Selasa, 09 Desember 2008

pendanaan jamkesmas

Mekanisme Pendanaan  
SUMBER DAN ALOKASI DANA 

Sumber Dana berasal dari APBN sektor Kesehatan Tahun Anggaran 2008 dan kontribusi Pemerintah Daerah (Pemda). Kontribusi Pemda : 
1. Masyarakat miskin yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).
2. Selisih harga diluar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008 
3. Biaya transportasi rujukan dan rujukan balik pasien maskin dari RS Kabupaten/ Kota ke RS yang dirujuk. Sedangkan biaya transportasi rujukkan dari puskesmas ke RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ditanggung oleh biaya operasional Puskesmas. 
4. Penanggungan biaya transportasi pendamping pasien rujukan. 
5. Pendamping pasien rawat inap.
6. Menanggulangi kekurangan dana operasional Puskesmas.

Dana program dialokasikan untuk membiayai kegiatan pelayanan kesehatan dan manajemen operasional program JAMKESMAS dengan rincian sebagai berikut : 
1. Dana Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
2. Dana manajemen operasional:

PENYALURAN DANA KE PPK

1. PUSKESMAS 
Dana untuk Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Puskesmas dan jaringannya disalurkan langsung dari Departemen Kesehatan (cq Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat) ke Puskesmas melalui pihak PT Pos Indonesia

2. RUMAH SAKIT /BKMM /BBKPM /BKPM /BP4 /BKIM 
Dana untuk Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin di Rumah Sakit/BKMM/ BBKPM/BKPM/BP4/BKIM disalurkan langsung dari Departemen Kesehatan melalui Kas Negara (KPPN) ke rekening Bank Rumah Sakit/BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM. berdasarkan jumlah klaim rata-rata perbulan tahun sebelumnya. 

PENCAIRAN DAN PEMANFAATAN DANA DI PPK 

1. PUSKESMAS 
a. Puskesmas membuat Plan Of Action (POA) yang telah dibahas dan disepakati sebelumnya pada forum lokakarya mini Puskesmas.
b. Setiap pengambilan dana dari rekening Puskesmas harus mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan POA yang telah disusun sebagaimana butir a. 
c. Dana yang diterima Puskesmas, dimanfaatkan untuk membiayai: 
1) Dana pelayanan kesehatan dasar yang meliputi:
(a). Biaya pelayanan dalam dan luar gedung 
(b). Biaya jasa pelayanan kesehatan
(c). Biaya transportasi petugas
(d). Biaya rawat inap
(e). Biaya penanganan komplikasi kebidanan dan neonatal di Puskesmas PONED
(f). Biaya jasa pelayanan dokter spesialis dan penggunaan peralatan penunjang spesialistik 
(g). Biaya transport dan petugas kesehatan pendamping untuk rujukan 
2) Dana pertolongan persalinan: 

(a). Biaya pertolongan persalinan 
(b). Biaya pelayanan nifas

2. RUMAH SAKIT/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM 

Rumah Sakit menerima pembayaran setelah klaim yang diajukan, disetujui untuk dibayar oleh Departemen Kesehatan.
Klaim Rumah Sakit tahun 2008 berdasarkan :
a. Jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008 (dalam masa transisi), sambil menunggu kesiapan INA-DRG . Paket klaim tersebut diajukan oleh Rumah Sakit meliputi Peleyanan Kesehatan RJTL, RITL, obat dan penunjang.

b. Tarif Paket program Jamkesmas 2008 (Menurut INA-DRG)

PEMBAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA DI PPK

 1. PUSKESMAS 

Pembayaran ke Puskesmas dan jaringannya harus dipertanggung jawabkan dengan dilakukan verifikasi pelayanan meliputi: RJTP (jumlah kunjungan dan rujukan), RITP, Persalinan, Transportasi Rujukan, Pelayanan Spesialistik oleh Tim Pengelola JAMKESMAS Kabupaten/Kota.

  2. RUMAH SAKIT/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM

Prosedur pembayaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit/BKMM/ BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dilakukan secara bertahap. Tahapan pembayaran pelayanan kesehatan ke Rumah Sakit adalah : 

a. Pembayaran Dana luncuran Pertama (awal) tahun 2008. 

Yakni pemberian dana awal selama dua bulan yang diperhitungkan dari rata-rata biaya pelayanan tahun sebelumnya, tetapi belum dilakukan verifikasi oleh verifikator yang dibentuk

 


b. Pembayaran Dana Luncuran ke dua 

Dilakukan berdasarkan klaim RS yang sudah di verifikas oleh verifikator 
c. Periode klaim Juli-Desember 2008 dasar besaran klaim RS mengacu pada Tarif Paket JAMKESMAS di RS tahun 2008 (INA-DRG) yang berlaku efektif.

 

BAGAN ALUR PENYALURAN DANA BERDASARKAN KLAIM RUMAH SAKIT (Melalui Proses Verifikasi)

 

VERIFIKASI

Verifikasi adalah kegiatan penilaian administrasi klaim yang diajukan PPK yang dilakukan oleh Pelaksana Verifikasi dengan mengacu kepada standar penilaian klaim. 

Verifikasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat meliputi: verifikasi administrasi kepesertaan, administrasi pelayanan dan administrasi keuangan.

Pelaksana verifikasi ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan yang ditugaskan untuk melaksanakan penilaian administrasi klaim yang diajukan PPK, dengan mengacu kepada standar penilaian klaim, dan memproses klaim sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya. 

 
Pokok- Pokok Pengaturan Jamkesmas  
Written by Administrator  
Friday, 05 October 2007 

Secara prinsip sama dgn penyelenggaraan sebelumnya (kecuali beberapa aspek teknis):
1. Nama Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) tahun 2008 
2. Pendanaan berasal dari bersumber dari APBN sebagai dana Bantuan Sosial Sektor Kesehatan.
3. Prinsip – prinsip Penyelenggaraan sebagai berikut :
a. Dana amanah dan dikelola secara nirlaba
b. Portabilitas dan Ekuitas 
c. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara terstruktur berdasarkan kebutuhan medis yang cos efektif 
d. Iuran dijamin oleh pemerintah
e. Dikelola secara transparan dan akuntabel

Pengelolaan meliputi : 

1. Tatalaksana kepesertaaan,
2. Tatalaksana pelayanan kesehatan,
3. Tatalaksana administrasi keuangan
4. Pengorganisasian dan manajemen

Upaya-upaya perbaikan di Tahun 2008 :

  a. Pemisahan fungsi pengelola dan pembayar 
  b. Percepatan Pembayaran Klaim
  c. Pembayaran langsung ke rekening RS
  d. Diberlakukannya Paket Pelayanan (INA-DRG)

Meningkatkan Peran dan fungsi Pemerintahan Propinsi/Kab/Kota

Pendanaan
1. Pendanaan 2008 bersumber dari APBN sektor kesehatan berasal dari dana bantuan sosial sebesar 4,6 T
2. Dana disalurkan langsung dari KPPN ke PPK/RS melalui bank. Puskesmas melalui kantor Pos 
3. Tahap awal akan diluncurkan dana pelayanan untuk sebesar 2 bulan biaya yankes

Tata Laksana Kepesertaan

1. Sasaran Peserta adalah masyarakat sangat miskin, miskin dan mendekati miskin 
2. Jumlah Peserta 76,4 jt jiwa (19.1 juta KK Miskin) 
3. Kuota Kab/Kota ditetapkan oleh Menkes, sdngkan ketetapan nama dan alamat peserta Bupati/Walikota
4. Bagi Kab/Kota yg belum menetapkan sasaran maskin diberi kesempatan sampai dengan akhir juni 2008

Alur Kepesertaan

 

 


Tugas PT Askes (Persero) dalam Tata Laksana Kepesertaan 

• Membuat database kepesertaan sesuai SK Bupati/Walikota 
• Mendistribusikan database kepesertaan kepada PPK dan Dinkes 
• Melakukan pencetakan blanko kartu, entry, penerbitan dan distribusi kartu peserta 
• Melakukan advokasi kepada Bupati/Walikota untuk penetapan sasaran 
• Analisis kepesertaan 
• Melakukan Pre Verifikasi kepesertaan
• Melakukan telaah utilisasi kepesertaan (berdasarkan laporan )
• Melakukan penanganan keluhan kepesertaan 
• Melakukan pengolahan dan analisa data kepesertaan 
• Melakukan pelaporan meliputi: kepesertaan dan pemanfaatan pelayanan 

 

Tatalaksana Pelayanan kesehatan

• Setiap peserta mempunyai hak mendapat YANKES meliputi : RJTP,RITP,RJTL,RITL, dan yankes gawat darurat
• Pelayanan kesehatan berdasarkan rujukan berjenjang.
• Pelayanan RI di Puskesmas Perawatan dan ruang rawat inap kelas III (tiga) di RS Pemerintah, RS Khusus, RS TNI/POLRI dan RS Swasta yang bekerjasama 
• Dinas Kesehatan kabupaten/kota diketahui oleh Ka Dinkes Propinsi membuat perjanjian kerjasama (PKS) dengan RS setempat 
• Pada keadaan gawat darurat (emergency) seluruh PPK wajib memberikan pelayanan walaupun tidak memiliki PKS 
• Biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut Tarif Paket yankes Jamkesmas sehingga dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnose penyakit/ prosedur sebagai dasar pengajuan klaim. 
• Verifikasi pelayanan di Puskesmas (RJTP, RITP, Persalinan, dan Pengiriman Spesimen) di laksanakan oleh Tim Pengelola Penyelenggaraan Program Jamkesmas Kabupaten/Kota dan verifikasi pelayanan di BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan RS dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Verifikasi 
• Ketersediaan obat, BMHP , alat, Darah, dan bahan penunjang lainnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Rumah Sakit.
• Peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun 
• Transportasi rujukan menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah 

Alur Penyaluran dana 

 


 

Alur Pembayaran Klaim

 


 

 


 

jamkesmas

Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat  
Written by Administrator  
Friday, 05 October 2007 

a. Kebijakan Kesehatan yang Berpihak pada Masyarakat Miskin (Pro Poor Health Policy) 

Kemiskinan dan penyakit terjadi saling kait-mengkait, dengan hubungan yang tidak akan pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu atau kedua sisi, yakni pada kemiskinannya atau penyakitnya. Hal itu dapat dijelaskan dengan skema berikut.



Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap pelbagai macam penyakit, karena mereka mengalami gangguan sebagai berikut: 

1. menderita gizi buruk 
2. pengetahuan kesehatan kurang 
3. perilaku kesehatan kurang 
4. lingkungan pemukiman buruk 
5. biaya kesehatan tidak tersedia 

Sebaliknya kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat menekan kemiskinan karena orang yang sehat memiliki kondisi sebagai berikut:
1. produktivitas kerja tinggi 
2. pengeluaran berobat rendah
3. Investasi dan tabungan memadai
4. tingkat pendidikan maju 
5. tingkat fertilitas dan kematian rendah
6. stabilitas ekonomi mantap 

Beberapa data empiris global menemukan hubungan sebagai berikut: 
Kematian bayi keluarga miskin tiga kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin 
Kematian balita keluarga miskin lima kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin 
Pertumbuhan ekonomi negara dengan tingkat kesehatan lebih baik (IMR antara 50-100/1000 kelahiran hidup) adalah 37 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara dengan tingkat kesehatan lebih buruk (IMR>150/1000 kelahiran hidup).


Uraian tentang alasan pentingnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, merupakan dorongan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan keharusan mutlak untuk melaksanakan upaya peningkatan status kesehatan penduduk miskin. Apalagi, memasuki era globalisasi ini, untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara dituntut daya saing yang memerlukan sumberdaya manusia dengan kuantitas dan kualitas tinggi.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin mempunyai arti penting karena 3 alasan pokok:

1. Menjamin terpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat miskin, sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin mutlak mengingat kematian bayi dan kematian balita 3 kali dan 5 kali lebih tinggi dibanding pada keluarga tidak miskin. Di sisi lain penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat miskin, dapat mencegah 8 juta kematian sampai tahun 2010.
2. Untuk kepentingan politis nasional yakni menjaga keutuhan integrasi bangsa dengan meningkatkan upaya pembangunan (termasuk kesehatan) di daerah miskin dan kepentingan politis internasional untuk menggalang kebersamaan dalam memenuhi komitmen global guna mnurunkan kemiskinan melalui upaya kesehatan bagi keluarga miskin.
3. Hasil studi menunjukan bahwa kesehatan penduduk yang baik, pertumbuhan ekonomi akan baik pula dengan demikian upaya mengatasi kemiskinan akan lebih berhasil.

Upaya-upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin, memerlukan penyelesaian menyeluruh dan perlu disusun strategi serta tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang peduli terhadap penduduk miskin. Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi upaya-upaya sebagai berikut:

1. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah kesehatan yang banyak diderita masyarakat miskin seperti TB, malaria, kurang gizi, PMS dan pelbagai penyakit infeksi lain dan kesehatan lingkungan.
2. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu
3. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas pelbagai pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat non personal seperti penyuluhan kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat, keamanan dan fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu
5. Realokasi pelbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan pada daerah miskin
6. Meningkatkan partisipasi dan konsultasi dengan masyarakat miskin. Masalah kesehatan masyarakat bukan masalah pemerintah saja melainkan masalah masyarakat itu sendiri karena perlu dilakukan peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin.

b. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini dalam perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahan-perubahan sampai dengan penyelenggaraan program tahun 2008.. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di RS, penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota serta penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT yang selanjutnya disebut JAMKESNAS dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran.

Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS

Tujuan Umum :

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
Tujuan Khusus: 
a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin 
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel

Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

jamkesmas

Tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat  
Written by Administrator  
Friday, 05 October 2007 

a. Kebijakan Kesehatan yang Berpihak pada Masyarakat Miskin (Pro Poor Health Policy) 

Kemiskinan dan penyakit terjadi saling kait-mengkait, dengan hubungan yang tidak akan pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu atau kedua sisi, yakni pada kemiskinannya atau penyakitnya. Hal itu dapat dijelaskan dengan skema berikut.



Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap pelbagai macam penyakit, karena mereka mengalami gangguan sebagai berikut: 

1. menderita gizi buruk 
2. pengetahuan kesehatan kurang 
3. perilaku kesehatan kurang 
4. lingkungan pemukiman buruk 
5. biaya kesehatan tidak tersedia 

Sebaliknya kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat menekan kemiskinan karena orang yang sehat memiliki kondisi sebagai berikut:
1. produktivitas kerja tinggi 
2. pengeluaran berobat rendah
3. Investasi dan tabungan memadai
4. tingkat pendidikan maju 
5. tingkat fertilitas dan kematian rendah
6. stabilitas ekonomi mantap 

Beberapa data empiris global menemukan hubungan sebagai berikut: 
Kematian bayi keluarga miskin tiga kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin 
Kematian balita keluarga miskin lima kali lebih tinggi dari keluarga tidak miskin 
Pertumbuhan ekonomi negara dengan tingkat kesehatan lebih baik (IMR antara 50-100/1000 kelahiran hidup) adalah 37 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara dengan tingkat kesehatan lebih buruk (IMR>150/1000 kelahiran hidup).


Uraian tentang alasan pentingnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, merupakan dorongan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan keharusan mutlak untuk melaksanakan upaya peningkatan status kesehatan penduduk miskin. Apalagi, memasuki era globalisasi ini, untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara dituntut daya saing yang memerlukan sumberdaya manusia dengan kuantitas dan kualitas tinggi.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin mempunyai arti penting karena 3 alasan pokok:

1. Menjamin terpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat miskin, sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin mutlak mengingat kematian bayi dan kematian balita 3 kali dan 5 kali lebih tinggi dibanding pada keluarga tidak miskin. Di sisi lain penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat miskin, dapat mencegah 8 juta kematian sampai tahun 2010.
2. Untuk kepentingan politis nasional yakni menjaga keutuhan integrasi bangsa dengan meningkatkan upaya pembangunan (termasuk kesehatan) di daerah miskin dan kepentingan politis internasional untuk menggalang kebersamaan dalam memenuhi komitmen global guna mnurunkan kemiskinan melalui upaya kesehatan bagi keluarga miskin.
3. Hasil studi menunjukan bahwa kesehatan penduduk yang baik, pertumbuhan ekonomi akan baik pula dengan demikian upaya mengatasi kemiskinan akan lebih berhasil.

Upaya-upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin, memerlukan penyelesaian menyeluruh dan perlu disusun strategi serta tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang peduli terhadap penduduk miskin. Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi upaya-upaya sebagai berikut:

1. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah kesehatan yang banyak diderita masyarakat miskin seperti TB, malaria, kurang gizi, PMS dan pelbagai penyakit infeksi lain dan kesehatan lingkungan.
2. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu
3. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas pelbagai pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat non personal seperti penyuluhan kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat, keamanan dan fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu
5. Realokasi pelbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan pada daerah miskin
6. Meningkatkan partisipasi dan konsultasi dengan masyarakat miskin. Masalah kesehatan masyarakat bukan masalah pemerintah saja melainkan masalah masyarakat itu sendiri karena perlu dilakukan peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin.

b. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini dalam perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahan-perubahan sampai dengan penyelenggaraan program tahun 2008.. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di RS, penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota serta penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT yang selanjutnya disebut JAMKESNAS dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran.

Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS

Tujuan Umum :

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
Tujuan Khusus: 
a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin 
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel

Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

Kamis, 20 November 2008

fungsi keluarga

HANDOUT FUNGSI KELUARGA
BY RIDWAN SETIAWAN,M.Kes

1. Pengertian fungsi keluarga
Setelah sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada di dalamnya memiliki tugas masing-masing. Satu pekerjaan yang harus dilakukan dalam kehidupan keluarga inilah yang disebut fungsi. Menurut Wu et al. (1997) fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan di dalam atau di luar keluarga.
Fungsi di sini mengacu pada peran individu dalam mewujudkan hak dan kewajiban. Mengetahui fungsi keluarga sangat penting sebab dari sinilah terukur dan terbaca sosok keluarga yang ideal dan harmonis. Munculnya krisis dalam rumah tangga dapat juga sebagai akibat tidak berfungsinya salah satu fungsi keluarga (Yusuf, 2001).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi keluarga adalah serangkaian aktifitas yang dilakukan antara orang tua dengan anak dan sebaliknya, di dalam sebuah keluarga berdasarkan peran masing-masing.

2. Aspek fungsi keluarga
Aspek fungsi keluarga dapat di tinjau dari psikologis dan sosiologis. Menurut Yusuf (2001) aspek fungsi keluarga secara psikososiologis adalah sebagai: a) pemberi rasa aman bagi anak dan anggotanya keluarga lainnya; b) sumber pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis; c) sumber kasih sayang dan penerimaan; d) model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik; e) pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat; f) pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan; g) pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri; h) stimulator bagi perkembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi baik di sekolah maupun di masyarakat; i) pembimbing dalam mengembangkan aspirasi; dan j) sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan.
Aspek fungsi keluarga di tinjau dari sudut pandang sosiologis (Yusuf, 2001) adalah sebagai berikut :
a, Fungsi biologis
Keluarga di pandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi: 1) pangan, sandang, dan papan; 2) hubungan seksual suami istri, dan 3) reproduksi atau pengembangan keturunan.
b, Fungsi ekonomis
Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban untuk menafkahi anggota keluarganya (istri dan anak). 
c. Fungsi edukatif 
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga berfungsi sebagai “ transmitter budaya atau mediator” sosial budaya bagi anak. Menurut UU No. 2 tahun 1989 bab IV Pasal 10 Ayat 4 menyebutkan bahwa : 
“Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan”. 

Berdasarkan undang-undang tersebut, maka fungsi keluarga dalam pendidikan adalah menyangkut penanaman, pembimbingan atau pembiasaan nilai-nilai agama, budaya dan keterampilan-keterampilan tertentu yang bermanfaat bagi anak. Tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak tidak hanya sebatas anak mampu mempertahankan hidupnya, namun lebih dari itu adalah mampu memaknai hidupnya atau memahami misi suci hidupnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi ini. Sebagai efek dari perubahan fisik pada remaja ialah kematangan pada kelenjar kelamin dengan perubahan hormonal serta munculnya tanda-tanda karakteristik seks sekunder yang diikuti pula timbulnya hasrat (dorongan) yang bersifat kenikmatan seksual. Pendidikan mengenai seksualitas, kematangan dan dorongan seks, masalah masturbasi, pergaulan heteroseksual, perlu diberikan oleh orang tua agar mendorong anak untuk berperilaku sehat dan bertanggung jawab.
d. Fungsi sosialisasi  
Fungsi sosialisasi menunjuk pada peranan keluarga dalam membentuk sikap, perilaku dan kepribadian anak. Melalui fungsi ini, keluarga berusaha mempersiapkan selengkap-lengkapnya kepada anak dengan memperkenalkan pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, nilai atau peran-peran hidup dalam masyarakat yang harus dijalankan mereka. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk mentaati peraturan (disiplin), mau bekerja sama dengan orang lain, bersikap toleran, menghargai pendapat orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan yang heterogen.
e. Fungsi religius 
Keluarga berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar. Alquran, surat 
Al-Tahrim:6, difirmankan: “Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka”. Ayat ini memberikan isyarat kepada orang tua bahwa mereka diwajibkan memelihara diri dan keluarganya dari murka Tuhan. Salah satu cara untuk menghindari siksa api neraka atau murka Tuhan adalah dengan beribadah dengan benar. Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing atau membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Para anggota keluarga yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap Tuhan akan memiliki mental yang sehat, yakni mereka akan terhindar secara beban psikologis dan mampu menyesuaikan dirinya secara harmonis dengan orang lain, serta berpartisipasi aktif dalam memberikan kontribusi secara konstruktif terhadap kemajuan atau kesejahteraan masyarakat.
f, Fungsi perlindungan
Keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi para anggota keluarganya dari gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidak nyamanan (fisik - psikologis) para anggotanya.
g, Fungsi rekreatif 
Untuk melaksanakan fungsi ini, keluarga harus diciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya. 
Keluarga bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan fisik, psikologi dan sosial bagi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini di peroleh apabila keluarga dapat memerankan fungsinya secara baik. Idealnya sebuah keluarga dapat menjalankan semua fungsi-fungsi seperti tersebut di atas dengan baik, namun pada kenyataannya keberfungsian keluarga di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti struktur keluarga, status sosial ekonomi, budaya, politik dan sebagainya.
Pada keluarga yang tidak utuh, misalnya keluarga dengan orang tua tunggal, maka fungsi pengawasan terhadap aktivitas anak akan menurun karena dilakukan oleh satu orang saja (ibu atau ayah). Keluarga dengan status sosial ekonomi yang tinggi mungkin kasih sayang lebih banyak tercurah kepada pemenuhan materi dan cenderung lebih permisif pada perilaku anak yang melanggar. Sebaliknya pada keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, orang tua lebih memprioritaskan pada kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga fungsi-fungsi yang lain terabaikan. Keluarga yang fungsional (normal) adalah yang memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai agama dan budaya, dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Yusuf, 2001). 
Ciri-ciri keluarga yang disfungsional menurut Hawari (1997) adalah: 1) kematian salah satu atau kedua orang tua; 2) kedua orang tua berpisah atau bercerai; 3) hubungan kedua orang tua dengan anak tidak baik; 4) suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan; 5) orang tua sibuk dan jarang berada di rumah; dan 6) salah satu atau kedua orang tua mempunyai kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan. 
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek fungsi keluarga dapat di tinjau dari psikologis dan sosiologis. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pandangan di antara keduanya. Dari Aspek fungsi keluarga yang telah diuraikan, yang terkait langsung dengan perilaku seksual remaja antara lain fungsi keluarga sebagai sumber kasih sayang (cinta, keintiman, penerimaan, perhatian, kehangatan dan persahabatan), fungsi sebagai pembimbing spritual, fungsi pembimbing sikap dan perilaku dalam pergaulan dan fungsi pengawasan atau kontrol terhadap aktivitas anak.

Rabu, 19 November 2008

contoh kasus keluarga

BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian 
a. Pengkajian Keluarga
1) Data Umum
Nama Puskesmas : Pasirkaliki
Tanggal Pengkajian : 8 Agustus 2005
Jarak untuk mencapai Puskesmas : + 3 Km
Nama Kepala Keluarga : Tn. A
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Status Marital : Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Jl. Industri RT.07 RW.08 Kelurahan Arjuna Kota Bandung





2) Daftar Anggota Keluarga
N
O Nama Anggota keluarga Hubungan Keluarga L/P Umur (thn) Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan Kesehatan KB Immunisasi
1 Ny. I Istri P 26 SMA IRT Islam Sehat Pil -
2 An.F Anak L 21 bulan - - - Sehat - BCG,DPT, Polio, Campak, Hepatitis

3) Data Khusus Keluarga
a) Type Keluarga
Keluarga Tn. A termasuk kedalam type Nuclear family (Keluarga inti), dimana dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak.
b) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga Tn A berdasarkan siklus perkembangan menurut Duvalls termasuk kedalam tahap II yaitu keluarga mengasuh anak, karena anak pertamanya berusia kurang dari 30 bulan ( 21 bulan ).
c) Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga dari keluarga Tn.A yang belum terpenuhi adalah membentuk keluarga muda yang mantap terutama dari segi ekonomi, karena saat ini Tn.A sebagai kepala keluarga tidak bekerja sehingga fungsi ekonomi dari keluarga Tn.A terhambat. Dan memperluas persahabatan dengan keluarga besar karena kakek nenek sudah meninggal dan saudara tinggal berjauhan.
4) Keadaan Biologis Keluarga
a) Keadaan Kesehatan
Dalam keluarga Tn.A ada yang menderita penyakit TB paru yaitu Tn.A, sedangkan anggota keluarga yang lain dalam keadaan sehat.
b) Kebersihan Keluarga
Kebiasaan dalam membersihkan diri anggota keluarga Tn. A seperti mandi sebanyak 2 kali sehari dengan menggunakan sabun mandi, menggosok gigi setiap kali mandi dan sebelum tidur, kebiasaan mencuci rambut 2-3 kali dalam seminggu dengan menggunakan shampo. Kebersihan badan dan pakaian anggota keluarga cukup. Keadaan rumah tampak bersih.
c) Penyakit yang Sering Diderita
Penyakit yang sering diderita oleh anggota keluarga adalah demam, batuk dan pilek biasa.
d) Penyakit Kronis / Menular
Menurut Tn.A dan keluarga, di keluarga hanya Tn.A saja yang menderita penyakit TB paru.
e) Kecacatan Anggota Keluarga 
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kecacatan
f) Pola Makan 
Frekwensi makan keluarga Tn.A dalam sehari sebanyak 2-3 kali, jenisnya nasi, protein hewani / nabati dan sayuran.


g) Pola Istirahat
(1) Tidur Malam
Tn. A dan Ny.I tidur malam dari jam 21.00 sampai jam 04.30. dan tidak ada gangguan tidur. An.F tidur malam dari jam 19.00 sampai jam 05.00, kadang-kadang terbangun pada malam hari.
(2) Tidur Siang
Tn.A dan Ny.I kadang-kadang tidur siang kurang lebih 1-2 jam
h) Reproduksi / Akseptor KB
Keluarga Tn.A mempunyai 1 orang anak, dan berencana untuk mempunyai anak lagi setelah anak pertama berumur 3 tahun. Tn.A dan Ny.I adalah pasangan usia subur. Ny.I mengikuti program KB dengan menggunakan metode pil sejak 5 bulan yang lalu, sebelumnya Ny.I menggunakan metode suntik 3 bulan tetapi karena merasa tidak cocok yaitu badan menjadi gemuk dan merasa repot harus disuntik ke bidan, Ny.I berhenti menggunakan metode suntik dan beralih ke metode pil.

5) Psikologis Keluarga
a) Keadaan Emosi / Mental
Keadaan emosi seluruh angggota keluarga tampak stabil, menurut keluarga jarang sekali terjadi pertengkaran di dalam rumah.
b) Koping Keluarga
Menurut keluarga bila timbul suatu masalah, biasanya dibicarakan bersama anggota keluarga (istri) dan dicari jalan keluarnya.
c) Kebiasaan Buruk
Tn. A mempunyai kebiasaan buruk yaitu kebiasaan merokok sejak sekolah di STM, menurut Tn.A bisa habis 1 bungkus dalam sehari tapi sejak Tn.A menderita TB paru kemudian berhenti merokok.
d) Rekreasi
Menurut keluarga, keluarga jarang sekali mengadakan rekreasi keluar rumah secara khusus, hanya ke tempat saudara atau jalan-jalan ke Mall. Sarana rekreasi yang ada dirumah antara lain televisi dan radio.
e) Pola Komunikasi Keluarga
Dalam keluarga, komunikasi antar anggota keluarga cukup baik, dimana anggota keluarga berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan terkadang menggunakan bahasa Sunda.
f) Pengambil Keputusan
Dalam hal pengambilan keputusan, biasanya selalu dimusyawarahkan bersama istri dan yang paling sering mengambil keputusan terakhir adalah Tn. A sebagai kepala keluarga.
g) Peran Informal
Menurut keluarga setiap anggota keluarga memiliki perannya masing-masing, seperti Ny. I selalu mengikuti dan menuruti keputusan Tn.A. Tn.A sebagai educator dan motivator dengan tujuan agar keluarganya tetap harmonis.


6) Sosial Ekonomi Keluarga 
a) Hubungan Dengan Orang lain
Hubungan dengan orang lain cukup baik terbukti dengan Tn.A dan keluarga mau berkomunikasi dan berinteraksi dengan tetangganya.
b) Kegiatan Organisasi Sosial
Anggota keluarga tidak ada yang mengikuti kegiatan organisasi sosial di lingkungannya, dikarenakan kesibukan mengurus anaknya.
c) Keadaan Ekonomi
Saat ini Tn.A tidak bekerja, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Tn.A dibantu oleh keluarga / saudara yang lain.

7) Spiritual Kultural Keluarga
a) Keadaan Beribadah
Keluarga Tn. A beragama Islam dan kebiasaan menjalankan ibadah shalat 5 waktu setiap harinya oleh seluruh anggota keluarga.
b) Keyakinan Tentang Kesehatan
Menurut keluarga sehat itu penting, Tn.A berharap agar penyakitnya cepat sembuh sehingga bisa bekerja lagi dan bisa seperti orang lain lagi yang sehat.
c) Nilai dan Norma
Nilai dan norma keluarga sama dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat, tidak ada yang bertentangan.
d) Adat yang Mempengaruhi Kesehatan
Dalam keluarga tidak ada adat yang bertentangan dengan kesehatan.
8) Lingkungan Rumah
a) Kebersihan dan Kerapihan
Terdapat lorong untuk menuju pintu rumah yang gelap dan terasa pengap. Lantai rumah di tegel keramik dan di pel setiap hari. Kerapihan cukup, barang-barang di tempatkan pada tempatnya. Kebersihan masih kurang terlihat banyak lalat.
b) Penerangan
Penerangan di dalam rumah kurang, sinar matahari di siang hari hanya masuk lewat genting kaca, sehingga walaupun siang hari di dalam rumah tampak gelap dan harus menyalakan lampu. 
c) Ventilasi
Ventilasi rumah kurang dari 20 % dari luas lantai, tidak ada jendela di dalam rumah, pertukaran udara terjadi bila pintu depan di buka, keadaan rumah sangat tertutup sehingga udara dalam rumah terasa kurang segar. 
d) Jamban
Jamban / WC yang digunakan oleh keluarga Tn. A adalah milik sendiri dan terletak di dalam rumah bagian belakang. Air limbah mengalir kesungai melalui paralon, keadaan WC bersih dan tidak licin.
e) Sumber Air Bersih dan Minum
Sumber air bersih yang digunakan keluarga Tn.A berasal dari pabrik yang dialirkan melalui selang. Keadaan air baik, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak keruh. Sedangkan untuk air minum, kadang-kadang keluarga menggunakan air mineral, karena keluarga mempunyai anak kecil..
f) Pemanfaatan Halaman
Keluarga Tn. A tidak memiliki halaman rumah.
g) Pembuangan Air Kotor
Menurut keluarga air limbah / kotor bekas cucian atau mandi di buang ke lubang comberan melalui selokan kecil sedangkan kotoran tinja dari WC dibuang ke sungai 
h) Pembuangan Sampah
Keluarga Tn.A biasa membuang sampah dengan dikumpulkan dulu lalu disimpan di depan rumah dan kemudian di bawa oleh petugas sampah.

9) Genogram












Keterangan :

 : Laki-laki

: Perempuan
 : Klien

: Laki-laki / perempuan yang sudah meninggal

: Hubungan perkawinan

: Tinggal serumah


10) Denah Rumah

  



   

Skala : 1 : 100
Keterangan 
1 : Ruang tamu  
2 : Kamar mandi
3 : Kamar tidur 
4 : Dapur
5 : Tangga
b. Pengkajian Individu
1) Identitas
Nama : Tn.A
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Jln. Industri RT 07 RW 08 Kelurahan Arjuna
Kota Bandung

2) Riwayat Kesehatan
a) Masalah Kesehatan yang Pernah Dialami
Tn.A menderita TB paru sejak tahun 2003, pada saat Tn.A masih bekerja di pabrik kimia bagian pengecatan. Selama sakit Tn.A sudah dirawat 2 kali di RS Cibadak pada tahun 2003 dan RS Ciumbuleuit pada bulan September tahun 2004. Tn.A minum obat secara teratur dan berhenti minum obat sejak 2 bulan yang lalu, karena pada saat Tn.A kontrol ulang pada bulan Mei, Tn.A sudah tidak diberi obat TB paru hanya diberi OBH saja. Keluhan saat ini yaitu masih batuk-batuk berdahak, terutama bila kedinginan dan kelelahan, dahak berwarna putih kental, keringat malam tidak ada, kadang-kadang demam dan sering merasa lemas bila beraktivitas. Nafsu makan sudah mulai membaik dibanding saat sakit pertama kali, hanya sering mual-mual, terutama setelah minum obat OBH. Pada saat terakhir kontrol ke RS sekitar bulan Mei, dilakukan pemeriksaan dahak, dan pada pemeriksaan tersebut dahak dinyatakan negatif.
Keluarga mengatakan TB paru adalah penyakit menular yang gejalanya batuk, demam, keringat pada malam hari. Saat di tanya bagaimana cara untuk mencegah penularan TB paru Tn.A menjawab harus menutup mulut saat batuk dan bersin dan memisahkan barang-barang pribadi seperti alat makan dengan keluarga lain. Tn.A biasa buang dahak di kamar mandi, bila buang dahak di jalan selalu ditutup dengan daun atau kertas. Keluarga mengatakan tidak mengetahui perawatan dirumah pada Tn.A terutama mengenai pemberian makanan.

b) Masalah Kesehatan Keluarga (Keturunan)
Menurut keluarga, dikeluarga tidak ada yang menderita sakit TB paru seperti yang dialami Tn.A, orangtua Tn.A mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan penyakit jantung .

3) Kebiasaan Sehari-hari
a) Biologis
(1) Pola Makan
Menurut Tn.A pola makannya sehari adalah 2 atau 3 kali, tapi kadang-kadang tidak habis karena merasa mual, Tn.A mengatakan nafsu makannya sekarang sudah lebih baik dibanding dengan waktu pertama kali sakit. Selama Tn.A sakit dan mengikuti program pengobatan TB paru berat badannya turun hingga berat badan mencapai 36 Kg. Menu makanan yang disajikan adalah nasi, sayur dan tahu/tempe. Keluarga tidak pernah memberikan menu khusus untuk Tn.A karena tidak tahu makanan apa yang terbaik untuk penderita TB, dan bila Tn.A tidak mau makan karena mual, keluarga hanya membiarkan saja.
(2) Pola Minum
Tn.A minum 7-8 gelas sehari, jenis minuman air putih dan air teh, 
(3) Pola Tidur
Tn.A tidur malam jam 21.00 – 04.30 WIB (+ 8 jam semalam), tidurnya selalu nyenyak, kecuali kalau anaknya nangis karena ngompol. Tidur siang kadang-kadang sekitar 30 menit sampai 1 jam.
(4) BAB / BAK
Menurut Tn.A, dirinya BAB sekali dalam sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning dan baunya khas, tidak ada gangguan dalam BAB, begitu juga dengan BAK yang rata-rata 5-6 kali sehari dengan warna kuning jernih, tidak ada keluhan dalam proses pengeluarannya.



(5) Aktifitas Sehari-hari
Menurut Tn.A aktivitasnya saat ini hanya membantu istri mengasuh anaknya karena sekarang Tn.A tidak bekerja, setiap pagi Tn.A sering berjemur sambil mengasuh anaknya.
(6) Rekreasi
Tn.A jarang melakukan perjalanan khusus untuk berekreasi, hanya kadang-kadang bepergian ke rumah saudara-saudaranya. Sarana rekreasi dirumah antara lain TV dan radio.

b) Psikologis
(1) Keadaan Emosi
Tn.A tampak tenang. Dalam menjalani sakitnya ini Tn.A mengatakan menerima dan berusaha untuk berobat karena ingin segera sembuh .

c) Sosial
(1) Hubungan Antar Keluarga
Hubungan Tn.A dengan seluruh anggota keluarga baik, menurut pengakuan keluarga tidak pernah terjadi pertengkaran antar anggota keluarga
(2) Hubungan Dengan Orang Lain
Hubungan Tn.A dengan tetangga sekitar baik terutama dengan tetangga yang berdekatan dengan rumahnya, terbukti Tn.A sering bertegur sapa saat bertemu dan berbincang-bincang dengan tetangga dekat rumahnya.

d) Spiritual / Kultural
(1) Pelaksanaan Ibadah
Tn.A adalah seorang yang beragama Islam, menurut pengakuannya Tn.A sering sholat 5 waktu.
(2) Keyakinan Tentang Kesehatan
Tn.A meyakini bahwa kesehatan itu penting bagi setiap orang, dan lebih penting mencegah dari pada mengobati, karena biaya yang dikeluarkan lebih besar.

4) Pemeriksaan Fisik
No Aspek yang Dinilai Tn.A Ny.I An.F

1 2 3 4 6
1 Keadaan Umum Sedang sakit Sehat Sehat
 Kesadaran Compos mentis Compos mentis Compos mentis
 Suhu 37,2 o C 36,8 o C 37,1 o C
 Nadi 88 x/mnt 80 x/mnt 100 x/mnt
 Tensi 120/80 mmHg 120/70 mmHg -
 Pernafasan 24 x/menit 18 x/menit 26x /menit
 Berat badan 45 kg 62 kg 11 kg
 Tinggi badan 166 cm 168 cm -
2. Head to toe
a. Kepala
 Kulit kepala Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan Bersih tidak lengket tidak ada lesi dan benjolan
 Rambut Warna hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut Warna hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut Warna hitam, penyebaran merata, tidak mudah dicabut
 Bentuk Simetris Simetris Simetris
 Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
b. Mata
 Bentuk Simetris Simetris Simetris
 Konjungtiva Warna merah muda Warna merah muda Warna merah muda
 Sclera Warna putih Warna putih Warna putih
 Refleks pupil ++/++ ++/++ ++/++
 Fungsi penglihatan Tn.A bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm tanpa alat bantu Baik, terbukti Ny. I mampu membaca papan nama perawat pada jarak 30 cm tanpa alat Bantu 
 Gerakan bola mata Dapat digerakkan ke segala arah Dapat digerakkan ke segala arah Dapat digerakkan ke segala arah
c. Telinga
 Bentuk Simetris, ujung pina sejajar dengan sudut bola mata Simetris, ujung pina sejajar dengan sudut bola mata Simetris, ujung pina sejajar dengan sudut bola mata
 Warna Sama dengan warna kulit sekitar Sama dengan warna kulit sekitar Sama dengan warna kulit sekitar
 Kelenturan dan kebersihan Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, di dalam lubang telinga tidak tampak kotoran telinga Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, di dalam lubang telinga tidak tampak kotoran telinga Daun telinga teraba elastis, tidak ada lesi dan tidak ada nyeri tekan, di dalam lubang telinga tidak tampak kotoran telinga
 Fungsi pendengaran Baik, terbukti Tn.A mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik Baik, terbukti Ny. I mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik Baik, terbukti An.F menoleh saat namanya dipanggil
d. Hidung
 Bentuk Simetris, tidak ada secret, septum berada di tengah Simetris, tidak ada secret, septum berada di tengah Simetris, tidak ada sekret, septum berada di tengah
 Fungsi penciuman Baik, terbukti Tn. A dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau kopi dengan mata tertutup, Tes kepatenan pada kedua hidung sama Baik, terbukti Ny. I dapat membedakan bau minyak kayu putih dan bau kopi dengan mata tertutup, Tes kepatenan pada kedua hidung sama 
e. Mulut
 Bentuk Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih Simetris, bibir lembab, mukosa mulut bersih
 Fungsi pengecapan Baik, terbukti Tn. A mampu membedakan rasa asin dan manis Baik, terbukti Ny. I mampu membedakan rasa asin dan manis -
 Gigi Jumlah 32 buah, tidak terdapat caries gigi Jumlah 32 buah, tidak terdapat caries gigi Gigi susu 15 buah
 Fungsi menelan Baik, tidak ada keluhan dalam menelan Baik, tidak ada keluhan dalam menelan 
f. Lecher
 Bentuk Simetris, JVP tidak meninggi, KGB tidak teraba Simetris, JVP tidak meninggi, KGB tidak teraba 
 Pergerakan Baik, leher Tn.A dapat digerakkan ke segala arah, tidak ada nyeri saat digerakan, tidak ada kaku kuduk Baik, leher Ny. I dapat digerakkan ke segala arah, tidak ada nyeri saat digerakan. 
g. Dada
 Bentuk Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan, tidak ada nyeri tekan Simteris, warna kulit sama dengan warna kulit daerah sekitar, tidak ada lesi atau benjolan
 Bunyi nafas Vesikuler, terdengar ronkhi pada area paru terutama segmen atas Vesikuler, tidak terdengar ronkhi pada semua area paru Vesikuler, tidak terdengar ronkhi pada semua area paru
 Vokal fremitus Vibrasi teraba sama di kedua lobus paru Vibrasi teraba sama di kedua lobus paru -
 Ekspansi paru Simetris Simetris 
 Jantung S1 dan S2 terdengar murni regular S1 dan S2 terdengar murni regular 
h. Abdomen
 Bentuk Datar lembut, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, hati tidak teraba, ginjal tidak teraba, Datar lembut, tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, hati tidak teraba, ginjal tidak teraba, Datar dan lembut
 Bising usus (+) 12 x /menit (+) 10 x /menit 
i. Punggung
 Bentuk Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada lesi atau benjolan Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada lesi atau benjolan Tidak ada kelainan tulang belakang
J. Ekstermitas
 Ekstremitas atas Bentuk simetris, tidak ada lesi, oedema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tangan bebas bergerak, refleks trisep dan bisep ++/++, Bentuk simetris, tidak ada lesi, oedema dan benjolan, warna kulit sawo matang,, kedua tangan bebas bergerak, refleks trisep dan bisep ++/++ Bentuk simetris, tidak ada lesi, oedema dan benjolan, warna kulit sawo matang,, kedua tangan bebas bergerak
 Ekstremitas bawah Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak, refleks patella ++/++ Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak, refleks patella ++/++ Bentuk simetris, tidak ada lesi, edema dan benjolan, warna kulit sawo matang, kedua tungkai bebas bergerak
 Kekuatan otot 5 5
5 5
5 5
5 5

k. Integumen
 Warna Sawo matang Sawo matang Sawo matang
 Keadaan Bersih Bersih Bersih
 Turgor Cepat kembali dalam 2 detik Cepat kembali dalam 3 detik Cepat kembali dalam waktu < 3 detik
 Sensasi Dapat membedakan sensasi tajam dan tumpul Dapat membedakan sensasi tajam dan tumpul 

c. Analisa Data
No Data Masalah kesehatan Masalah keperawatan

1 2 3 4














 DS :
- Keluarga mengatakan Tn.A menderita TB paru sejak tahun 2003 dan sudah 2 kali dirawat karena TB paru
- Tn.A mempunyai riwayat merokok sejak sekolah STM
- Tn.A mengatakan saat ini masih batuk-batuk berdahak, sesak nafas bila beraktifitas berat, dan lemah
- Tn.A mengatakan bulan Mei Tn. A kontrol dan kemudian dilakukan pemeriksaan dahak, hasilnya dinyatakan negatif
- Tn.A sudah tidak minum obat TB paru hanya di beri OBH yang dibeli di warung
DO :
- Tn.A tampak kurus dan lemah
- Tn.A tampak batuk-batuk
- Keadaan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan
 TB paru 
 DS :
- Tn.A mengatakan porsi makannya jarang habis
- Tn.A mengatakan tidak mengetahui tentang jenis makanan yang harus diberikan
- Tn.A mengatakan frekwensi makan 2 x dan kadang kadang 3 x, nafsu makannya sudah mulai membaik dibanding saat pertama kali sakit tapi sekarang sering merasa mual terutama setelah minum OBH
- Keluarga mengatakan hanya menyajikan makanan seadanya, menu makanan yang biasa diberikan adalah nasi, sayur, kadang tahu dan tempe.
- Keluarga mengatakan belum tahu cara mengatur makanan untuk Tn.A yang menderita TB paru
DO :
- BB 45 Kg, TB 166 cm
- Tn.A tampak lemah
- Tn.A tampak kurus Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
 DS :
- Tn.A mengatakan keluhan saat ini yaitu masih sering batuk-batuk berdahak, terutama bila kedinginan atau kelelahan.
- Selama 2 bulan ini Tn.A hanya mengkonsumsi OBH yang dibeli di warung dengan alasan dokter hanya memberi OBH saja
- Tn.A mengatakan setiap hari mengasuh anaknya yang masih balita
- Keluarga mengatakan tidak punya tempat khusus untuk menampung dahak Tn.A
- Keluarga mengatakan alat makan Tn.A sudah terpisah dengan anggota keluarga lain
DO :
- Tn.A mempunyai anak balita
- Tn.A masih batuk-batuk
- Saat batuk Tn.A tidak menutup mulut atau memalingkan muka
- Keadaan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi < 15 %, sinar matahari tidak masuk kedalam rumah hanya masuk lewat genting kaca, keadaan rumah gelap, terdapat lorong menuju pintu yang gelap dan pengap.
  Resiko terjadi penularan penyakit









d. Pengkajian Data Fungsi keluarga
TGL Masalah Data Fungsi Perawatan Keluarga Kesimpulan

1 2 3 4
08-08-05



























 Masalah Kesehatan :
TB paru 

Masalah Keperawatan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan


 - Keluarga mengatakan gangguan nutrisi adalah kekurangan gizi sehingga berat badan turun dan kurus
- Keluarga mengatakan penyebabnya karena makan yang sedikit dan makanan yang dimakan kurang bergizi 
- Keluarga mengatakan faktor yang mempengaruhi gangguan nutrisi adalah karena tidak nafsu makan dan adanya mual
- Keluarga mengatakan setelah berobat TB paru terlihat sudah ada perbaikan pada Tn. A
 
- Keluarga merasakan keadaan Tn.A sebagai masalah tapi tidak tahu harus diapakan
- Keluarga mengatakan salah satu akibat dari tidak mau makan, badan Tn.A menjadi kurus dan lemah sehingga tidak bisa bekerja
- Keluarga mengatakan keluarga belum bisa memutuskan apa yang akan dilakukan pada Tn.A selanjutnya

- Keluarga mengatakan akan membawa Tn..A kontrol ulang bila sudah ada biaya 
- Keluarga hanya membiarkan saja bila Tn.A tidak mau makan
- Keluarga mengatakan tidak tahu cara mengatur makanan bagi Tn.A dan hanya menyajikan makanan seadanya saja.
 Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada Tn.A









Ketidakmauan keluarga mengambil tindakan untuk mengatasi gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada Tn.A


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada Tn.A dengan TB paru
08-08-05 Masalah Kesehatan :
TB paru 

Masalah Keperawatan:
Resiko terjadi penularan penyakit - Keluarga mengatakan tidak menjadi masalah karena Tn.A sudah merasa sembuh dan anaknya sehat-sehat saja.
- Keluarga mengatakan Tn.A sering mengasuh anaknya yang masih balita
- Keluarga mengatakan akibat yang akan terjadi jika Tn.A tidak melakukan pencegahan anak dan keluarganya akan tertular 
- Keluarga mengatakan sejak sakit TB paru alat makan di pisahkan dari anggota keluarga lain

- Keluarga mengatakan Tn.A membuang dahaknya di jamban dan bila membuang dahaknya di jalan, dahaknya selalu ditutup daun/kertas dan keluarga tidak tahu cara pembuangan dahak yang aman
- Keluarga akan membawa Tn.A ke RS bila sudah ada biaya
- Keluarga mengatakan kadang-kadang saja membuka pintu rumah supaya ada udara masuk ke dalam rumah.
 Ketidakmaun keluarga mengatasi masalah pencegahan penularan TB paru










Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan TB paru



Pengkajian Keluarga Mandiri
Tanggal Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan Kriteria Keluarga Mandiri Kategori Simpulan
  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 
8/8/2005 TB Paru Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan pada TN.A dengan TB paru √ √ √ √ √ KM II
8/8/2005 TB Paru Resiko terjadi penularan TB paru pada anggota keluarga Tn.A √ √ √ √ √ KM II

Keluarga Tn.A berada pada kemandirian tingkat II





e. Penapisan / Prioritas Masalah
1) Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada Tn.A dengan TB paru
No Kriteria Perhitungan Skore Pembenaran
1 Sifat masalah 
Aktual (tidak /kurang sehat)
 3/3 x 1 1 Masalah kurang / tidak sehat, keluarga merasakan sebagai masalah karena saat ini berat badan Tn.A kurang dari normal dan memerlukan tindakan yang segera
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Sebagian
 ½ x2 1 Kemungkinan masalah dapat diubah sebagian karena adanya keterbatasan sumber dana dan pengetahuan keluarga
3 Potensi pencegahan
Cukup
 2/3 x 1 2/3 Cukup, masalah sudah terjadi dalam waktu yang lama dan untuk mencapai perbaikan status nutrisi dibutuhkan waktu yang lama
4 Penonjolan masalah
Ada masalah, tapi tidak perlu segera ditangani
 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari adanya masalah dan harus segera ditangani
Total Skore 3 2/3 




2) Resiko terjadi penularan penyakit pada seluruh anggota keluarga Tn. A
No Kriteria Perhitungan Skore Pembenaran
1 Sifat masalah 
Ancaman kesehatan
 2/3 x 1 2/3 Masalah merupakan ancaman kesehatan, karena belum terjadi tapi kemungkinan besar akan terjadi 
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah
 2/2 x 2 2 Mudah, tingkat pendidikan anggota keluarga cukup, keluarga mempunyai kartu sehat untuk berobat, keluarga dapat memanfaatkan fasilitas yang ada dirumah
3 Potensi pencegahan
Cukup 2/3 x 1 2/3 Cukup, penyakit sudah diderita lama, dalam keluarga ada anak balita yang menjadi resiko tinggi penularan, keadaan lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan
4 Penonjolan masalah
Masalah tidak dirasakan 0/2 x 1 0 Masalah tidak terlalu dirasakan oleh keluarga 
Total Skore 2 4/3 

Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada Tn.A dengan TB paru 
2. Resiko terjadi penularan penyakit pada seluruh anggota keluarga Tn.A 

home care

TUJUAN HOME CARE DI MASYARAKAT 
Smith (1995), mengidentifikasi pelayanan keperawatan di rumah ( HC) memiliki lima tujuan dasar, yaitu :
1. Meningkatkan “support system” yang adekuat dan efektif serta mendorong digunakannya pelayanan kesehatan.
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.
3. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggota keluarga dan keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan.
4. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatananantar keluarga 
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan.

INDIKASI
Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di RS adalah :
• Klien dengan COPD
• Klien dengan penyakit gagal jantung
• Klien dengan gangguan oksigensi
• Klien dengan mengalami perlukaan kronis
• Klien dengan diabetes
• Klien dengan gangguan fungsi perkemihan
• Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan ( rehabilitasi)
• Klien dengan terapi cairan infus di rumah
• Klien dengan gangguan fungsi persyarafan
• Klien dengan AIDS
 Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
• Klien dengan post partum 
• Klien dengan gangguan kesehatan mental 
• Klien dengan kondisi Usia Lanjut
• Klien dengan kondisi terminal ( Hospice and Palliative care)


KONSEP YANG MENDASARI
Pengertian, dan perkembangan HC
 Home Care (HC) merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D & Eric B.L.,1993). Sedangkan menurut Rice, (2001) Home Care sendiri dapat diartikan sebagai ilmu dan seni yang berupaya memberikan layanan kesehatan dan perawatan bermutu yang dilakukan di rumah klien dan pada area di komunitas. Pengertian lain Home Care atau Home Health Nursing adalah interaksi yang dilakukan perawat di tempat tinggal keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan keluarga dan anggotanya.
 Bila dilihat dari perspektif sejarahnya maka kegiatan home care merupakan pelayanan yang dilakukan oleh para perawat dimana mereka melakukan kunjungan rumah bagi masyarakat miskin yang menderita sakit dan tidak di bawa ke rumah sakit. Hal ini telah dimulai di Amerika Serikat sekitar tahun 1796 di Boston dan pada tahun 1885 di New York telah ada semacam agen home care, yang akhirnya pada tahun 1886 di bentuk organisasi perawat kunjungan rumah atau Visiting Nurse Association (VNAs) dimana organisasi ini sejak tahun 1909 telah bergabung dengan lembaga asuransi dengan memperkejakan 1416 orang tenaga perawat kunjungan rumah. Sedangkan pemerintah USA memperkejakan sebanyak 12.000 perawat terlatih untuk memberikan asuhan keperawatan di rumah pada keluarga miskin melalui kegiatan Public Health Nurse/Community Health Nursing.
 Di Inggris, Home Care berkembang sejak di kenalkan Florence Nigthtingale (1820-1910) dan pada pertengahan abad 19 berkembanglah konsep district nursing yang diawali oleh para biarawati yang merawat orang-orang miskin di rumah. Peran district nurse terus berkembang mulai dari merawat orang sakit dan merawat orang dengan sakaratul maut di rumah, sampai mengajarkan keterampilan keperawatan dasar agar keluarga bisa mandiri.
 Perkembangan home care di Indonesia tidak banyak dicatat, namun sebenarnya telah ada sejak dikenalkan konsep Puskesmas sekitar tahun 70-an, dimana Public Health Nursing (PHN) saat itu dijadikan kegiatan pokok Puskesmas yang wajib dilaksanakan di setiap Puskesmas. Namun karena saat itu tenaga perawat di Indonesia masih belum memadai maka perkembangan kegiatan Home Care melalui program PHN menjadi tidak optimal. Pada saat ini seiring dengan pesatnya perkembangan pendidikan tinggi keperawatan dan perkembangan legislasi praktek keperawatan melalui dikeluarkannya SK Menkes No 1239 Thn 2002 tentang registrasi dan praktik keperawatan, maka kegiatan home care ke depan akan mengalami perkembangan yang pesat, apalagi banyak institusi rumah sakit yang mulai menyadari peluang kedepan tentang kegiatan hospital home care ini.

Tujuan program HC
 Smith (1995), mengidentifikasi pelayanan keperawatan di rumah ( HC) memiliki lima tujuan dasar, yaitu :
1. Meningkatkan “support system” yang adekuat dan efektif serta mendorong digunakannya pelayanan kesehatan.
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.
3. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggota keluarga dan keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan.
4. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatananantar keluarga 
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan.
Kelima tujuan dasar dari pelayanan keperawatan di rumah pada hakekatnya bertujuan untuk membantu keluarga menyelesaikan masalahnya, yang oleh Simmons (1980), dikatagorikan menjadi ;
1. Sikap hidup dan sumber-sumber pelayanan kesehatan
2. Penyimpangan status kesehatan
3. Pola dan pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan
4. Dinamika dan struktur keluarga. 
Disamping hal tersebut, menurut Suharyati, (2004) program ini juga mempunyai dampak yang menguntungkan baik bagi klien dan keluarganya maupun bagi tenaga yang terlibat dalam pelayanan home care. Bagi klien dan keluarganya dapat membantu secara efisien dalam mengurangi beban biaya rawat inap di rumah sakit yang makin mahal, disamping pula meningkatkan kemandirian keluarga dalam perawatan klien di rumah. Sedangkan bagi para petugas yang terlibat terutama dalam pelayanan langsung di rumah klien program ini dapat memberikan variasi lingkungan kerja dan mampu menambah penghasilan bagi para perawat yang bekerja di rumah sakit.


Jenis kasus yang dilayani HC 
 Rice. R, (2001) mengidentifikasi jenis kasus yang dapat dilayani pada program home care yang meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus klinik dan yang biasa dijumpai di komunitas.
 Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di RS adalah :
• Klien dengan COPD
• Klien dengan penyakit gagal jantung
• Klien dengan gangguan oksigensi
• Klien dengan mengalami perlukaan kronis
• Klien dengan diabetes
• Klien dengan gangguan fungsi perkemihan
• Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan ( rehabilitasi)
• Klien dengan terapi cairan infus di rumah
• Klien dengan gangguan fungsi persyarafan
• Klien dengan AIDS
 Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
• Klien dengan post partum 
• Klien dengan gangguan kesehatan mental 
• Klien dengan kondisi Usia Lanjut
• Klien dengan kondisi terminal ( Hospice and Palliative care)
(Rice R , 2001.,Allender &Spradley, 2001)

Provider dan peran perawat dalam program HC
 Dalam memberikan pelayanan kepada klien, program HC melibatkan berbagai multidisiplin baik tenaga medis, perawat, ahli gizi, fisioterapi, sosial worker dll, yang merupakan tenaga yang langsung berhubungan dengan pemberian pelayanan kepada klien, sedangkan yang lainnya adalah tenaga administratur program HC. 
Dari semua jenis tenaga tersebut maka tenaga keperawatan merupakan tenaga utama dalam memberikan pelayanan keperawatan di rumah. Menurut Triebsch &Brueckner dalam Lerman and Linne,(1993); Rice R ,(2001)., Allender &Spradley, (2001) posisi perawat dalam home care merupakan tenaga utama yang memberikan pelayanan pada klien di rumah, oleh karena itu perawat dapat berfungsi sebagai koordinator dalam pelayanan dan memerankan diri sebagai case manager, dan harus terlibat sejak rencana klien pulang (discharge planning).
Sebagai koordinator perawat harus mempunyai pengetahuan tentang pelayanan home care (termasuk kriteria klien), keterampilan komunikasi dan sensitif terhadap kebutuhan klien termasuk kebutuhan rencana klien pulang dari perawatan di RS. Disamping itu perawat juga harus mampu menguasai keterampilam kerja tim, organisasi serta kemampuan membaca peluang dan pemasaran produk HC. 
Perawat Home Care bekerja dengan berbagai macam klien yaitu klien-klien lansia dengan penyakit kronis, ibu dengan bayi baru lahir, klien-klien terminal, dan lain-lain. Fokus utama dalam pelayanan keperawatan Home Care adalah untuk memandirikan klien dan keluarga, meningkatkan status kesehatan klien dan keluarga dengan berperan sebagai pendidik, advokat bagi klien, sebagai manajer kasus, serta memberikan spirit pada klien dan keluarganya.
Sedangkan untuk menunjang dan mengaplikasikan peran tersebut diperlukan ketrampilan adalah:
• Keterampilan dalam mengkaji dan mengevaluasi 
• Keterampilan dalam komunikasi yang efektif
• Keterampilan dalam pengambilan keputusan
• Keterampilan dalam pendokumentasian yang efektif
• Berfikir kreatif/fleksibel dan kritis
• Pengembangan diri


 Strategi Pengelolaan HHC (Hospital-based Home Care)
 Untuk mengelola program Hospital-based Home Care dengan sukses diperlukan komitmen semua pihak baik pengelola agensi home care, rumah sakit maupun para pemberi pelayanan. Komitmen ini sangat diperlukan mengingat banyaknya hambatan dalam pengelolaan HHC ini, terutama para pengelola harus memiliki jiwa kewirausahaan yang benar-benar tinggi.
 Menurut Ficks. W.J (1993) ada beberapa kendala/hambatan dalam mencapai sukses dalam pengelolaan HHC, yaitu dilihat dari aspek internal dan eksternal. Hambatan dari faktor internal terdiri dari product life cycle, wage and benefits, administrivia, dan hospital large-scale mind-set. Sedangkan hambatan eksternal menyangkut sistem pembayaran yang tidak lancar, meliputi reimbusment changes, prospective payment dan case management yang tidak hati-hati.
  Untuk menanggulangi hambatan faktor internal dan eksternal HHC tersebut maka strategi pengelolaan HHC menurut Lerman and Linne,(1993) diarahkan kepada :
1. Menetapkan strategi MIA ( Mission, Innovation, and Autonomy) untuk mengatasi hambatan internal
M =Mission
Antara agen/unit home care dan rumah sakit harus saling bersinergi dan mempunyai kesamaan pandangan dalam hal :
• Meningkatkan kunjungan klien, dimana bersama-sama berusaha secara aktif dan proaktif, sehingga akan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan dalam pelayanan program HHC sehingga akan berdampak pada peningkatan kunjungan ke rumah sakit (klien rawat jalan)
• Penghematan biaya; HHC didesain untuk memaksimalkan penghematan biaya rumah sakit dengan menurunkan Lenght of stay (LOS). Penghematan biaya ini menggunakan rumus sbb:
Penghematan
Biaya RS melalui =
penurunan LOS 
Rata-rata LOS - 
LOS RS Aktual x Biaya-biaya lain RS per klien perhari

I =Innovation
Agensi/unit Hospital-Based Home Care harus dapat mendorong menciptakan inovasi-inovasi terbaru berkaitan dengan pemasaran dan pelayanan. Dalam konteks ini Rumah Sakit harus mendukung kegiatan HHC tersebut dengan memberikan reward yang positif dan memadai. Ada dua prinsip yang harus dipegang untuk mengembangkan hal tersebut adalah :
• Jika RS memiliki program ionovasi yang dapat diimplementasikan tanpa mengganggu operasional HHC, maka sebaiknya unit HHC mengadaptasi program RS tersebut
• Dan sebaliknya jika agensi/unit HHC memiliki proses dan sistem inovasi sendiri dan tidak mengganggu sistem RS, maka RS sebaiknya mengadaptasi sistem HHC tersebut.

A = Autonomy
Karena dalam mengembangkan program HHC mengandung unsur bisnis (profit oriented), maka sebaiknya pengelola HHC diberi otonomi dalam mengembangkan tehnik-tehnik euntrepreneurship (kewirausahaan), oleh karena itu sebaiknya yang menjadi administratur HHC adalah seorang euntrepreneur. Dengan demikian akan mampu mengingkatkan penampilan HHC yang profesional.

2. Untuk mengatasi hambatan eksternal, direkomendarisakan 4 hal yang perlu diperhatikan :
• Administrator harus memastikan semua informasi yang dibutuhkan oleh staff dan tersedia dengan lengkap, meliputi akunting, laporan pelayanan,dan monitor produktifitas pelayanan.
• Untuk meningkatkan efisiensi operasional HHC, maka pengelola HHC harus mampu mengembangkn sistem pembiayaan yang efektif dan efisien (dihitung berdasarkan unit cost/kunjungan)
• Program HHC harus mampu menciptakan sistem referal (rujukan) sebagai upaya mengembangkan net-working yang mendukung peningkatan kunjungan ke HHC.
• Kunci sukses yang paling penting adalah menciptakan service/pelayanan yang berorientasi pada customers/pelanggan. Oleh karena orientasi kalkulasi bisnis harus berubah dari :

Keuntungan (profit) = Revenue – Biaya (cost)
  Menjadi ..
Long term profit (dari cutomer yang puas) - Biaya =Profit plus
 
 Akhirnya faktor kunci sukses strategi pengelolaan dan pemasaran HHC menurut Lerman, (1993) yang paling tepat adalah dengan mengutamakan customer yaitu selain ongkos yang terjangkau dan memadai, perawatan yang berfokus pada klien, dan kepatuhan klien untuk kontrol yang teratur juga seperti di bawah ini:
• Aspek Pelayanan
- Keberhasilan pemberi pelayanan (provideer) yang selalu memegang nilai-nilai, misi dan etika RS untukk menjamin bahwa program Home Care dapat meningkatkan reputasi RS di masyarakat.
- Provider memberdayakan karyawannya untuk mengembangkan dan meningkatkan lingkup dan kualitas pelayanan.
- Provider memiliki komitmen terhadap pelayanan konsumen yang terbaik.
• Manajemen dan perencanaan strategi
- Administrator Home Care yang berhasil selalu mengembangkan rencana strategi yang memberi arah terhadap pelayanan
- Administrator dapat mengatasi hambatan organisasi RS guna keberhasilan program
- Administrator membangun koalisi internal RS dengan penyandang dana, manajer, dokter, staf klinik dan koordinator pemulangan klien untuk memasukkan Home Care sebagai komponen kunci dan tim yang penting di dalam sistem pelayanan RS yang terintegrasi
- Administrator selalu mengikuti teknologi dan inovasi, mencari target pasar yang baru, melayani berbagai jenis klien baru, mengubah pola praktek profesional jika kondisi klinik memungkinkan
- Administrator menggunakan data bisnisdan marketing untuk tujuan manajemen strategi
- Administrator menganalisa hasil provider lain dalam pasar, memeriksa siklus kehidupan hasil Home Care, mengidentifikasi kesenjangan di dalam pelayanan dan melaksanakan program baru
- Administrator berkolaboratif dan menekankan kemitraan dan hubungan kerjasama dengan provider lain jika diperlukan
• Manajemen Operasional
- Manajer Home Care yang berhasil memandang agen pelayanan Home Care dengan pemikiran Home Care dan bukan pemikiran RS tradisional
- Manajer Home Care siap untuk berubah dan mengenali bahwa tidak ada satu rahasia untuk sukses, fleksibilitas adalah kuncinya dan perubahan dalam arah harus dilakukan pada jalan menuju sukses
- Manajer Home Care mengevaluasi kembali hasil dan pelayanan yang ditawarkan dan merestrukturisasi kegiatan operasional jika diperlukan untuk mencapai tujuan RS
- Manajer Home Care mengimplementasi pemanfaatan dan sistem manajemen biaya dengan baik dalam persiapan kontrak perawatan dan kemungkinan sistem pembayaran Home Care secara prospektif
- Manajer Home Care melacak keakuratan klien dan mengidentifikasi total cost dan unit cost untuk setiap hasil dan pelayanan yang diberikan
- Manajer Home Care mengembangkan produktivitas dan sistem monitoring manajemen mutu yang kuat
- Manajer Home Care menyewa orang dengan bakat terbaik dan memberikan insentif yang sesuai dengan penampilan yang dilakukan
- Manajer Home Care secara efisien rencana pemulangan klien dan melakukan proses koordinasi
- Manajer Home Care mengimplementasikan manajemen sistem informasi yang canggih untuk meningkatkan manajemen operasional dan pengambilan keputusan dalam manajemen strategi secara klinis dan fiskal
- Manajer Home Care mengatur berbagai pelayanan dan hasil tanpa mengikuti pola pemikiran penggantian biaya (reimbursement) medicare
- Manajer Home Care mengimplementasikan kebijakan personil yang fleksibel untuk tujuan rekruitmen dan retensi
- Manajer Home Care menghilangkan program yang tidak berhasil, mengurangi kerugian dan terus maju ke depan dengan kesempatan baru
• Marketing/pembuatan kontrak
- Administrator Home Care yang berhasil secara afgresif memasarkan pelayanannya baik secara internal maupun eksternal untuk membangun dan mengembangkan dasar rujukan
- Administrator Home Care mengumpulkan dan mengemas pelayanan RS dan Home Care secara komprehensif dan terintegrasi bagi perusahaan asuransi swasta dan pemerintah untuk meningkatkan volume bisnis pada tingkat yang diharapkan
- Administrator Home Care memperkecil konsumen yang tergantuung pada pembayaran Medicare dan memperluas secara agresif ke dalam pasar asuransi swasta, manajemen kasus, self-pay (konsumen yang membayar sendiri)
Langkah-lngkah/prosedure Home Care.
 Untuk melaksanakan Home Care dengan baik maka perlu melihat hubungan perawat dengan klien/keluarga. Ada beberapa fase dalam melaksanakan pelayanan keperawatan di keluarga/rumah :
1. Fase Pre inisiasi/persiapan.
Pada fase pertama, perawat mendapat data tentang keluarga yang akan di kunjungi dari Puskesmas atau ibu kader. Perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan. Kontrak waktu kunjungan perlu dilakukan pada fase ini .
2. Fase Inisiasi/perkenalan.
Fase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan. 
3. Fase implementasi.
Pada fase ini, perawat melakukan pengkajian dan perencanaanuntuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga. Lakukan intervensi sesuai rencana,. Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannnya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannnya dan sediakan pula informasi tertulis.
4. Fase terminasi 
Fase ini, perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.Menyususn rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkindialami keluarga, penting dilakukan di fase terminasi.Tinggalkan nama dan alamat perawat dengan nomor telepon.
5. Fase pasca kunjungan 
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokumentasi legkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas. 

Mekanisme Operasional Perawatan Pasien di Rumah
 Menurut Helwiyah (2004) Klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap RS maupun Puskesmas. Namun klien dapat langsung menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek keperawatan perorangan untuk memperoleh pelayanan.
 Mekanisme yang harus dilakukan adalah:
• Klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah secara medis layak untuk dirawat di rumah atau tidak.
• Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat di rumah, maka dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari pengelola/agensi perawatan kesehatan di rumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga akan menentukan masalahnya dan membuat perencanaan, membuat kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, peralatan dan sistem pembayaran serta jangka waktu pelayanan.
• Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan di rumah baik dari pelksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan di rumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh korrdinator kasus.
• Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatyan.

Persyaratan klien yang menerima pelayanan keperawatan di rumah
• Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggung jawab atau menjadi pendamping bagi klien dalam berinteraksi deengan pengelola.
• Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (informed consent).
• Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan di rumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Allender J.A & Spardley., 2001., Community Health Nursing., Philadelphia: Lippincott.
Helwiyah Ropi., 2004., Home Care sebagai bentuk praktik keperawatan mandiri., Bandung: Majalah Keperawatan PSIK-FKUP.
Lerman D. & Linne E.B., 1993., Hospital Home Care., USA: AAAHP Inc.
Lukman M., 2002., Penanganan Keperawatan Komunitas sebagai Mitra Kedokteran Keluarga., Bandung: Pertemuan Ilmiah Tahunan Kedokteran Keluarga FKUP.
Rice R., 2001., Home Care Nursing Practice., St. Louis: Mosby Company.
Suharyati S., 1998., Analisis Peluang Pasar Program “Hospital Home Care” di RSHS Bandung tahun 1998.,Tesis: PPS IKM UI., Jakarta.  












PANDUAN UNTUK PENGAJAR


1. Standar Kompetensi

Kode Unit :
Judul Unit : Home Care di Masyarakat
Uraian Unit :  

Elemen/Subkompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1. Fase Pre inisiasi/persiapan 





2. Fase Inisiasi/perkenalan Perencanaan

3. Fase implementasi Pelaksanaan








4. Fase terminasi 










5. Fase pasca kunjungan 1.1. Perawat mendapat data tentang keluarga yang akan di kunjungi dari Puskesmas atau ibu kader
1.2. Membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan.
1.3. Kontrak waktu kunjungan

2.1 Perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan. 

3.1 Melakukan pengkajian
3.2 Perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga
3.3 Lakukan intervensi sesuai rencana
3.4 Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannnya.
3.5 Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannnya dan sediakan pula informasi tertulis.

4.1 Perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.
4.2 Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga
4.3 Meninggalkan nama dan alamat perawat dengan nomor telepon.


5.1. Mencatat hasil pengkajian yang telah dilakukan
5.2 Melaporkan hasil kegiatan yang telah dilakukan dan rencana tindak lanjut kepada pihak puskesmas dan kecamatan. 
5.3 Mencatat dengan jelas, ditandatangani disertai nama jelas
5.4 Tulisan yang salah dicoret kemudian diparaf
5.5 Catatan dibuat dengan menggunakan ballpoint atau tinta.

Persyaratan/Kondisi Unjuk Kerja :
1. Komunikasi dan pendekatan pada keluarga
2. Kerja sama lintas program dan lintas sektoral
3. Melakukan upaya pemberdayaan dan peran serta aktif keluarga

Acuan Penilaian :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan : 
a. Tahapan pengorganisasian home care di masyarakat

2. Mahasiswa mampu mendemonstrasikan :
a. Pengkajian pada keluarga
b. Pendekatan pada keluarga 
c. Pelaksanaan home care di masyarakat
















2. Standar Evaluasi

MATRIKS PENILAIAN
HOME CARE DI MASYARAKAT  

(ELEMEN) SUBKOM PETENSI DOMAIN METODE PENILAIAN KET
KRITERIA UNJUK KERJA S K A O D Q LIS LAP 
1.1. X X X X  
1.2. X X X  
1.3. X X X X X 
2.1. X X X  
3.1. X X X  
3.2. X X X  
3.3. X X X  
3.4. X X X  
3.5. X X X  
4.1. X X X  
4.2. X X X  
4.3. X X X  
5.1. X X 
5.2. X X 
5.3. X X 
5.4. X X 
5.5. X X 
 
 Keterangan :
 S = skill K = kognitif A = afektif
O = observasi D = demonstrasi Q = quis Lis = lisan Lap = laporan 









FORMAT PENILAIAN
(OBSERVASI PRAKTIKUM DI MASYARAKAT)


Judul Kompetensi : Home Care di Masyarakat
Nama Kandidat :

NO. PROSEDUR SKALA KET
  0 1 2 
1. Membina trust dengan keluarga  
2. Melakukan pengkajian keluarga (data primer dan sekunder)  
3. Melakukan pengkajian  
4. Membuat perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga  
5. Melakukan intervensi sesuai rencana  
6. Mengeksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannnya.  
7. Memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannnya dan sediakan pula informasi tertulis.  
8. Membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.  
9. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga  
10. Meninggalkan nama dan alamat perawat dengan nomor telepon  

Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna

  Nilai batas lulus  80%


Bandung, ………………
Peserta Ujian Evaluator


  ( ) ( )

Catatan Penilaian Keperawatan
Studi Dokumentasi


Judul Kompetensi : Home Care di Masyarakat 
Nama Kandidat :

ASPEK YANG DINILAI
 SKALA KET
 0 1 2 
1. Mencatat hasil pengkajian Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam melaksanakan home care di keluarga.
2. Mencatat respon keluarga sasaran dengan adanya tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
3. Menandatangani catatan yang telah dibuat. 
4. Melaporkan hasil pengelolaan keperawatan komunitas di masyarakat kepada pihak terkait
5. Tulisan :
 Jelas
 Mudah dibaca
 Ditandatangani
 Terdapat nama jelas
 Tidak ada bekas menghapus

6. Diketahui oleh tokoh masyarakat setempat  


Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna

  Nilai batas lulus  80%

Bandung, ………………
  Peserta Ujian Evaluator



( ) ( )

Catatan Penilaian Keperawatan
Bank Question


Judul Kompetensi : Home Care di Masyarakat 
Nama Kandidat :

Pertanyaan
 Jawaban yang diharapkan Ket
1. Apa tujuan penge-lolaan home care di masyarakat ?

















2. Bagaimana langkah- langkah mengelola home care di masyarakat ?






















 Smith (1995), mengidentifikasi pelayanan keperawatan di rumah ( HC) memiliki lima tujuan dasar, yaitu :
1. Meningkatkan “support system” yang adekuat dan efektif serta mendorong digunakannya pelayanan kesehatan.
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.
3. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal dari seluruh anggota keluarga dan keluarga serta memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan.
4. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatananantar keluarga 
5. Meningkatkan kesehatan lingkungan.

Ada beberapa fase dalam melaksanakan pelayanan keperawatan di keluarga/rumah :
1. Fase Pre inisiasi/persiapan.
Pada fase pertama, perawat mendapat data tentang keluarga yang akan di kunjungi dari Puskesmas atau ibu kader. Perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan. Kontrak waktu kunjungan perlu dilakukan pada fase ini .
2. Fase Inisiasi/perkenalan.
Fase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan. 
3. Fase implementasi.
Pada fase ini, perawat melakukan pengkajian dan perencanaanuntuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki oleh keluarga. Lakukan intervensi sesuai rencana,. Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannnya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan pendidikannnya dan sediakan pula informasi tertulis.
4. Fase terminasi 
Fase ini, perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.Menyususn rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang di tangani dan masalah kesehatan yang mungkindialami keluarga, penting dilakukan di fase terminasi.Tinggalkan nama dan alamat perawat dengan nomor telepon.
5. Fase pasca kunjungan 
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokumentasi legkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.