yang menyebabkan ASI efisien adalah jumlah zat-zat ini akan berubah secara otomatis sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi saat itu.

2.7 Keuntungan dan Kerugian pemberian ASI
Menurut Manuaba (1998) keuntungan dan kerugian pemberian ASI adalah sebagai berikut:
1. Memberikan ASI sesuai dengan tugas seorang ibu, sehingga dapat meningkatkan martabat wanita dan sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2. ASI telah disiapkan sejak mulai kehamilan sehingga sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
3. ASI mempunyai kelebihan dalam susunan kimia, komposisi biologis dan mempunyai substansia spesifik untuk bayi.
4. ASI siap setiap saat untuk diberikan pada bayi dengan sterilitas yang terjamin.
5. ASI dapat disimpan selama 8 jam tanpa perubahan apapun, sedangkan susu botol hanya cukup 4 jam.
6. Karena bersifat spesifik, maka pertumbuhan bayi baik dan terhindar dari beberapa penyakit tertentu.
7. Ibu yang siap memberikan ASI mempunyai keuntungan :
· Terjadi laktasi amenorea, dapat bertindak sebagai metode KB dalam waktu relatif 3 sampai 4 bulan.
· Mempercepat terjadinya involusi uterus.
· Pemberian ASI mengurangi kejadian karsinoma mammae.
· Melalui pemberian ASI kasih sayang ibu terhadap bayi lebih baik sehingga menumbuhkan hubungan batin lebih sempurna.
8. Bayi mengukur sendiri rasa laparnya sehingga metode pemberian ASI dengan jalan call feeding.


Sedangkan kerugian pemberian ASI adalah :
Waktu pemberian ASI tidak terjadwal, tergantung dari bayinya.
Kesiapan ibu untuk memberikan ASI setiap saat.
Terdapat kesulitan bagi ibu yang bekerja di luar rumah.

2.8 Larangan untuk Memberikan ASI
Menurut Manuaba (1998) larangan untuk memberikan ASI yaitu: Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus pemberian ASI tidak dibenarkan.
1. Faktor dari ibu
· Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya penyakit ibu.
· Ibu dengan pre-eklampsia dan eklampsia, karena banyaknya obat-obatan yang telah diberikan, sehingga dapat mempengaruhi bayinya.
· Penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga kemungkinan menular pada bayinya.
· Karsinoma payudara mungkin dapat menimbulkan metastasis.
· Ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat membahayakan bayi.
· Ibu dengan infeksi virus.
· Ibu dengan TBC atau lepra.

2. Faktor dari bayi
· Bayi dalam kejang-kejang, yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI.
· Bayi yang menderita sakit berat, dengan pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI.
· Bayi dengan berat badan lahir rendah, karena refleks menelannya sulit sehingga bahaya aspirasi mengancam.
· Bayi dengan cacat bawaan yang tidak mungkin menelan (labiokisis, palatognatokisis, labiognatopalatokisis)
· Bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI.
Pada kasus tersebut diatas untuk memberikan untuk memberikan ASI sebaiknya dipertimbangkan dengan dokter anak.

Keadaan patologis pada payudara
Pada stagnasi ASI yang dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat dihindari. Sekalipun demikian masih ada keadaan patologis payudara yang memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak merugikan ibu dan bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi adalah :
· Infeksi payudara
· Terdapat abses yang memerlukan insisi
· Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui
· ASI yang bercampur dengan darah



2.9 Kerugian Air Susu Buatan
Menurut Sigit Sidi (2004) adapun kerugian dalam air susu buatan atau formula yaitu:
Air susu buatan atau formula mempunyai beberapa kerugian yaitu :
1. Pengenceran yang salah
Mengencerkan susu formula tidaklah muda. Tidak semua ibu dapat mengencerkan susu formula seperti aturan yang seharusnya. Pengenceran yang salah dapat diartikan dua hal, yaitu melarutkan susu formula lebih encer dari seharusnya, atau lebih peka dari seharusnya. Keduanya akan menimbulkan masalah pada bayi dan anak. Penyebabnya adalah aturan yang tertera pada label kaleng susu formula tidak dapat dimengerti ibu-ibu. Pelarutan lebih peka dari seharusnya dapat mengakibatkan Hipotermi, Obesitas, Hepertensi, dan Enterokolitis nekrotikans.

2. Kontaminasi mikroorganisme
Pembuatan susu formula di rumah tidak menjamin bebas kontaminasi mikroorganisme patogen. Penelitian menunjukan bahwa banyak susu formula terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen.

3. Menyebabkan alergi
Kejadian alergi susu sapi bukannya tidak jarang, prevalensinya dilaporkan antara 0,5-1 %, tetapi tidak banyak petugas kesehatan yang menyadarinya. Walaupun alergi susu sapi dapat menghilangkan secara spontan dalam waktu 1-2 tahun, tetapi gejalanya kadang-kadang berat bahkan dapat mengakibatkan renjatan, sehingga perlu mendapatkan perhatian.

4. Susu sapi dapat menyebabkan diare kronis
Ada dugaan bahwa diare akut dapat berlanjut menjadi kronis pada anak yang minum susu sapi. Diduga kerusakan mukosa usus yang terjadi pada diare akut menyebabkan terjadinya diare kronis melalui mekanisme peningkatan absorbsi antigen melalui mukosa yang rusak yang selanjutnya terjadi sensitisasi terhadap protein susu sapi dan terjadi enteropati yang akibatnya akan memperberat kerusakan mukosa. Kerusakan mukosa juga mengakibatkan intoleransi lactose karena defisiensi enzim laktose.

5. Penggunaan susu formula dengan indikasi yang salah
Saat ini banyak susu formula yang beredar di pasaran. Ada yang diantaranya digunakan untuk penyakit tertentu atau keadaan tertentu. Sering terjadi kekeliruan penggunaan jenis susu formula tertentu, kerena ketidaktahuan indikasi penggunaannya.

6. Tidak mempunyai manfaat yang sama seperti ASI
Dari uraian manfaat ASI di atas dapatlah dikatakan bahwa kekurangan lain dari susu formula adalah, bahwa susu formula tidak mempunyai manfaat seperti halnya ASI. Jadi air susu buatan/formula :
· Nutriennya tidak sesempurna ASI
· Tidak mengandung zat protektif
· Mudah menimbulkan alergi
· Lebih mudah menimbulkan karies dentis
· Lebih mudah menimbulkan maloklusi
· Kurang menimbulkan efek psikologis yang menguntungkan
· Tidak merangsang involusi rahim
· Tidak berefek menjarangkan kehamilan
· Tidak mengurangi insiden karsinoma mammae
· Tidak praktis
· Tidak ekonomis
· Bagi negara menambah beban anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli susu formula, biaya perawatan ibu dan anak.

Tabel 2.1
Perbedaan antara ASI, Susu Sapi dan Susu Formula

Properti
ASI
Susu Sapi
Susu Formula
Kontaminan Bakteri
Tidak ada
Mungkin ada
Mungkin ada bila dicampurkan
Faktor anti infeksi
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Faktor pertumbuhan
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Protein
Jumlah sesuai dan mudah dicerna
Terlalu banyak dan sukar dicerna
Sebagian diperbaiki

Kasein: whey 40:60
Kasien : whey 80:20
Disesuaikan dengan ASI

Whey : Alfa
Whey : betalaktoglobulin

Lemak
Cukup mengadung Asam lemak esensial (ALE), DHA dan AA Mengandung Lipase
Kurang ALE


Tidak ada lipase
Kurang ALE tidak ada DHA dan AA

Tidak ada lipase
Zat besi
Jumlah kecil tapi mudah dicerna
Jumlah lebih banyak tapi tidak teresap dengan baik
Ditambahkan ekstra tidak diserap dengan baik
Vitamin
Cukup
Tidak cukup vitamin A dan vitamin C
Vitamin ditambahkan
Air
Cukup
Perlu pertambahan
Mungkin perlu ditambah

(Sigit Sidi, 2004)

TIPS KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
Menurut Roesli (2000) Langkah-langkah yang terpenting dalam persiapan keberhasilan menyusui secara ekslusif meliputi sebagai berikut :
Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Ekslusif
Mempersiapkan payudara, bila diperlukan.
Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui.
Menciptakan dukungan keluarga, teman, dan sebagainya.
Memilih tempat melahirkan “seperti rumah sakit sayang bayi” atau “rumah bersalin sayang bayi”.
Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara ekslusif.
Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi dan atau konsultasi laktasi (Lactation consultan), untuk mempersiapkan apabila kita menemui kesukaran.
Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.
2.10 Kerugian-Kerugian yang Potensial dari Pengenalan Makanan Tambahan Terlalu Dini
Beberapa akibat yang kurang baik dari pengenalan makanan tambahan yang dini menurut Suharjo (2003:82) adalah sebagai berikut :
1. Gangguan Penyusuan.
2. Beban Ginjal yang berlebihan dan hiperosmolitas.
3. Alergi terhadap makanan.
4. Gangguan Selera Makan.
5. Bahan Makanan Tambahan yang merugikan.
· Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI tidak eksklusif
1. Pendidikan
Menurut Paiman Soeparmanto, dkk tahun 2001 menyatakan bahwa ibu-ibu berpendidikan SD belum tamat dan tamat mempunyai kemungkinan menyusui secara ekslusif 6 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak tamat dan ibu-ibu juga mempunyai kemungkinan menyusui ASI ekslusif 4 kali dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak tamat SMP dan SMA. (www.google.com).
Berdasarkan penelitian Herasdiana tahun 2002 menunjukan bahwa ibu yang ibu yang berpendidikan memberikan ASI secara ekslusif. Sedangkan ibu yang berpendidikan rendah cenderung memberikan ASI tidak ekslusif. (Dep.Kes, 2002).

2. Pekerjaan
Menurut Paiman Soeparmanto, dkk tahun 2001 menunjukkan bahwa proporsi pemberian ASI ekslusif oleh ibu dengan status pekerjaan buruh, karyawati, pekerja tak dibayar sebesar 69,8%. Sedangkan yang berusaha sendiri dan berusaha dibantu buruh proporsinya hampir sama yaitu 57,0% dan 63,5%. (www.google.com).
Hasil penelitian Herasdiana tahun 2002 menunjukan bahwa ibu yang bekerja memberikan ASI tidak ekslusif sebesar 41,18% dan ibu yang tidak bekerja memberikan ASI secara ekslusif sebesar 56,10% hal ini disebabkan karena ibu tidak bekerja ASI yang ada tidak mencukupi. (Dep.Kes, 2002).

3. Akses Media Massa
Menurut Paiman Soeparmanto, dkk tahun 2001 menyatakan bahwa ibu-ibu yang dapat membaca dan mendengar proporsi pemberian ASI ekslusif sebesar 68,7% lebih besar dari pada ibu-ibu yang tidak membaca dan mendengar (67,13%). (www.google.com).
Promosi di media masa mengenai ASI dari 10 tahun terakhir menyatakan bahwa pesan-pesan umum yang mempromosikan manfaat ASI tidak bermanfaat sehingga menyebabkan pemberian ASI kurang optimal karena itu ibu memerlukan informasi dan lingkungan untuk menyusui dengan benar. (Manajemen Pelayanan Mandiri 2006).



· Faktor-faktor lain yang berhubungan pemberian ASI tidak eksklusif
1. Umur Ibu
Menurut Paiman Soeparmanto, dkk, disimpulkan bahwa semakin bertambah umur ibu semakin kecil proporsi menyusui ASI ekslusif. Proporsi terbesar terdapat pada umur 21-30 tahun, yaitu 69,5%. Tetapi proporsi menyusui ASI ekslusif pada umur 41 tahun atau lebih proporsinya 64,4%.Jadi tampak keberanian untuk menyusui bayi tidak ragu-ragu lagi bagi ibu-ibu yang relatif tua umurnya.(www.google.com).

2. Estetika
Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu-ibu alasan tidak memberikan ASI eksklusif karena takut di tinggal suami akibat mitos yang salah yaitu menyusui akan mengubah bentuk payudara menjadi jelek. (Roesli, 2000).

3. Paritas
Menurut Paiman Soeparmanto, dkk, proporsi menyusui ASI ekslusif pada ibu yang mempunyai 3 anak atau lebih sebesar 70,2%. Jumlah ini lebih besar dari pada yang mempunyai 1-2 anak yaitu67,7%. (www.google.com).





BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan pendekatan penelitian Paiman Soeparmanto, dkk tahun 2001 maka kerangka konsep penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Dependen
I. Pemberian ASI tidak Ekslusif
Pengertian : Memberikan makanan tambahan selain ASI pada usia sebelum 6 bulan
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Quesioner, yang terdiri dari 7 pertanyaan
Hasil Ukur : 1. ASI tidak ekslusif : jika ibu memberikan makanan selain ASI pada usia sebelum 6 bulan
ASI ekslusif : jika ibu memberikan ASI saja sampai usia 6 bulan.
Skala Ukur : Ordinal

3.2.2 Variabel InDependen
Pendidikan
a. Pengertian : Jenjang pendidikan formal ibu yang pernah diselesaikan ibu
b. Cara Ukur : Wawancara
c. Alat Ukur : Quesioner, yang terdiri dari 1 pertanyaan
d. Hasil Ukur : 1. Rendah < SMU
2. Tinggi > SMU
e. Skala Ukur : Ordinal

Pekerjaan Ibu
a. Pengertian : Suatu aktivitas/kegiatan yang dilakukan ibu untuk memperoleh penghasilan guna menafkahi hidup.
b. Cara Ukur : Wawancara
c. Alat Ukur : Quesioner, yang terdiri dari 2 pertanyaan
d. Hasil Ukur : 1. Bekerja
2. Tidak bekerja
e. Skala Ukur : Ordinal
Akses Media Massa
Pengertian : Informasi tentang ASI ekslusif yang di dapat ibu dari media cetak atau media elektronik.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Quesioner, yang terdiri dari 2 pertanyaan
Hasil Ukur : 1. Tidak terakses, jika ibu tidak mendapatkan informasi melalui media massa.
2. Terakses, jika ibu mendapatkan informasi melalui media massa.
Skala Ukur : Ordinal

3.3 Hipotesis
- Adanya hubungan antara faktor pendidikan dengan pemberian ASI tidak ekslusif di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008.
- Adanya hubungan antara faktor pekerjaan dengan pemberian ASI tidak ekslusif di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008.
- Adanya hubungan antara faktor akses media massa dengan pemberian ASI tidak ekslusif di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008.





BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian
Penelitian adalah suatu upaya untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah, sistimatis dan logis. (Notoatmodjo, 2002: 24).
Penelitian ini bersifat survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional dimana pemberian ASI tidak eksklusif dan pendidikan, pekerjaan, dan akses media masa yang dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmdjo, 2002: 79).
Ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008.

4.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmodjo, 2002: 79).
Dari populasi yang berjumlah didapatkan sampel sebanyak 51 orang, sampel diambil secara Random dengan teknik accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada dan tersedia di RSUD cibinong Bogor, pada saat imunisasi. Dengan cara setiap ibu yang mengajak bayinya ke dicatat sebagai sample selanjutnya ibu yang baru dating dicatat di nomor selanjutnya sampai berjumlah 51 orang Dari jumlah populasi diambil beberapa orang ibu untuk dijadikan sampel dengan rumus :
n =
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan (0,05)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian diambil di Poli KIA RSUD Cibinong Bogor Tahun 2008.

4.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan tanggal januari –februari 2009.

4.4 Teknik Pengumpulan Data
4.4.1 Data Primer diperoleh dari :
Pengamatan langsung dan wawancara, berstruktur dalam bentuk pengisian quesioner pertanyaan yang telah disiapkan.
4.4.2 Data Sekunder diperoleh dari :
Data laporan dari Poli KIA RSUD Cibinong Bogor dan BPS (Badan Pusat statistik).

4.5 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data menggunakan quesioner

4.6 Pengolahan Data
4.6.1 Coding (Pengkodean)
Memberikan kode pada lembar jawaban
4.6.2 Editing (Pengeditan Data)
Meneliti kembali apakah isian pada lembar quesioner sudah cukup baik yang dapat segera diproses lebih lanjut.
4.6.3 Entry Data atau Tabulasi (Pemasukan Data)
Memasukkan data secara manual dalam bentuk table menurut karakter, sifat tertentu.
4.6.4 Cleaning Data (Pembersihan Data)
Memasukkan data secara manual dalam bentuk tabel

4.7 Analisa Data
Data yang disajikan dengan mendistribusikan melalui analisis Univariat dan Bivariat.
4.7.1 Analisis Univariat
Data dianalisa dengan distribusi frekuensi yang dilakukan terhadap pendidikan, pekerjaan, dan akses media massa serta pemberian ASI tidak eksklusif.
4.7.2 Analisis Bivariat
Data hubungan antara pendidikan, pekerjaan serta akses media massa dan pemberian ASI tidak eksklusif dianalisa dengan menggunakan uji statisik chi-square atau chi-square test (test x kuadrat) menyatakan asosiasi hubungan dua variabel.
Rumus chi-square hitung :