Rabu, 19 November 2008

terapi keluarga

BUKU AJAR 
TERAPI KELUARGA


JUDUL UNIT : Terapi Keluarga
URAIAN UNIT : Unit ini mencakup kemampuan dalam melaksanakan terapi keluarga yang berkaitan dengan masalah psikologis, sosial, kesehatan fisik, status mental, dan spiritual yang dialami oleh keluarga. Kompetensi ini digunakan pada tatanan pelayanan keperawatan keluarga baik di masyarakat maupun di institusi pelayanan kesehatan lainnya. Keterampilan ini digunakan sebagai salah satu cara penyelesaian konflik yang dialami oleh keluarga.
ELEMEN Kriteria Unjuk Kerja (KUK)
1. Pengkajian 1.1 Mengkaji struktur keluarga (pola komunikasi, peran, nilai, dan kekuatan keluarga)
1.2 Mengkaji fungsi keluarga (fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, dan koping keluarga).
1.3 Menganalisa masalah keluarga yang dapat diselesaikan melalui terapi keluarga
2. Melakukan persiapan 2.1 Menyiapkan bahan untuk terapi keluarga 
2.2 Menyampaikan tujuan terapi kepada keluarga
2.3 Membuat kontrak dengan keluarga untuk pelaksanaan terapi keluarga. 
ELEMEN Kriteria Unjuk Kerja (KUK)
3. Melakukan terapi keluarga dengan pendekatan sistem 3.1 Mengucapkan salam terapeutik kepada keluarga
3.2 Menyampaikan tujuan sesi terapi keluarga saat ini
3.3 Menjelaskan tata tertib yang harus dipatuhi oleh keluarga
3.4 Melakukan terapi keluarga dengan pendekatan sistem :
- Mengklarifikasi dan membedakan pemikiran dan perasaan pada anggota keluarga
- Membantu keluarga untuk menyatakan pendapat dan pemikirannya sendiri tanpa takut merasa berbeda dengan anggota yang lain
- Mengupayakan terjadinya diferensiasi pada anggota keluarga dan mencegah terjadinya segitiga masalah dalam keluarga dengan tetap menjaga kontak aktif dari seluruh anggota keluarga
- Mempertahankan diferensiasi yang telah terjadi pada anggota keluarga dan menerapkannya untuk mengatasi masalah yang terjadi di keluarga
4. Evaluasi 4.1 Melakukan evaluasi terapi keluarga bersama-sama
4.2 Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.
5. Dokumentasi 5.1 Mencatat hasil terapi keluarga
5.2 Membuat dan mencatat rencana intervensi.

PERSYARATAN / KONDISI UNJUK KERJA
• Terapi keluarga dilakukan setelah terbina hubungan saling percaya.
• Bahasa yang digunakan disesuaikan dengan latar belakang budaya dan pendidikan klien.
• Setiap kali berinteraksi, dilakukan sesuai tahapan komunikasi terapeutik.
• Pelaksanaan terapi keluarga dilakukan sesuai dengan SOP. 
ACUAN PENILAIAN
Tindakan ini membutuhkan keterampilan berkomunikasi, kemampuan menganalisa data, menegakkan masalah, melaksanakan terapi keluarga yang tepat dan benar, yang dapat didemonstrasikan dan diuji dengan uji tulis, lisan, dan ujian praktik.

  Keterampilan :
1. Teknik komunikasi verbal – non verbal yang terapeutik.
2. Kemampuan observasi perilaku / ekspresi non verbal klien
3. Kemampuan berespon terhadap semua perilaku (respon verbal dan non verbal klien).

  Kemampuan :
1. Mengkaji struktur dan fungsi keluarga.
2. Menganalisa data hasil pengkajian yang memerlukan intervensi terapi keluarga.
3. Melaksanakan terapi keluarga.






















Catatan Penilaian Keperawatan Observasi
( BERMAIN PERAN )

Judul Kompetensi : Terapi Keluarga
Nama Kandidat :
ASPEK YANG DINILAI SKALA KET
 0 1 2 
1. Mengucapkan salam terapeutik kepada keluarga
2. Menyampaikan tujuan sesi terapi keluarga saat ini
3. Membuat kontrak (waktu dan tempat ) bersama klien.
4. Menjelaskan tata tertib yang harus dipatuhi oleh keluarga
5. Melakukan terapi keluarga dengan pendekatan sistem :
- Mengklarifikasi dan membedakan pemikiran dan perasaan pada anggota keluarga
- Membantu keluarga untuk menyatakan pendapat dan pemikirannya sendiri tanpa takut merasa berbeda dengan anggota yang lain
- Mengupayakan terjadinya diferensiasi pada anggota keluarga dan mencegah terjadinya segitiga masalah dalam keluarga dengan tetap menjaga kontak aktif dari seluruh anggota keluarga
- Mempertahankan diferensiasi yang telah terjadi pada anggota keluarga dan menerapkannya untuk mengatasi masalah yang terjadi di keluarga

6. Memvalidasi atau mengklarifikasi ungkapan klien
7. Mengidentifikasi pencapaian tujuan bersama klien
8. Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya.
9. Mengucapkan salam
10. Mencatat tindakan yang telah dilakukan
11. Mencatat respon klien (obyektif dan subyektif )  










 

Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna

  Nilai batas lulus  80%
Bandung, ………………

Peserta Ujian Evaluator






( ) ( )




































Catatan Penilaian Keperawatan
Studi Dokumentasi


Judul Kompetensi : Melakukan terapi keluarga 
Nama Kandidat :

Aspek yang dinilai
 CEK Ket
 0 1 2 
1. Mencatat semua tindakan yang dilakukan selama melaksanakan kegiatan terapi keluarga pada catatan perawat.
2. Mencatat respon keluarga selama terapi keluarga pada catatan perawat.
3. Menandatangani catatan yang telah dibuat.
4. Tulisan :
 Jelas
 Mudah dibaca
 Ditandatangani
 Terdapat nama jelas
 Tidak ada bekas menghapus
 Tulisan yang salah dicoret
 Ditulis dengan tinta / ballpoint.  


Ket : 0 : tidak dilakukan 
1 : Dilakukan tidak sempurna
  2 : Dilakukan sempurna

  Nilai batas lulus  80%


Bandung, ………………

Peserta Ujian Evaluator






( ) ( )
Catatan Penilaian Keperawatan
Bank Question


Judul Kompetensi : Terapi Keluarga
Nama Kandidat :

ELEMEN KUK Pertanyaan
 Jawaban yang diharapkan Ket
1.









 1.1




















 1. Apa tujuan terapi keluarga ?






2. Apa indikasi melakukan terapi keluarga?










































3. Bagaimana prosedur melakukan terapi keluarga dengan pendekatan sistem?




 Tujuan dari terapi keluarga adalah untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam keluarga yang tidak dapat diselesaikan melalui terapi individual.

1. Masalah yang ada merupakan masalah dalam kerangka system keluarga, seperti konflik pernikahan, konflik antara saudara kandung, atau konflik antar generasi (orang tua dan anak, orang tua dan kakek/nenek).
2. Munculnya berbagai jenis kesulitan dan konflik antara pasien dan anggota keluarga lain.
3. Keluarga menghadapi tahap transisi dari siklus kehidupan keluarga, seperti menjadi keluarga pemula, menikah, kelahiran anak pertama, anak memasuki masa remaja, anak pertama meninggalkan rumah, memasuki masa pensiun, atau karena kematian pasangan.
4. Terapi individual dengan satu anggota keluarga menyebabkan timbulnya gejala pada anggota keluarga yang lain.
5. Tidak ada perbaikan dengan terapi individual yang adekuat
6. Pasien yang sedang dalam perawatan tampak tidak mampu untuk menggunakan terapi individual, justru menggunakan sesi terapi untuk membicarakan atau mengeluh tentang anggota keluarganya yang lain.

1. Mengklarifikasi dan membedakan pemikiran dan perasaan pada anggota keluarga
2. Membantu keluarga untuk menyatakan pendapat dan pemikirannya sendiri tanpa takut merasa berbeda dengan anggota yang lain
3. Mengupayakan terjadinya diferensiasi pada anggota keluarga dan mencegah terjadinya segitiga masalah dalam keluarga dengan tetap menjaga kontak aktif dari seluruh anggota keluarga
4. Mempertahankan diferensiasi yang telah terjadi pada anggota keluarga dan menerapkannya untuk mengatasi masalah yang terjadi di keluarga
 



































BUKU AJAR TERAPI KELUARGA



DESKRIPSI POKOK BAHASAN

Unit ini mencakup kemampuan dalam melaksanakan terapi keluarga yang berkaitan dengan masalah psikologis, sosial, kesehatan fisik, status mental, dan spiritual yang dialami oleh keluarga. Kompetensi ini digunakan pada tatanan pelayanan keperawatan keluarga baik di masyarakat maupun di institusi pelayanan kesehatan lainnya. Keterampilan ini digunakan sebagai salah satu cara penyelesaian konflik yang dialami oleh keluarga.

TUJUAN PEMBELAJARAN 

Tujuan Umum :
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa diharapkan mampu untuk melaksanakan kegiatan terapi keluarga di masyarakat maupun institusi pelayanan kesehatan.

Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan tujuan terapi keluarga
2. Menyebutkan indikasi terapi keluarga
3. Menjelaskan tahapan/prosedur terapi keluarga
4. Melaksanakan terapi keluarga

KONSEP YANG MENDASARI
TUJUAN TERAPI KELUARGA
Tujuan dari terapi keluarga adalah untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam keluarga yang tidak dapat diselesaikan melalui terapi individual.

INDIKASI
Indikasi dilakukannya terapi keluarga apabila terdapat kondisi berikut ini :
7. Masalah yang ada merupakan masalah dalam kerangka system keluarga, seperti konflik pernikahan, konflik antara saudara kandung, atau konflik antar generasi (orang tua dan anak, orang tua dan kakek/nenek).
8. Munculnya berbagai jenis kesulitan dan konflik antara pasien dan anggota keluarga lain.
9. Keluarga menghadapi tahap transisi dari siklus kehidupan keluarga, seperti menjadi keluarga pemula, menikah, kelahiran anak pertama, anak memasuki masa remaja, anak pertama meninggalkan rumah, memasuki masa pensiun, atau karena kematian pasangan.
10. Terapi individual dengan satu anggota keluarga menyebabkan timbulnya gejala pada anggota keluarga yang lain.
11. Tidak ada perbaikan dengan terapi individual yang adekuat
12. Pasien yang sedang dalam perawatan tampak tidak mampu untuk menggunakan terapi individual, justru menggunakan sesi terapi untuk membicarakan atau mengeluh tentang anggota keluarganya yang lain.

KONSEP TEORI KELUARGA
Keluarga sebagai suatu sistem sosial yang hidup, merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling tergantung, yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu. 
 Keluarga memiliki hubungan satu sama lain dalam suatu sistem keluarga terikat begitu ruwet sehingga suatu perubahan yang terjadi pada satu bagian pasti menyebabkan perubahan-perubahan dalam seluruh sistem keluarga. Setiap anggota keluarga dan subsistem akan dipengaruhi oleh stresor-stresor transisional dan situasional, tapi efek-efek tersebut berbeda-beda intensitas maupun kualitas. Oleh karena itu jika ada seorang anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan baik fisik maupun psikososial maka hal tersebut akan dapat mempengaruhi kondisi keluarga secara keseluruhan. 
 Dengan memahami prinsip-prinsip keluarga, perawat dapat melakukan observasi yang akurat sehingga dapat meningkatkan pengkajian terhadap kebuthan dan sumber-sumber dalam keluarga. Perawat juga dapat menyarankan cara baru untuk meningkatkan fungsi keluarga yang adaptif dan meningkatkan koping keluarga yang efektif. Dengan demikian, perawat dapat lebih cepat mengidentifikasi masalah di dalam sistem keluarga dan bersama keluarga mencari penyelesaian masalah yang tepat serta melakukan rujukan jika diperlukan.
 Terapi keluarga merupakan terapi yang dikembangkan untuk menangani keluarga-keluarga yang bermasalah dan oleh karena itu sebagian besar berorientasi pada patologis yang menyangkut keluarga fungsional maupun disfungsional, dan bersifat preskriptif (menyarankan strategi penangan (Friedman, 1992).
 Ada 3 jenis terapi keluarga yang banyak digunakan yaitu : terapi sistem keluarga, terapi struktural, dan terapi strategis. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing dari terapi tersebut.
1. Terapi Sistem Keluarga
Terapi ini dikembangkan oleh Bowen pada tahun 1950-an dan terus berkembang sampai sekarang. Premis dari terapi ini adalah bahwa sebuah keluarga merupakn sistem yang homeostatik. Adanya perubahan dalam fungsi satu anggota keluarga akan mengakibatkan perubahan dalam fungsi anggota keluarga yang lain.
Terapi sistem menjelaskan disfungsi emosional dalam hubungan manusia, khususnya dalam sistem keluarga. Adanya gejala-gejala pada anggota keluarga, baik sosial, fisik, emosional, atau konfliktual dipandang sebagai bukti adanya disfungsi dalam proses hubungan keluarga.
Tujuan dari terapi sistem keluarga untuk mengidentifikasi fakta fungsional dari suatu hubungan : apa yang terjadi, kapan, dimana, bagaimana, dan siapa saja yang terlibat. Fakta yang dapat diobservasi ini lebih penting daripada alasan mengapa perilaku yang problematik ini terjadi. Perawat lebih mengumpulkan deskripsi perilaku anggota keluarga daripada ungkapan perasaan. Terapi sisem menggunakan kata-kata yang sederhana dan deskriptif, tidak menggunakan jargon psikodinamik.
Terapi sistem dikembangkan dari suatu pola sentral yang diobservasi pada keluarga yang diteliti. Beberapa keluarga gagal untuk membedakan antara proses intelektual berpikir dan lebih ke arah proses subyektif dari perasaaan. Anggota keluarga merasa bahwa proses berpikirnya sangat dipenuhi dengan perasaan sehingga ia tidak mampu memisahkan kepercayaan intelektual dari perasaan subyektif. Keluarga lebih memfokuskan pada perasaan dalam rangka menciptakan kebersamaan dan kesepakatan. Mereka menghindar untuk menyatakan pendapat atau keyakinan yang akan membuat satu anggota keluarga berbeda atau terpisah dari “garis keluarga”.
Tujuan kunci dari terapi sistem adalah untuk mengklarifikasi dan membedakan pemikiran dan perasaan pada anggota keluarga. Observasi dari fusi antara pemikiran dan perasaan membawa pada konsep ego keluarga yang tidak terdiferensiasi. Orang yang memiliki fusi pemikiran dan perasaan yang paling besar akan berfungsi secara minimal. Mereka mewarisi persentase yang tinggi dari masalah kehidupan sosial, psikiatri, dan masalah medis.
Teori sistem keluarga terdiri dari tujuh konsep yang saling berkaitan. Tiga konsep diterapkan untuk keseluruhan karakteristik sistem keluarga yaitu : diferensiasi diri, segitiga, dan sistem emosional keluarga inti. Empat konsep yang lain berhubungan dengan karakteristik sentral keluarga yaitu : proses transmisi multigenerasi, proses proyeksi keluarga, posisi saudara kandung, dan “emotional cutoff”(lihat Tabel 1).




Tabel 1. Konsep sentral Terapi Sistem Keluarga
Konsep Definisi
Diferensiasi Pemisahan antara intelektual dan emosi sehingga seseorang tidak didominasi oleh kecemasan reaktif dari sistem emosi keluarga.
Segitiga Proses emosional yang dapat diprediksi yang terjadi ketika kesulitan terjadi dalam hubungan yang penting.
Sistem emosional keluarga inti Pola interaksi antara anggota keluarga dan tingkatan pola ini dapat meningkatkan fusi emosional.
Proses transmisi multigenerasi Asumsi bahwa pola hubungan dan gejala dalam suatu keluarga berasal dari beberapa generasi sebelumnya; genogram empat atau lima generasi dapat menunjukkan pola seperti ini.
Proses proyeksi keluarga Proyeksi dari masalah pasangan terhadap satu atau lebih anak untuk menghindari intensitas fusi emosional antar pasangan.
Posisi saudara kandung Urutan kelahiran dan jenis kelamin dilihat sebagai faktor yang menentukan dalam kepribadian seseorang.
Emotional cutoff Cara disfungsional dari beberapa anggota keluarga dalam menghadapi intensitas konflik keluarga dengan menggunakan isolasi emosional atau menjauh secara geografis.

Semua konsep in merujuk pada proses keluarga yang menghambat atau meningkatkan munculnya fusi emosional pada individu keluarga. Bowen percaya bahwa pergerakkan anggota keluarga ke arah peningkatan kedekatan atau menjauh secara emosional merupakan hal yang refleksif dan dapat diprediksi.
Bentuk terapi yang dapat digunakan dapat berupa terapi dengan kedua pasangan, atau terapi yang hanya melibatkan salah satu anggota keluarga. Bentuk yang kedua ini paling sering digunakan pada dewasa muda yang masih sendiri dan dapat mendukung dirinya sendiri. Metode ini meliputi pemahaman tentang fungsi sistem keluarga dan segitiga. Metode ini juga melibatkan kegiatan untuk tetap menjaga hubungan emosional aktif dengan anggota keluarga yang penting dengan cara menelepon, menulis surat, dan melakukan kunjungan yang direncakan. Terapi ini memerlukan pengembangan kemampuan untuk mengontrol reaktivitas emosi untuk menghindari menjadi bagian dari segitiga selama kunjungan dengan keluarga. Tujuannya adalah untuk mencapai diferensiasi diri yang lebih besar daripada sebelumnya. Orang tersebut juga mengembangkan hubungan pribadi orang ke orang dengan anggota keluarga yang penting. Terapi ini disebut “coaching”. Ketika seseorang mengetahui tentang segitiga dan metode untuk menghilangkannya di dalam keluarga, sesi terapi dapat ditunda seperlunya untuk melihat upaya diferensiasi diri yang dilakukan terus menerus.
Bentuk terapi yang terakhir adalah multiple family therapy (terapi keluarga multipel). Terapi ini berbeda dengan terapi kelompok keluarga multipel. Terapi keluarga multipel dilakukan untuk menjamin agar tidak terjadi pertukaran emosional diantara keluarga. Bowen percaya bahwa pertukaran emosional ini mendorong fusi dari keluarga yang lain ke dalam massa ego yang lebih besar dan tidak terdiferensiasi.
Pada terapi keluarga multipel, perawat bekerja dengan setiap keluarga seperti hanya satu keluarga tersebut yang mendapatkan terapi, sementara keluarga lain yang hadir mengobservasi kegiatan tersebut. Ketika keluarga menjawab pertanyaan rinci tentang masalahnya, perawat tidak memfokuskan perasaan dan hanya bertanya pada satu pasangan sementara pasangannya mendengarkan. Kemudian pasangan yang diam ditanya untuk membagi pikiran atau reaksi terhadap apa yang telah dikatakan oleh pasangannya. Anggota keluarga yang mengobsevasi dapat bicara pada perawat tentang keluarga yang lain akan tetapi tidak dapat berbicara langsung dengan keluarga tersebut.

2. Terapi Keluarga Struktural
Terapi keluarga struktural adalah teori dan teknik berdasarkan pada individu di dalam konteks sosial. Asumsinya adalah bahwa perilaku merupakan suatu konsekuensi dari organisasi keluarga dan pola interaksi antara anggota kelaurga. Perubahan dalam organisasi keluarga dan proses umpan balik antara anggota akan mengubah konteks dalam fungsi seseorang. Oleh karena itu proses didalam orang tersebut dan perilakuknya juga akan berubah.
Pertanyaan dasar dari terapis terapi keluarga ini adalah “Dengan cara apa struktur keluarga ini mempertahankan gejala maladaptif ini ?” Struktur keluarga merupakan kumpulan tuntutan yang tidak terlihat yang menentukan cara anggota keluarga berinteraksi. Sistem keluarga bekerja melalui pola transaksional. Transaksi yang berulang akan membentuk pola bagaimana, kapan, dan dengan siapa berinteraksi, dan pola ini menentukan apakah sistem ini fungsional atau disfungsional.
Komponen-komponen dalam terapi keluarga struktural adalah transisi dalam keluarga, tahapan dalam perkembangan keluarga, dan struktur keluarga. Terapi keluarga struktural mengubah hubungan antara satu orang dan konteks yang dikenal dimana orang tersebut berfungsi. Hal ini mengubah pengalaman subyektif dan memungkinkan lebih banyak perilaku fungsional yang muncul.
Komponen penting dari terapi keluarga struktural adalah proses bergabung ke dalam keluarga. Perawat sementara menjadi bagian dari sistem keluarga, beradaptasi dengan peraturan dan perilaku keluarga. Tujuannya adalah untuk membantu keluarga sehingga perawat mendapatkan pengalaman masuk ke dalam sistem keluarga. Jika hal ini tidak dilakukan maka restrukturisasi dan perubahan keluarga tidak mungkin tercapai.
Metode untuk dapat bergabung dengan keluarga yaitu dengan mirroring atau mimicking (menyesuaikan dengan mood, kecepatan, atau pola komunikasi keluarga), menghormati nilai keluarga, menemukan elemen yang hampir sama, mencari kekuatan keluarga, mendukung subsistem keluarga, dan tracking (meminta elaborasi penjelasan dengan rincian dan contoh yang konkrit dalam diskusi keluarga).



3. Terapi Strategis
Terapi keluarga strategis dikembangkan dari teori komunikasi. Ahli komunikasi menyatakan bahwa semua perilaku, tidak hanya perilaku verbal, merupakan komunikasi. Mereka mengenali bahwa sebagian besar komunikasi terdiri dari berbagai tingkat antara pengirim dan penerima, dan kepentingan dari setiap pesan tergantung pada penguatan, kontradiksi, atau dikerangkai oleh pesan lain.
Teori lain menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang terjadi terus menerus. Tidak ada titik awal dan titik akhirnya dalam menstimulus respon pola penguatan dari interaksi manusia.
Terdapat tiga masalah umum dalam komunikasi yaitu diskualifikasi, diskonfirmasi, dan komunikasi yang tidak kongruen.
Komponen terapi strategis ini aadalah membuat perbedaan antara kesulitan dan masalah. Kesulitan adalah kondisi yang tidak diingankan dari penyimpangan yang dapat dihilangkan dengan penyelesaian logis atau tidak diinginkan, maslah kehidupan umum yang harus dijalani. Masalah timbul dari kesulitan kecil yang meningkat yang terjadi karena salah penanganan.
Terapi strategis tidak memperhatikan riwayat terjadinya masalah atau motivasi dibaliknya, juga tidak meliaht karakteristik orang dan tempat terjadinya. Intervensi dilakukan dengan pasien atau anggota keluarga lain, atau keduanya, tergantung pada siapa yang paling perhatian dengan maslah tersebut. Orang ini yang memiliki kesediaan paling besar untuk berubah. Intervensi yang efektif dapat dilakuan melalui anggota dari sistem untuk memberikan umpan balik yang positif.

Tidak ada komentar: