Rabu, 19 November 2008

Buku Ajar 
TEKNIK MEMOTIVASI KELUARGA DALAM KESEHATAN

Deskripsi: Intervensi adalah suatu proses dengan berbagai segi dalam bekerja dengan keluarga, berbagai intervensi digunakan secara fleksibel dan dinamis. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan di keluarga merupakan salah satu intervensi keperawatan yang paling utama dilakukan pada saaat kunjungan rumah di keluarga. Tujuan utama penyluhan di keluarga adalah untuk merubah perilaku keluarga dalam bidang kesehatan.

Tujuan Belajar :
1. Peserta didik mampu memahami konsep dasar intervensi keperawatan : Penyuluhan kesehatan di keluarga
2. Peserta didik mampu memahami langkah-langkah dalam kegiatan penyuluhan di keluarga
3. Peserta didik mampu merancang kegiatan penyuluhan kesehatan di keluarga
4. Peserta didik mampu mendemontrasikan kegiatan penyuluhan di keluarga


KONSEP DASAR PENYULUHAN KESEHATAN DI KELUARGA

Merupakan salah satu intervensi keperawatan utama yang mengajarkan keluarga tentang sistem kesehatan, sakit dan sistem kesehatan dan manusia, dinamika keluarga, pengasuhan anak, perlakuan perawatan kesehatan, dan bidang-bidang terkait lainnya melalui strategi belajar sebagai metode untuk mempermudah proses belajar. Tujuan dari belajar adalah untuk mendukung perilaku-perilaku yang sehat atau mengubah perilaku-perilaku yang tidak sehat, meskipun perubahan perilaku tidak bisa langsung terjadi / Harus terus diobservasi. Tujuan pengajaran kesehatan menurut Steiger dan Lipson (1985):
1. Untuk memberikan informasi sehingga klien mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam hubungannya dengan kesehatan dan sakit.
2. Untuk membantu klien agar berpartisipasi secara efektif dalam perawatan maupun penyembuhan.
3. Untuk membantu klien beradaptasi terhadap realita penyakit dan pengobatannya.
4. Untuk membantu klien agar mengalami rasa puas dengan usah-usaha mereka sendiri yang menunjang perbaikan kesehatan.
Penyuluhan menyediakan informasi bagi klien dam dengan demikian membantu mereka mengatasi perubahan hidup dan kejadian-kejadian dalam hidup secar lebih efektif (Watson, 1985). Memperoleh informasi yang bermakna membantu anggota keluarga merasa memiliki perasaan kontrol dan mengurangi stress serta membuat mereka mampu mendefinisikan pilihan-pilihan mereka sendiri dan pemecahan masalah.
Penyuluhan kesehatan sekarang perlu diarahkan untuk membantu pasien dan keluarga agar mereka terlibat dalam perawatan diri dan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Anggota keluarga yang dewasa diharapkan dapat memahami bahwa mereka memiliki kapasitas untuk merawat diri mereka sendiri dan keluarga mereka, dan hak untuk mendapatkan informasi yang cukup sehingga mereka dapat membuat keputusan mereka sendiri. Dalam hal ini peran perawat adalah sebagai fasilitator dan nara sumber dari para klien yang akan memutuskan pilihan-pilihan apa yang paling baik bagi mereka. Penyuluhan keterampilan keperawatan untuk memberi asuhan keluarga cukup berkembang seiring dengan banyaknya kebijakan baru yang mengijinkan kepulangan pasien sakit parah dimana perawat-perawat kesehatan keluarga dengan basis di rumah bertanggung jawab dalam mengajarkan pembari asuhan tentang bagaimana merawat anggota keluarga mereka post rawat inap di rumah sakit.

Tipe-tipe belajar dalam Penyuluhan kesehatan

 Belajar meliputi usaha untuk memperoleh pemikiran-pemikiran, ide-ide (belajar kognitif), sikap (belajar efektif), dan perilaku (akusisi keterampilan psikomotorik) (Bloom, 1956). Pengenalan ketiga jenis tipe balajar tersebut sangat diperlukan, khususnya ketika merencanakan intervensi belajar tersebut sangat diperlukan, khususnya ketika merencanakan intervensi belajar, karena ketiga tipe belajar tersebut penting (Lester, 1986). Lebih jauh lagi ketiga tipe belajar tersebut saling tergantung. Misalnya, jika sikap kita terhadap makanan dan nutrisi berubah, maka sering diikuti oleh perubahan-perubahan perilaku. Usaha untuk memperoleh keterampilan-keterampilan perawatan diri menghasilkan sikap positif terhadap perawatan diri.

Pengajaran informal: penyediaan informasi
 Merupakan perpindahan informasi dalam pertemuan spontan antara perawat dan anggota keluarga dimana informasi dikomunikasikan dengan keluarga dengan cara-cara tidak tersusun. Doherty dan Campbell (1988) merincikan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh kaum professional perawatan kesehatan ketika mereka memberikan informasi dan nasihat-nasihat medis yang berkesinambungan kepada keluarga-keluarga. Keterampilan tersebut adalah:
Mengkomunikasikan temuan-temuan dalam bdang kesehatan dan pilihan-pilihan pengobatan dengan anggota keluarga. 
Mendengar dengan penuh perhatian terhadap pertanyaan-pertanyaan dan persoalan-persoalan anggota keluarga.
Memberi nasihat kepada keluarga bagaimana menangani kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan rehabilitasi dari pasien.
Tipe kualitas informasi kesehatan bervariasi tergantung dengan siapa kita berbicara dalam anggota keluarga. Akurasi informasi sangat penting, tetapi siapa yang akan menyampaikan informasi dan materi informasinya harus dikoordinasikan dahulu bila tim perawatan kesehatan dan keperawatan terlibat.

Menyediakan informasi untuk keluarga dengan anggota keluarga sakit kritis

 Praktik-praktik klinis dan riset keluarga menunjukkan bahwa di semua setting perawatan kesehatan, keluarga lebih banyak mengiginkan informasi ini meninggi ketika anggota keluarga dirawat di rumah sakit dan sakit kritis (Wright dan Leahey,1987). Keluarga mengignginkan agar mereka diberi informas secara teratur tentang kondisi, penanganan kemajuan dari seseorang yang mereka cintai. Satu startegi yang dianjurkan (Bozett dan Gibbons,1983) adalah agar perawat melakukan hubungan telepon secara teratur dengan keluarga tersebut. Startegi ini bermanfaat bagi perawat yang sekarang mengontrol penyebaran informasi dan tidak lagi melihat keluarga sebagai pengganggu atau menyusahkan dan keluarga yang merasa bahwa tidak perlu lagi berada di rumah sakit secara konstan dan tidak perlu cemas karena adanya informasi yang bersifat suportif, yang diberikan secara teratur(bozett dan gibbons, 1983).

Pemodelan peran

 Merupakan modalitas kuat untuk mengajarkan anggota keluarga bagaimana mengubah perilaku mereka. Pendekatan ini secara khusus penting bagi perawat pediatri yang berpusat pada keluarga yang berfungsi sebagai model peran ketika mereka mengajar orang tua, untuk perawat perawatan primer dan komunitas, ketika mereka mengajarkan anggota keluarga bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi lebih fungsional. “tidak ada yang kurang memotivasi daripada seorang pemberi asuhan kesehatan yang mendorong klien untuk berhenti merokok dan mneurunkan berat badan, namun berbadan gemuk dan tercium bau tembakau di badannya” (steiger dan lipson, 1985, hal. 15)

Bimbingan antisipatori

 Merupakan salah satu tipe intervensi yang paling sentral, namun, kaum tenaga kesehatan perlu mengingat bahwa pengetahuan dalam dan tentang dirinya tidak harus mengubah perilakunya. Seperti yang diulas the Health Belief Model (Rosenstockm 1974; Pender, 1987), perubahan-perubahan dalam perilaku kesehatan karena berbagai faktor. Meta analisa (Sebuah sintesis dari berbagai studi) tentang riset terhadap pengajaran pada pasien menunjukkan bahwa pendidikan terhadap pasien cenderung menjadi positif dan jelasnya lebih baik daripada hasil-hasil yang dicapai oleh pasien-pasien tidak mendapat pengajaran (Mumford et al, 1982). Meta analisa ini juga menegaskan bahwa dalam mengajar, prestasi dari pengetahauan itu sendiri bukanlah pilihan yang paling efektif, misalnya pendekatan yang mengkombinasikan informasi dengan dukungan emosional untuk menghilangkan rasa cemas dalam satu meta-analisa (Mumford et al, 1982) dilaporkan lebih hebat daripada penyedia informasi itu sendiri. 
 Bimbingan antisipatori dilaksanakan dengan mendiskusikan kejadian, perasaan dan situasi dengan keluarga memberikan klarifikasi tentang ide-ide, reduksi ansietas dan kemampuan mengadaptasi perubahan peran di masa mendatang. Disamping itu, mempersiapkan keluarga dalam menghadapi kejadian traumatis sehingga keluarga dapat mengatasi stressor dengan lebih baik.



Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Keefektifan Belajar-Mengajar
Faktor-faktor klien
- Motifasi anggota keluarga. Motivasi merupakan kekuatan atau dorongan yang sangat penting, yang mengaktifkan individu tersebut berubah.
- Usia anggota keluarga.
- Keadaan psikologis anggota keluarga (misalnya ansietas, tingkat depresi).
- Persepsi anggota keluarga terhadap masalah-masalah kesehatan.

Faktor-faktor komunikasi
Komunikasi termasuk pertukaran informasi antara pengirim dan penerima. Rintangan-rintang komunikasi meliputi:
- Kurangnya pemahaman terhadap masalah-masalah.
- Rintangan-rintangan bahasa dan kebudayaan.
- Rintangan-rintangan sosioekonomi.
- Ketidakmampuan berkomunikasi secara jelas dengan guru dan satu sama lain.

Faktor-faktor situasional
- Lingkungan dimana proses belajar-mengajar berlangsung.
- Timing belajar.
- Modalitas pengajaran yang digunakan.

Partisipasi keluarga aktif

 Partisipasi keluarga aktif adalah suatu pendekatan esensial yang dimasukkan dalam setiap strategi intervensi keperawatan keluarga terkait dengan konsep bahwa keluarga memiliki hak dan tanggung jawab untuk membuat keputusan menyangkut kesehatan mereka sendiri.
 Tujuan dilibatkannya keluarga dalam tahap intervensi agar keluarga terlibat dalam memecahkan masalah, mendiskusikan tentang pendekatan-pendekatan yang paling tepat atau paling mungkin untuk digunakan agar tercapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Menyertakan keluarga sebanyak mungkin dalam sesi-sesi konseling/ suportif dan pendidikan yang terencanabersifat sangat membantu (doherty dan Campbell, 1988; Drotar, Crawfors dan Bush, 1984). Cara ini memberikan kesempatankepada anggota keluarga untuk mengekspresikan diri mereka sendiri dan mendukung satu sama lain. Selain itu, cara ini juga merangsang diskusi kelompok dan umpan balik yang sangat diperlukan serta menjamin bahwa semua anggota yang hadir memperoleh informasi yang dibutuhkan.
 Dalam keluarga yang memiliki seorang anak penderita penyakit kronis, seringkali hanya melibatkan ibu dalm mengurus anak tersebut. Hal ini mengakibatkan perasaan “diabaikan” yang datangnya dari ayah dan anak-anak lain yang sehat karena perhatian ibu hanya tercurah pada anak yang sakit (Drotter et al, 1984). Keadaan ini menciptakan jarak antar anggota keluarga sehingga menghambat tranformasi informasi tentang masalah kesehatan dan bagaimana penanggulangan bagi anak yang sakit. Selain itu hilang pula kesempatan untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi seluruh anggota keluarga dan tidak tercapainya proses dukungan antara anggota keluarga.
 Dalam merawat seorang anggota keluarga di rumah sakit atau dirumah, khususnya jika sakit tersebut membahayakan kehidupan, anggota keluarga sering merasa tidak berdaya, dan stress. Sehingga dibutuhkan intervensi yang dapat mengikutsertakan anggota keluarga dan mengurangi stressnya. Intervensi menurut Wright dan Leahey (1987) meliputi:
- Teknik memberikn perawatan
- Teknik menyentuh dan memegang pasien tanpa mengganggu perawatan
- Teknik mendorong anggota keluarga untuk menanggung peran-peran perawatan
Keterlibatan keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang sakit memberikan keluarga suatu perasaan kompotensi (Powar dan Dell Orto, 1988). Kompotensi adalah konsep empowerment Yaitu memberikan kekuasaan kepada keluarga sehingga mengetahui kemampuan dan kapasitas untuk memecahkan permasalahan kesehatan mereka sendiri, mengubah hidup mereka sendiri dan mencapai tujuan-tujuan kesehatan mereka sendiri.

LANGKAH-LANGKAH PENYULUHAN/PENDIDIKAN KESEHATAN 

 Memiliki langkah-langkah dasar: pengkajian, pernyataan masalah (dalam penyuluhan disebut ‘kebutuhan belajar’), tujuan, implementasi dan evaluasi.
Pengkajian
 Pengkajian dilakukan terhadap kesiapan anggota keluarga untuk belajar. Kesiapan ini terdiri dari:
1. Kesiapan emosional meliputi motivasi untuk belajar
2. Kesiapan pengalaman meliputi memadainya latar belakang pengetahuan, penguasaan keterampilan tertentu dan pengetahuan, sikap serta nilai-nilai yang berkaitan dengan belajar (Steiger dan Lipson, 1985)
Mengkaji kesiapan anggota keluarga untuk belajar cukup sulit karena berbeda-beda tiap anggota keluarga. Kaum dewasa, secara khusus belajar lebih baik ketika mereka siap dan berkeinginan untuk belajar (Knowles, 1973). Perlu adanya penekanan lebih banyak terhadap proses belajar dari klien (Watson, 1985). Dalam mengkaji kesiapan anggota keluarga, perawat keluarga harus bekerja dalam kerangka kerja dari keluarga agar didapatkan persepsianggota keluarga dan kebutuhan-kebutuhan informasi dan keterampilan.

Identifikasi Masalah
 Kebutuhan keluarga akan belajar biasanya berhubungan erat dengan masalah-masalah kesehatan dan sakit yang sifatnya serius dan kompleks. Akan tetapi, kurangnya pengetahuan dalam bidang peningkatan kesehatan keluarga dan semua hal yang ada didalamnya hendaknya tidak harus dipandang sebagai pusat perhatian pengajaran.

Perencanaan
 Merumuskan tuuan jangka panjang dan jangka pendek yang realistis, objektif dengan mempertimbangkan kemampuan dan berorientasi pada tujuan. Selain itu juga menentukan strategi-strategi penyuluhan yang dapat mempermudah proses belajar.

Implementasi Perencanaan Penyuluhan
 Pnyuluhan dalam keperawatan keluarga merupakan penyampaian informasi secara formal (sesuai perencanaan) maupun informal (dalam suasana yang fleksibel, interaktif dan spontan dalam suatu interaksi perawat klien) dan terstruktur sesuai dengan kondisi keluarga. Pengajaran meliputi pemodelan, memperagakan, strategi-strategi yang berkaitan dengan pengalaman yang membantu keluarga mempelajari kompetensi baru atau memperoleh definisi yang lebih positif dalam situasi mereka (disebut reframing).

Dokumentasi dan Evaluasi
 Merupakan proses pencatatan tentang penyuluhan yang telah dilaksanakan terdiri dari : respon-respon klien selama penyuluhan berlangsung, sejauh mana pencapaian tujuan telah tercapai (menurut keluarga dan perawat) dan bagaimana proses keperawatan yang berlangsung. Apabila tujuan tidak tercapai sepenuhnya, dibuat analisa terhadap hambatan-hambatan secara berurutan dalam mengidentifikasi. Rintangan-rintangan, biasanya modifikasi rencana belajar-mengajar dapat dilakukan (Steiger dan Lipson, 1985).


PANDUAN UNTUK PENGAJAR


1. Standar Kompetensi

KODE UNIT :
JUDUL UNIT : Konseling
URAIAN UNIT : Unit ini mencakup kemampuan dalam melaksanakan teknik konseling, yang meliputi proses konseling, kemampuan yang harus dimiliki oleh konselor, hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses konseling. Keterampilan ini digunakan dalam membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami oleh individu, keluarga maupun kelompok (komunitas).

ELEMEN Kriteria Unjuk Kerja (KUK)
1.Pembinaan hubungan baik

 • Wajah menghadap ke klien
• Memberikan senyum dan mengangguk
• Ekspresi muka menunjukan sikap terbuka dan tidak menilai
• Tubuh condong ke depan
• Kontak mata
• Santai dan sikap bersahabat
 2. Penggalian informasi • Mendorong klien untuk berbicara
• Mendengar secara aktif
• Menunjukan minat dan perhatian terhadap klien
• Mengamati komunikasi nonverbal klien
• Menggunakan teknik klarifikasi dan validasi
• Tidak melakukan penilaian
 3. Pemberian informasi • Memberikan informasi sesuai kebutuhan
• Menggunakan teknik personalizing
 4. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan • Mengidentifikasi kondisi masalah yang dihadapi
• Menyeleksi setiap alternatif pemecahan masalah
• Membantu memilih alternatif yang sesuai
• Membantu menyusun tujuan
• Membantu dan mengarahkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan.
 5. Terminasi dan rencana tindak lanjut • Menyimpulkan hasil pertemuan
• Menentukan rencana pertemuan berikut
• Membuat dokumentasi hasil pertemuan
 PERSYARATAN / KONDISI UNJUK KERJA
• Proses konseling dilaksanakan berdasarkan kebutuhan klien.
• Untuk pelaksanaan konseling diperlukan ruangan yang menjamin kerahasiaan klien dan memberikan rasa nyaman bagi klien.
• Diperlukan keterampilan dan kwalitas kepribadian bagi konselor yang meliputi mengenal diri sendiri, memahami orang lain, mampu berkomunikasi dengan orang lain, mempunyai etika sebagai konselor dan bertanggung jawab. .

ACUAN PENILAIAN

Tindakan ini membutuhkan keterampilan berkomunikasi, kemampuan dalam menggali permasalahan klien, mengarahkan dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan kondisi klien, kemampuan dalam mencari penyelesian masalah dengan segala konsekwensinya. 
   
Keterampilan :
Jenis keterampilan yang diperlukan meliputi attending skill, responding skill, teknik personalizing dan teknik intiating.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
2. Standar Evaluasi

MATRIKS PENILAIAN
PENGKAJIAN KOMUNITAS

(ELEMEN) SUBKOM PETENSI DOMAIN METODE PENILAIAN KET
KRITERIA UNJUK KERJA S K A O D Q LIS LAP 
1.1. X X X X  
1.2. X X X  
1.3. X X X X  
1.4. X X X X  
1.5. X X X X  
1.6. X X X X  
2.1. X X X  
2.2. X X X  
2.3. X X X  
2.4. X X X  
2.5. X X X  
2.6. X X X  
3.1. X X X  
3.2. X X X  
4.1. X X X  
4.2. X X X  
4.3. X X X  
4.4. X X X  
4.5. X X X  
5.1. X X 
5.2. X X 
5.3. X X 
 
 Keterangan :
 S = skill K = kognitif A = afektif
O = observasi D = demonstrasi Q = quis Lis = lisan Lap = lapora






Catatan Penilaian Keperawatan Observasi
( BERMAIN PERAN )
Judul Kompetensi : Proses Penyuluhan Keluarga
Nama Kandidat :
TINGKAH LAKU YANG DIAMATI SKOR KET
 0 1 2 
1. Menyapa klien dengan ramah  
2. Menyapa klien dengan ramah  
3. Duduk menghadap klien  
4. Senyum / mengangguk  
5. Ekspresi wajah menunjukan perhatian  
6. Tubuh condong ke klien  
7. Kontak mata sesuai budaya  
8. Santai dan dikap bersahabat  
9. Volume suara memadai  
10. Intonasi dan kecepatan suara memadai  
11. Memberikan penghargaan  
12. Memperhatikan tingkah laku verbal/nonverbal  
13. Menggunakan teknik klarifikasi  
14. Mendengar secara aktif  
15. Memberikan respon terhadap komunikasi nonverbal klien  
16. Memberikan informasi sesuai kebutuhan  
17. Membenatu merumuskan masalah  
18. Membantu merumuskan alternatif pemecahan masalah  
19. Membantu proses perencanaan pemecahan masalah  
20. Merangkum pembicaraan  
21. Melakukan terminasi dan membuat rencana tindak lanjut.  
Total  

Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna
  Nilai batas lulus  80%


Bandung, …………………..
  Peserta Ujian Evaluator




( ) ( )

















Catatan Penilaian Keperawatan
Studi Dokumentasi

Judul Kompetensi : Melakukan Penyuluhan Keluarga
Nama Kandidat :

Aspek yang dinilai
 CEK Ket
 0 1 2 
1. Mencatat semua tindakan yang dilakukan selama melaksanakan kegiatan penyuluhan pada catatan perawat.
2. Mencatat respon keluarga selama penyuluhan pada catatan perawat.
3. Menandatangani catatan yang telah dibuat.
4. Tulisan :
 Jelas
 Mudah dibaca
 Ditandatangani
 Terdapat nama jelas
 Tidak ada bekas menghapus
 Tulisan yang salah dicoret
 Ditulis dengan tinta / ballpoint.  

Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna

  Nilai batas lulus  80%


Bandung, ………………
  Peserta Ujian Evaluator




( ) ( )






Catatan Penilaian Keperawatan
Bank Question


Judul Kompetensi : Penyuluhan Keluarga
Nama Kandidat :

ELEMEN KUK Pertanyaan
 Jawaban yang diharapkan Ket
1.







2





3. 1




















 1. Apa tujuan penyuluhan ?





2. Apa indikasi melakukan penyuluhan ?



3. Bagaimana prosedur melakukan terapi keluarga dengan pendekatan sistem?




 Untuk membantu klien dalam mengidentifikasi masalah, proses pengambilan keputusan dan penyusunan rencana atau langkah dalam menyelesaikan masalah baik masalah individu, keluarga maupun kelompok.

2. Klien individu, keluarga maupun kelompok yang memiliki masalah baik yang teridentifikasi maupun tidak dan memiliki keinginan untuk mengatasinya.

1.Untuk memberikan informasi sehingga klien mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat dalam hubungannya dengan kesehatan dan sakit.
2.Untuk membantu klien agar berpartisipasi secara efektif dalam perawatan maupun penyembuhan.
3. Untuk membantu klien beradaptasi terhadap realita penyakit dan pengobatannya.
4. Untuk membantu klien agar mengalami rasa puas dengan usah-usaha mereka sendiri yang menunjang perbaikan kesehatan.

1. Menyediakan lingkungan yang nyaman
2. Menyambut klien dengan ramah
3. Duduk menghadap klien
4. Senyum / mengangguk
5. Ekspresi wajah menunjukan perhatian
6. Tubuh condong ke klien
7. Kontak mata sesuai budaya
8. Santai dan sikap bersahabat
9. Volume suara memadai
10. Intonasi dan kecepatan suara memadai
11. Memberikan penghargaan
12. Memperhatikan tingkah laku verbal/nonverbal
13. Menggunakan teknik klarifikasi dan Mendengar secara aktif
14. Memberikan respon terhadap komunikasi nonverbal klien
15. Memberikan informasi sesuai kebutuhan
16. Membantu merumuskan masalah
17. Membantu merumuskan alternatif pemecahan masalah
18. Mengidentifikasi konsekwensi setiap alternatif
19. Membantu proses perencanaan pemecahan masalah
20. Merangkum pembicaraan
21. Melakukan terminasi dan membuat rencana tindak lanjut. 

Tidak ada komentar: